"Berjuang untuk apa?" ujar sosok itu yang tak lain adalah Cleo. Rhea sedikit tersentak, ia pun menoleh mendapati Cleo ada di sana sembari menatap lurus ke arah depan. "Berjuang hidup sendiri," sahut Rhea tampak acuh. Ia tak mungkin mengaku pada Cleo bahwa ia akan berjuang untuk bisa kembali bersama Danial. "Jadi istriku saja, Rhe. Biar tidak berjuang sendirian. Ah, tidak–tidak! Kamu tidak perlu berjuang, cukup duduk manis di rumah sembari menunggu suamimu ini pulang." Pungkas pria tampan itu dengan senyum lebarnya.Rhea terkekeh kecil mendengarnya. "Tidak perlu mengkhayal terlalu jauh untuk menikah denganku. Karena luka yang basah itu masih belum kering," ujar Rhea sembari tersenyum tipis. Wanita itu pun lalu berbalik, meninggalkan Cleo yang masih mematung di tempatnya. Cleo pun hanya mampu menghela nafasnya pasrah. Pria itu mengusap tengkuknya yang tidak gatal sembari mengigit bibirnya kecil. Tentu saja wanita Rhea tidak akan mudah ia taklukkan. Wanita berbeda, Rhea Eleanoor ada
"Aku tahu jika kita memang menikah karena perjodohan, Danial. Tapi bukan berarti kamu bisa mengabaikan keberadaan diriku seperti itu, Danial. Aku istrimu, bukan sekedar bonekamu."Danial menangkap kesedihan di mata wanita itu. Kesedihan yang tergambar saat ini benar-benar baru ia lihat pertama kali selama mereka saling mengenal. Ya Tuhan, sepertinya ia memang kelewatan kali ini. Terlebih lagi saat melihat buliran air mata jatuh membasahi wajah yang selalu mengulas senyum itu. "Hei, tidak seperti itu. Kamu istriku, Liya. Jangan menangis, aku mohon." Ujar Danial sembari membawa Liya ke dalam dekapan hangatnya. Ada perasaan ngilu saat wanita ini menangis. Pasalnya, sejak mereka saling mengenal, Liya adalah sosok wanita yang kuat dan tegas. "Kamu yang membuatku menangis!" Ujar Liya dengan derai air mata yang mengajak sungai hingga membasahi kaos putih milik Danial. Mengusap punggung yang kini tampak ringkih itu, sembari ia berujar, "Maaf, aku sungguh tidak bisa berpikir jernih tadi pag
Imperfect atau tidak sempurna, setiap orang pasti mengalami hal tersebut dalam hidupnya. Dan sebagai manusia, mau tidak mau harus bisa menerimanya. Setiap orang pasti memiliki kekurangan, termasuk seorang wanita yang kini tengah meneguk satu gelas wine sendirian di dalam rumahnya yang hening. Imperfect adalah istilah yang sangat sempurna bagi seorang Rhea Eleanoor. Iya, kesempurnaannya menjadi seorang wanita hilang sejak kejadian naas yang mengharuskan ia merelakan rahimnya untuk di angkat. Wanita yang kini memakai gaun tidur tipis dan mini berbahan satin itu hanya terdiam sembari ditemani satu botol wine di atas meja. Botol–botol wine yang kerap ia teguk itulah yang kini menjadi teman baginya. Menemani malamnya beberapa bulan terakhir di saat rasa tak percaya dirinya kembali muncul. Menemani dirinya juga yang tengah dilanda sepi. Semenjak perceraiannya bersama Danial Aktaraja kehidupannya seakan berubah. Biasanya di malam hari setelah hujan seperti ini ia akan mendapatkan kecupan,
