Terlihat Bu Wiyah berjalan seorang diri. Sesekali dia melihat ke belakang, seolah takut ada yang menguntitnya. Rasanya mereka tak sabar ingin mendengar cerita dari mulut Bu Wiyah. "Bulek, itu kan, Bu Wiyah adik Bapak?" tanya Roni pada Bu Ipah. "Iya, tak salah lagi. Itu Wiyah," kata Bu Ipah, dimatanya sudah mengambang bening kristal yang siap merangsek untuk keluar. Haru juga sedih berbaur menjadi satu di hati Bu Ipah saat ini. Sudah sangat lama dia tak bertemu dengan Bu Wiyah, ipar sekaligus sahabat sejak dia masih kecil. Juga sedih, melihat keadaan Bu Wiyah yang sangat miris. Hidup dalam serba keterbatasan, juga kesepian seorang diri. Sejatinya, Bu Ipah pun sama, hidup seorang diri di kampungnya. Karena
Read more