Home / Thriller / The Deepest Emotions / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of The Deepest Emotions: Chapter 21 - Chapter 30

42 Chapters

Chapter XX - Penampilan

Pemuda itu kembali dengan membawa sebuah long coat, kemudian dilemparkannya benda itu ke arah Vilma sambil terengah-engah.“Apa kau bodoh? Dengan pakaian seperti itu kau berani keluar tengah malam dingin begini.”Sekarang Vilma yang balik diomeli oleh Noah. Vilma mendengus dan langsung mengenakan long coat itu.Mereka kembali berbincang di taman itu. Vilma masih mencoba untuk tidak terlalu mengungkapkan perasaannya kepada pria di depannya itu, sedangkan Noah masih mencoba untuk menahan dingin malam itu karena melupakan jaketnya sendiri dan hanya membawa long coat untuk Vilma kenakan.“Jadi kau ingin aku kembali lagi kepadamu dan Tuan Chris?”Vilma mengangguk mengiyakan pertanyaan dari Noah. Noah tidak ingin menanyakan alasannya karena dia tidak ingin memaksa untuk mengetahui banyak hal. Sekalipun tahu, dia juga tidak akan mengerti.“Borris saat ini masih kesulitan berjalan dengan kondi
Read more

Chapter XXI - Ledakan dan Tindakan

Noah memandangi manekin itu, bukan karena terkagum dengan kemewahan pakaian yang disematkan di tubuh manekin itu melainkan matanya melihat sesuatu yang aneh dari benda itu.Tampak cahaya merah berkedip dari dalam badan manekin itu. Noah semakin penasaran dan mencoba mendekati manekin itu perlahan.Terdengar suara yang membuat Noah mendelik dan langsung berlari ke arah Vilma. Di tangkapnya tubuh wanita itu erat-erat dan langsung dibantingnya ke tanah dengan posisi tengkurap tepat di saat manekin itu mengeluarkan suara panjang dan datar.Seketika toko pakaian terkenal itu diporakporandakan oleh ledakan dari sebuah bom waktu dari dalam manekin itu, menimbulkan getaran hebat dan suara keras yang sama hebatnya.Seluruh benda baik hidup maupun tak hidup terpental ke berbagai arah. Dinding kuat dari gedung pusat perbelanjaan itu kini berubah jadi puing-puing semen yang berserakan di lantai gedung.Suara alarm otomatis menggema di seluruh penjuru gedung. P
Read more

Chapter XXII - Pahlawan Cuek

Dari dalam koper itu berisi berbagai macam senjata dan pakaian yang dibuat khusus untuk penyelidikan ini. Noah memandangi koper itu dengan wajah penuh penasaran. “Ini senjata sungguhan?” Pria paruh baya itu mengangguk, tapi Noah masih tidak percaya. Pemuda itu masih memperhatikan dua buah pistol jenis Glock 19 model terbaru dan Sig Sauer P226, serta rompi anti peluru yang didesain sedemikian rupa seperti rompi formal pada umumnya. Tuan Chris kemudian merogoh sakunya, mengambil sebuah pin kecil berwarna perak kemudian diletakkan di atas meja di depan mereka. “Ini pakailah. Pin ini adalah identitas dari bodyguard kami. Dari pin itu kami bisa melacak lokasimu sekarang.” Noah meraih pin itu dan tidak lupa dia juga menceritakan keadaan putrinya yang sedang dirawat di rumah sakit. Namun, pria di depannya itu justru tenang. Wajahnya tidak menunjukkan tanda-tanda kekhawatiran. Mungkin Noah berpikir kalau pria itu sed
Read more

Chapter XXIII - Pencak Silat

Wanita itu menyilangkan kakinya di sofa ruang tamu, sambil memperhatikan seorang pemuda yang sedang mempersiapkan makan malam.“Aku hanya masak seadanya. Jadi mari kita makan malam.“Senyuman kecil tersungging dari bibir wanita itu, sambil berdiri dan bergerak menuju meja makan.Mereka pun melahap apa saja yang bisa dimakan di atas meja makan itu, tanpa bersuara dan tanpa basa-basi.Banyak yang ingin Noah tanyakan, namun suasana serius saat makan ini mengurungkan niatnya begitu saja.Setelah sesi makan malam selesai, wanita itu kembali duduk di atas sofa.Noah yang sedang membereskan peralatan makan saat itu masih terpikirkan oleh perkataan Morrey tentang bela diri yang akan dipelajarinya. Banyak hal yang masih perlu digali.Pemuda itu menarik sebuah kursi kecil dan duduk berhadapan dengan Morrey. Badan jangkungnya itu jika dilihat dari belakang, seolah menutupi keberadaan Morrey di depannya.Dia tahu dari Borris, kalau Morrey merupakan anggota p
Read more