Bagian. 40 [I'm Yours]—cw//mature*****Melihat air mata yang turun mengalir ke pipi sang wanita lantas membuat Danial terhenyak. Dadanya menjadi sesak ketika menyaksikan air mata itu keluar dari mata indah yang selalu ia puja. Denial menarik Rhea ke dalam dekapannya."Maaf," gumamnya sembari mengecup puncak kepala wanita yang masih menduduki tahta tertinggi dalam hatinya itu berkali-kali. "Ku mohon jangan menangis, Sayang. Maafkan aku," ujar Danial yang hatinya ikut nyeri merasakan tubuh bergetar Rhea dalam pelukannya. Matanya ikut memanas.Rhea terisak, pengaruh alcohol membuatnya benar-benar hilang kendali. Harusnya ia tidak boleh seperti ini mengingat bahwa pernikahan mereka sudah berakhir dan Danial bukanlah miliknya lagi."K–kalian berhak kok untuk melakukannya," cicit Rhea terdengar teramat sendu. Mendekap tubuh yang selalu ia rindukan kehadirannya itu dengan erat. Seakan takut jika Danial bisa saja pergi. "Harusnya aku tidak boleh menangis. Tapi, rasanya hatiku sesak sekali m
Rhea merasakan hangat di area rahimnya. Cairan itu baru saja masuk ke sana - cairan milik Danial, yang mungkin saja bercampur dengan cairannya pula, mengingat mereka mendapatkan pelepasan bersama. Posisi mereka berhadapan sekarang, Danial membawa Rhea ke dalam pelukannya setelah turun dari tubuh wanita itu serta melepas tautan mereka. Sementara nafas mereka masih belum teratur, masih mencoba menghirup udara sebanyak-banyaknya. Maklum saja, bukan waktu yang sebentar bagi mereka untuk sekedar mendapatkan pelepasan.“Aku mengeluarkannya di dalam.” Ujar Danial, memecah keheningan di sana. Rhea tertawa kecil. “Tidak apa-apa. Bukankah itu lebih nikmat?” “Hmm.” Gumam Danial menyentujui hal itu. Rhea memiringkan tubunya, melingkarkan tangannya di perut rata berotot milik Danial. Pria ini masih sama, selalu menjaga bentuk tubuhnya. “Lagipula itu tidak akan pernah membentuk janin. Kamu tahu sendirikan jika aku ini sudah cacat,” gumam wanita itu yang masih mampu di dengar jelas oleh Danial. K
Senyum Rhea seakan tak pernah pudar. Setelah menyelesaikan dua ronde percintaan mereka pagi ini, Rhea tampak sibuk dengan apronnya. Wanita itu memasak makanan kesukaan Danial. Dengan telaten, ia menyiapkan dua piring nasi goreng seafood kesukaaan pria itu. Menatanya dengan penuh cinta di atas meja. Sudah lama sekali ia tak merasakan bahagia seperti ini. Bohong, jika dirinya tidak merindukan kehidupan pernikahannya yang seperti ini bersama Danial. Rhea tersenyum puas akan hasilnya, tertata dengan cantik dan rapi, berharap Danial akan menyukainya. Tak lupa juga satu cangkir kopi luwak yang sudah ia siapkan juga, lagi dan lagi kesukaan Danial Aktaraja.Di saat dirinya hendak memanggil Danial untuk turun, tiba-tiba saja pria itu sudah rapi dengan setelannya kemarin.“Sudah ingin berangkat?” tanya Rhea yang menangkap raut kegelisahan di wajah pria itu.Danial mengangguk cepat. “Ya, aku sudah sangat telat. Liya menungguku di bandara sejak satu jam yang lalu,” balas pria itu terdengar c
Liya meremas kopernya berkali-kali, entah mengapa keberangkatnya kali ini terasa seakan membuahkan sesal dan luka. Biasanya ia akan bersemangat saat harus berangkat belajar lagi, namun kali ini kakinya terasa berat untuk kembali ke Sydney. Mengigit bibirnya berkali-kali, wanita itu masih tetap setia menunggu kehadiran seseorang. Ya, mungkin saja rasa berat itu berasal karena ia harus meninggalkan suaminya lagi. Wanita itu mengulum senyumnya, jutaan kupu-kupu melayang terbang dalam perutnya saat mengingat malam indah yang sudah ia lewati bersama Danial. Bertahun-tahun mengagumi pria itu, dan semalam Liya mendapatkannya. Ia seakan memiliki Danial secara utuh. Liya kembali melihat arlojinya sekali lagi, sisa sepuluh menit lagi sebelum ia naik ke pesawat. Kepala Liya menunduk, ia pun menghela nafasnya berat, Liya hanya bisa pasrah karena suaminya itu belum menunjukkan tanda–tanda kehadirannya. “Hai, maaf. Aku sedikit terlambat,” ujar seseorang yang tiba-tiba saja sudah be
