Home / Romansa / PERNIKAHAN yang TERTUKAR / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of PERNIKAHAN yang TERTUKAR : Chapter 11 - Chapter 20

100 Chapters

11

Kediaman Lotus Hall pagi-pagi sudah terlihat sibuk. Sederet asisten rumah tangga terlihat sudah mulai membersihkan mansion mewah itu. Semua orang sudah bangun dan sibuk bekerja, kecuali Maeera.Gadis miskin itu masih tertidur pulas di atas ranjang. Ia terlihat begitu lelah setelah semalaman bergadang menjaga kewarasannya agar tak tergoda oleh putra mahkota grup Liong, Gin Yuta. Tapi tidur lelapnya mulai terganggu saat ia merasakan sesuatu yang samar-samar berhembus di wajahnya. Sesuatu yang lembut, hangat dan harum, mirip seperti hembusan nafas.Dengan mata yang masih sepenuhnya terpejam, ia meraba-raba sekitar mencoba mencari tau apa yang mengganggu tidurnya. Tangannya berhenti saat menyentuh sesuatu yang lembut dan lembab."Apa ini?" gumam Maeera dengan mata masih terpejam.Penasaran, Maeera membuka sedikit matanya melihat apa yang ia dapatkan. Ternyata, wajah tampan tuan muda Gin. Terkejut dengan apa yang ia pegang, tangan Maeera
Read more

12

Maeera berjalan cepat menuju ke kamar suami palsunya, Gin Yuta. Jantungnya berdegup kencang. Ia panik dan ketakutan karena ada keluarga Gin yang datang dan memanggilnya dengan nama Avani.  "Sayang, apa obatnya sudah kau temukan," tanya Gin begitu mendengar pintu kamar dibuka. "Belum, ini aku sedang mencarinya," jawab Maeera panik sambil berlari menuju ruang baca.  Mendengar jawaban Maeera, Gin hanya mengangguk pelan. Tak lama pintu kembali dibuka. Seorang pria tampan memakai coat panjang berwarna hitam, berkacamata, datang sembari membawa tas kerja.  Ia tampak sangat rapi dan berwibawa. Dua buah lesung pipit terlihat menghiasi wajahnya setiap kali ia tersenyum.  "Pagi tuan muda ... oh kemana istrimu, aku tadi melihatnya. Tapi dia kabur begitu aku sapa," tanya pria itu dengan nada kebingungan sembari celingukan mencari keberadaan Maeera yang ia kira Avani.  Gin tersenyum kecil lalu berkata,
Read more

13

Pagi itu Maeera terlihat sibuk memilih pakaian mana yang harus ia kenakan untuk pergi ke kantor. Ia harus tampil mengesankan saat menemani suami palsunya Gin Yuta. Jika tidak, maka penyamarannya sebagai Avani Lie akan terongkar. Sederet pakaian bermerek sebenarnya sudah di siapkan oleh asisten rumah tangga Gin, namun karena ini kali pertama dirinya pergi ke kantor, ia kesulitan memilih. Setelah cukup lama berada dalam mode bimbang, Maeera akhirnya mengambil keputusan.  "Ah, aku rasa ini saja," ucapnya sambil mengambil celana panjang berwarna abu-abu dan blazer warna kuning cerah. Ia lalu pergi ke kamar mandi dan berganti pakaian disana. Tak lama ia keluar dengan penampilan yang sudah rapi. Dengan senyum mengembang di bibirnya, ia berjalan kembali ke ruang utama. Namun saat melewati ruang baca, suami palsunya Gin Yuta tiba-tiba memanggilnya. "Sayang, bantu aku memilih dasi," teriak Gin yang tengah berdiri di dekat jendela sambil menunjukka
Read more

14

Wanita itu syok melihat wanita yang ada di depannya ternyata bukan temannya Avani. Mulutnya menganga lebar dengan ekspresi wajah terkejut. "Kau bukan Avani!!! Kau siapa?" teriaknya. Melihat ekspresi terkejut wanita itu, Maeera hanya bisa diam, ia tak mampu berkata-kata. Ia sendiri juga terkejut saat masker wajahnya dibuka secara tiba-tiba. Dengan wajah panik, wanita itu langsung menarik tangan Maeera masuk ke dalam sebuah ruangan. Ia mendudukkan Maeera dengan kasar. Sambil mengawasi keadaan, ia berlari menutup semua gorden dan mengunci pintu. Setelah dirasa aman, ia pun mulai menginterogasi Maeera. "Siapa kamu?" hardiknya. "Di mana temanku Avani, apa yang kau lakukan padanya. Akan kulaporkan ke polisi jika kau macam-macam dengannya," ancam wanita itu sembari mengacungkan telunjuknya ke arah Avani.  Maeera tersudut dan kebingungan. "Tunggu-tunggu, aku bisa menjelaskan semuanya," bela Maeera.
Read more

15

Maeera dan Ayla kini telah mencapai kesepakatan. Dimana Maeera setuju untuk berpura-pura menjadi Avani. Kedua gadis itu kini mulai menyusun strategi agar penyamaran terlihat sempurna. Langkah pertama, Ayla mulai me-makeover Maeera agar si gadis miskin itu terlihat mirip Avani.  "Secara body shape, kalian berdua terlihat memiliki bentuk tubuh yang hampir sama, tinggi dan langsing," kata Ayla "Berapa tinggimu?" tanya Ayla pada Maeera.  "Em ... mungkin 165 atau 166, aku tak terlalu yakin," jawab Maeera.  Ayla menganggukkan kepala lalu berdiri menghampiri Maeera yang duduk di kursi tak jauh darinya. Dengan bibir mengerucut kedepan, ia memegang rambut Maeera dan berkata, "Sayangnya kalian berdua memiliki rambut yang berbeda. Avani memiliki rambut panjang dan lurus, sedangkan rambutmu agak sedikit bergelombang di bagian bawah. "Kita perlu meluruskannya. Selain itu, Avani tak pernah mengikat rambutnya dengan gelang kar
Read more

16

Avani terbangun dengan tenggorokan yang terasa sangat kering. Ia tak ingat sudah berapa lama ia tertidur, yang ia ingat hanya dirinya jatuh pingsan setelah kaki kanannya menginjak pecahan kaca. Diliriknya pergelangan tangan kirinya, terlihat selang infus menancap di sana. Dilihatnya telapak kaki kanannya, ternyata masih di balut perban. Dengan gerakan perlahan, gadis berkulit putih itu mencoba bangun, namun gagal. Seluruh tubuhnya terutama bagian kaki, terasa sangat sakit. "Jangan bergerak, tubuhmu masih lemah?" teriak Rin Leung yang tiba-tiba muncul dari balik pintu kamar yang terbuka.  Melihat kedatangan Rin Leung, Avani langsung membuang muka dengan raut wajah kesal dan jengkel.  Rin hanya tersenyum melihat Avani membuang muka saat melihatnya. Ia lalu berjalan mendekati gadis bermata kecil itu sambil membawa nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih.  "Aku tau kau masih marah, tapi sebaiknya kau segera memak
Read more

17

Terbaring di atas tempat tidur dengan infus yang masih menempel di tangannya dan kaki yang diperban rapat, Avani terlihat gelisah memikirkan penawaran yang diberikan oleh Rin Leung. Ia bingung antara menerima atau menolak penawaran tersebut. Dalam kebimbangannya, Avani mulai sadar jika selama ini ia telah menerapkan strategi yang salah untuk menghadapi pria berandal itu. Seharusnya ia tidak perlu overacting.Menghadapi pria seperti Rin Leung, ia seharusnya menerapkan strategi yang lebih kooperatif agar memiliki kesempatan besar untuk memanfaatkan kelengahannya.Jika ia masih terus menggunakan strategi konvensional dengan melawannya secara frontal, maka yang ada ia akan semakin lama terkurung di pulau terpencil itu.Tapi jika dia menggunakan strategi yang lebih fleksibel, yakni mengikuti alur permainan Rin, mungkin akan ada kesempatan baginya untuk kabur dari pulau itu. Meskipun ego dan harga dirinya akan terluka. "Ah, persetan
Read more