[tw/mature]“Hu um, lalu?” Danial Aktaraja, pria itu tengah melakukan panggilan telepon bersama sang istri yang kini tengah berada di Negeri Kangguru itu. Mencoba fokus pada setiap kata yang Liya ucapkan di seberang sana namun sepertinya sia–sia. Fokusnya buyar saat seseorang yang ada di sebelahnya tengah mencoba menggodanya. Siapa lagi jika bukan Rhea Eleanor, sudah hampir dua minggu ini keduanya saling menghabiskan waktu bersama layaknya pasangan suami istri seperti yang tidak pernah bercerai saja. Danial selalu pulang ke tempat Rhea atau sebaliknya wanita itu yang akan menginap di apartemen Danial. Dan kali ini, pria itu menginap di rumah Rhea. “Sayang jangan begitu,” lirih Danial sembari menjauhkan ponselnya, takut jika Liya bisa saja mendengarnya. Danial menatap wanitanya itu dengan tatapan memohon, wanitanya itu terus menggodanya dengan mengusap area dada dan sesekali mencubit putingnya. Keduanya sama-sama dalam keadaan telanjang saat ini setelah menghabiskan malam panas denga
Binar mata yang pada awalnya begitu tajam dan sanggup membunuh siapa pun yang berusaha mengusiknya lantas berubah. Tatapan Danial seketika melembut, berbinar-berbinar saat mendapati sosok yang begitu ia rindukan setengah mati itu tengah berdiri tak jauh darinya saat ini. “S–sayang?” Danial mengerjap beberapa kali, memastikan ia tak salah melihat ataupun tengah berhalusinasi saat ini. Jantungnya berdegup semakin kencang manakala melihat sosok wanita yang jidicintainya itu berjalan mendekat. Dalam diam Danial meneguk ludahnya saat aroma parfum kesukaannya mendadak tercium olehnya. Rhea berdiri di samping bangsal Danial. Wanita itu hanya terdiam beberapa saat, sampai di detik berikutnya air matanya mengalir begitu saja melewati pipi. “Kenapa kau bodoh sekali, Iyal~”Suara itu mengalun di telinga Danial. Darahnya berdesir saat mendengarnya. Itu artinya ia memang tidak berhalusinasi seperti yang sudah-sudah.“Kenapa kau bodoh sekali sampai menyakiti dirimu sendiri!” Suara Rhea meni
Rhea berjalan cukup tergesa menyusuri lorong rumah sakit di mana kekasihnya tengah dirawat. Setiap langkahnya seperti menghunjam jantung saat mengetahui kabar jika pria itu harus dilarikan ke rumah sakit akibat hepatitis alkoholik yang di deritanya. Rhea tidak habis pikir, berapa banyak alkohol yang Danial teguk sampai seperti ini. Setelah mendengar ucapan Isabell bahwa Danial pingsan di kantor, ia langsung menghubungi sekretaris Danial yang memang tahu akan hubungan gelap keduanya. Hingga disinilah ia sekarang berada, di depan pintu kamar Danial yang sudah ada Samuel berdiri di depannya, menunggunya. “Tuan Danial baru saja sadar, Nyonya.” Ujar pria itu tanpa ekspresi sembari membukakan pintu kamar inap Danial untuk Rhea. Rhea lantas mengangguk. “Terima kasih, Sam.” Pria bernama Samuel itu hanya diam saja menanggapi. Tidak, bukan karena ia tak suka karena tahu akan segalanya. Akan tetapi karena memang orangnya seperti itu. Salah satu orang kepercayaan Danial dan bukan tipe orang
Pria itu pikir, dirinya sudah cukup meyakinkan wanitanya di malam itu. Akan tetapi, setelah keduanya kembali pulang, Rhea justru secara terang-terangan menegaskan untuk meminta jarak pada hubungan mereka saat ini. Wanitanya itu meminta waktu sendiri. Tentu saja pada awalnya Danial menolak, akan tetapi melihat bagaimana raut sendu yang tergambar pada wajah Rhea, Danial tak memiliki pilihan lain selain memberikannya waktu. Kendati demikian, pria itu justru semakin menyesalinya pada akhirnya. Dua minggu lamanya hubungan keduanya begitu renggang saat ini. Sejak Rhea meminta waktu, Danial tak pernah lagi mendatangi rumah wanita yang dicintainya sepenuh hati itu. Berkirim pesan itu pun hanya sesekali, atau lebih tepatnya Rhea yang enggan membalas pesannya. Danial Aktaraja berulang kali hanya mampu menghela nafas panjangnya di atas kursi ruang kerjanya. Beberapa hari ini kepalanya sering sekali terasa pening, berat badannya juga berkurang lantaran tak memiliki nafsu untuk makan. Terbiasa d
“Kau ingin kemana?” tanya Danial yang baru saja ingin melingkarkan tangannya pada pinggang wanitanya itu harus ia urungkan lantaran Rhea tiba-tiba saja menegakkan tubuhnya.“Mandi,” sahut Rhea sembari menyanggul rambut panjangnya membentuk sebuah cepolan di atas kepalanya.“Aku ikut, ya?” tanya Danial yang ikut menegakkan tubuhnya juga.“Tidak!” sahut Rhea dengan cepat. Menyadari ucapannya bisa membuat Danial merasa curiga lantas Rhea pun segera berujar, “maksudku jika kau ikut, pasti tidak hanya mandi, Iyal… aku lelah,” sambungnya dengan sorot mata yang memohon.Melihat itu tentu saja Danial tersenyum lembut, tangan kanannya naik mengusap pipi kanan Rhea. “Baiklah aku mengerti,” ujar Danial begitu halus. “Nikmati waktu berendammu, Sayang.”Rhea pun mengangguk, membalas senyuman Danial dengan senyuman tipisnya dan segera ia beranjak dari atas ranjang mereka menuju kamar mandi.Senyum manis Danial luruh bersamaan dengan pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Rahang pria itu tampak sedi
Hari ini cukup melelahkan bagi Rhea karena Danial mengajaknya untuk menghabiskan waktu ke DisneySea. Keputusan Danial memilih DisneySea, karena di tempat ini lebih ditujukan untuk orang dewasa daripada anak-anak, seperti menikmati cocktail di lounge bergaya tahun 1920-an di atas kapal pesiar mewah. Tak hanya itu, wahana di DisneySea juga menarik, memiliki tema kelautan dengan tujuh pelabuhan mengesankan yang terinspirasi oleh tempat nyata dan legenda lautan termasuk American Waterfront, Mediterranean Harbor dan Mysterious Island yang unik dengan gunung berapi yang meletus. Meskipun lelah karena banyak wahana yang ia kunjungi, akan tetapi Rhea sangat menikmati perjalanannya hari ini.Lalu saat ini juga berlanjut ke Tokyo Skytree, di mana di tempat ini selalu menjadi salah satu tempat romantis paling populer di Tokyo. Sebagai menara tertinggi di dunia, pengunjung pertama-tama melintasi menara dengan lift khusus, hingga mencapai ketinggian antara 300 dan 400 meter. Saat ini Danial dan Rh
Seorang wanita cantik tampak mengerjapkan matanya berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya mentari yang mengusik tidur nyenyaknya. Bersama sisa kantuk dan rasa lelah yang menjalar di seluruh tubuhnya Rhea Eleanor mulai membuka matanya secara perlahan. Hal pertama yang ia lihat adalah seorang pria yang masih nyaman menutup matanya. Tidurnya tampak lelap sekali. Sebenarnya ia tak harus terkejut dengan hal ini, karena selama hampir dua bulan ini ia selalu bangun dengan adanya pria itu di sampingnya.Danial Aktaraja, mantan prianya. Yang kini masih tertidur sembari memeluk pinggang rampingnya. Meskipun sudah berkali-kali mereka berbagi ranjang yang sama, namun rasanya masih gugup dan malu juga. Terlebih lagi dengan kebiasaan Danial Aktaraja yang tak pernah memakai atasan saat ia tertidur. Aneh, tapi entah kenapa ia menyukainya.Rhea Eleanor tidak menyangka sama sekali, jika ia bisa menikmati kebersamaan seperti ini lagi dengan pria ini. Sempat ia bertekad untuk tidak jatuh dalam pesona seor
Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, pada akhirnya Danial dan Rhea pun sampai di salah satu hotel terbaik dan termewah di Tokyo. Tentu saja Danial tidak pernah setengah-setengah dalam mempersiapkan liburan natal dan akhir tahun bersama Rhea saat ini. Danial memesan satu large room dengan single bed berukuran king size lengkap dengan fasilitas kelas satu serta paket liburan untuk pasangan suami istri. Meskipun keduanya telah berpisah, mudah saja bagi Danial untuk melakukannya. Sesampainya di kamar mereka, Rhea segera menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang yang besar dan empuk itu. Ia terlihat kelelahan saat ini. Padahal sebelum-sebelumnya ia juga sering terbang ke Jepang untuk pekerjaannya sebagai seorang designer. Ya, Rhea Eleanor adalah salah satu designer terbaik di Indonesia. Banyak kliennya yang berasal dari luar negeri hanya untuk menjadi pelanggannya. Namun, Rhea memutuskan untuk beristirahat pasca kecelakaannya sampai pada akhirnya perpisahannya bersama Danial menumbuhka
“Aku melihat BMW bergoyang di basemen restoran Jepang tadi.”Mendengar kalimat itu lantas gerakan tangan Rhea berhenti. Tubuhnya membeku menatap lurus ke arah cermin. Kerongkongannya seakan kering dan tercekat begitu saja. “B–bergoyang?” tanya Rhea begitu kesusahan. Bahkan ia tak berani memutar tubuhnya. Isabell yang semula berbaring pun kini memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Rhea. “Sialan sekali sih mereka itu, seperti tak punya tempat lain saja. Membuat wanita lajang sepertiku hanya mampu menggigit jari,” sungut Isabell kesal. Diam–diam Rhea menghela nafasnya lega. Melihat kesalnya wanita itu dapat dipastikan bahwa Isabell tidak tahu jika yang berada di dalam mobil BMW itu adalah dirinya bersama Danial. Rhea mengulum bibirnya, lalu kembali menggunakan perawatan wajah miliknya, namun di saat ia hendak menuangkan toner bermerek SK II itu, botol itu jatuh lantaran mendengar ucapan Isabell lagi. “Aku melihat mantan suamimu bersama wanita lain. Aku yakin itu bukan istrinya, kare
Danial dan Rhea keluar dari mobil ketika mereka telah sampai di pelataran gereja. Rhea tertegun sejenak saat Danial mengajaknya ke tempat ini. Sudah lama sekali rasanya keduanya tak menginjakkan kaki di tempat suci ini bersama. Terakhir mereka berada di tempat ibadah ini adalah pada saat pemberkatan pernikahan Danial dan Liya. Merasa wanitanya itu tampak bingung, lantas Danial pun berjalan mendekat, lalu menggenggam tangan Rhea. “Ayo, masuk.” Ujar pria itu begitu lembut dan dibalas anggukan oleh Rhea. Keduanya berjalan beriringan memasuki gereja. Setelah sampai di patung Yesus Kristus, keduanya mulai bersimpuh, menautkan tangan, memejamkan mata dan mulai berdoa. Tuhan, aku kembali lagi. Bersama dengan seseorang yang selalu aku minta di setiap doaku. Terima kasih sudah membuatnya kembali padaku. Setidaknya, aku tidak sendirian. Setidaknya aku tidak bersimpuh di depanmu seorang diri lagi. Dan seperti sebelumnya, tentu saja aku mempunyai permintaan. Aku.. aku benar-benar tidak menyan