18

Sebuah Mini Cooper warna merah, terlihat berhenti tak jauh dari gerbang utama Lotus Hall. Dari dalam mobil, terlihat dua orang wanita sedang sibuk berdiskusi sembari mengawasi keadaan di luar. "Apa kita tak bisa masuk ke sana?" tanya Maeera pada Ayla. Ayla menggelengkan kepala. Matanya sibuk melihat keadaan di luar."Hanya orang yang memiliki kartu akses yang bisa masuk ke sana, dan yang memiliki kartu akses adalah keluarga inti dari grup Liong," terang Ayla sambil terus mengawasi gerbang utama Lotus Hall melalui kaca depan mobilnya. "Oh ... seperti itu," Maeera menganggukkan kepala.Sadar keadaan belum sepenuhnya terkendali, Maeera lalu mencoba mengungkapkan isi kepalanya. "Bagaimana jika kita batalkan saja rencana ini. Lagi pula kita berdua tidak memiliki kartu akses untuk bisa masuk ke sana," ujarnya. Mendengar perkataan Maeera, Ayla langsung menolehkan kepalanya ke arah gadis berkulit kuning
Read more

19

Maeera dan Ayla berjalan masuk ke sebuah ruangan berukuran super besar di salah sudut Lotus Hall. Begitu masuk, kedua wanita itu dibuat terkagum-kagum dengan betapa luasnya ruangan itu. Para asisten rumah tangga dan juga Ayla, menyebut ruangan itu dengan sebutan walk-in closet. Ruangannya sangat luas, hampir seluas lapangan tenis.  Di dalamnya, tersimpan berbagai jenis pakaian karya desainer ternama, sepatu dan tas dari merek-merek terkenal, serta aksesoris-aksesoris mahal bernilai ratusan juta hingga miliaran. Tak hanya luas, ruangan itu juga memiliki desain interior yang sangat mewah dan elegan, dengan dominasi warna putih di setiap sudutnya.  Lantainya terbuat dari marmer putih, tampak bersih dan mengkilap, dengan dinding kaca besar menghadap langsung ke laut. Di dalamnya terdapat deretan almari kaca dengan rangka kayu jati solid yang lapisi dengan cat lacquer warna putih, membuatnya terlihat lebih mengkilap dan
Read more

20

Sebuah sedan mewah berwarna hitam, terlihat berhenti tak jauh dari bangunan utama Lotus Hall. Seorang pria duduk di bagian pengemudi, sedangkan pria satunya lagi duduk di kursi belakang sebagai penumpang. Keduanya terlibat dalam sebuah percakapan. "Bagaimana, apa dia keluar dari mansion?" tanya Gin. Asisten Eri menggelengkan kepala. "Dia tidak keluar dari kediaman sejak datang bersama temannya," jawab Eri. Gin mengangguk mendengar penjelasan Eri. "Terus pantau gerak geriknya," perintah Gin. "Baik!" sahut Eri. "Kau sudah mendapatkan datanya?" tanya Gin lagi. "Sudah. Akan langsung saya laporkan kepada anda usai makan malam," balas Eri. "Ok," kata Gin singkat. Ia kemudian melemparkan pandangannya ke luar jendela mobil, ke deretan pepohonan cemara yang menjual tinggi. Pria berdarah Kanada-Jepang itu terlihat sedang memikirkan sesuatu. "Hemmm ... ini cukup menarik. Aku sudah memberinya kesempatan untuk kabur, tapi dia memilih kembali. Artinya dari awal dia memang memiliki tuju
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status