Chapter XXIV - Menjadi Kandidat

Akan ada saatnya Noah bisa bertemu dengan rekan mereka yang bernama Anwar itu. Dirinya semakin penasaran dan tertarik dengan ilmu bela diri Pencak Silat ini.Noah memberikan segelas air kepada Morrey, namun ia menolak. Wanita itu seolah berpikir keras mengenai sesuatu.“Anwar yang kau sebut itu seperti apa?“Noah mencoba mencairkan suasana dengan melontarkan pertanyaan kepada Morrey yang baru terpecah dari lamunannya.“Ah ... dia itu lebih seperti orang yang paling pendiam, kurang suka bergaul, dan paling benci dengan yang namanya pertumpahan darah.“Pemuda itu semakin penasaran. Jika memang dia tidak suka adanya pertumpahan darah, lalu kenapa bergabung dengan tim Pengamanan?Mereka pun menyudahi latihan mereka setelah melakukan beberapa pertarungan saja. Sudah, hanya itu saja.Morrey memang berniat untuk memperlihatkan terlebih dahulu kepada Noah sebagai permulaan latihan.Noah memasuki kamarnya dan mer
Read more

Chapter XXV - Pertarungan Jarak Dekat

Pemuda itu seolah mendatangi Noah dengan gagah perkasa. Tubuhnya sepantaran dengan Noah, namun lebih berisi dan berotot.Dengan tatapan meremehkan, pemuda itu memandangi Noah yang sedang beristirahat duduk dan kemudian membalas menatap pemuda di depannya itu. Kini mereka saling bertatapan dalam diam.“Sepertinya kau masih belum kenal dengan organisasi Centaur.”Noah sempat mengernyit, kemudian mengangguk mengiyakan pernyataan pemuda itu. Jujur saja dia tidak begitu tentang organisasi itu. Yang di ketahui hanyalah Borris, Morrey, dan ayahnya merupakan anggota dari organisasi tersebut.Pemuda itu kemudian menyilangkan tangannya di dada, sembari melangkah pelan mendekati Noah. Senyumannya tampak mencurigakan seperti sedang merencanakan sesuatu yang buruk kepada Noah.“Aku dan teman-temanku bias mengantarkanmu keliling-keliling agar bisa lebih mengenal tempat ini.”Senyuman licik itu masih mengembang di wajahnya, sedangka
Read more

Chapter XXVI - Jati Diri

Mata pemuda itu perlahan membuka, melihat sekeliling dengan wajah yang pucat pasi. Hanya terlihat seorang wanita yang membelakanginya selagi dirinya masih di ranjang empuk.“Kau sudah sadar?”Gendang telinganya sayup-sayup mendengar suara wanita itu berbicara kepadanya. Kini pandangannya sudah jelas, dan ruangan itu tampak seperti kamar rumah sakit.“Dimana ini?”Walaupun Noah sudah tahu dia berada di mana, apa salahnya bertanya. Wanita itu kemudian berbalik menampakkan kulit putih dan sebuah kacamata di wajahnya.“Kau sekarang berada di ruang perawatan. Kau pingsan dan dilarikan ke sini setelah pertarunganmu.”Noah tidak menyangka bisa kalah telak oleh seseorang yang seumuran dengannya selain dengan Besim. Wajahnya tertunduk malu walaupun tidak ada seorang pun yang memperhatikannya di sana, nyatanya dia malu dengan dirinya sendiri.Pemuda itu pun kembali ke ruang latihan. Kata perawat barusan latih
Read more

Chapter XXVII - Tahanan

Pemuda itu menemukan orang yang kehidupannya lebih parah dari dirinya. Dipaksakan oleh situasi untuk menjadi kuat dan berada di tempat yang bisa membahayakan nyawanya.Mereka berdua lagi-lagi terdiam di ruangan itu, tapi Andi tampaknya sudah terlelap. Noah tidak mampu memejamkan matanya, banyak hal yang masih ada di kepalanya. Pemuda itu beranjak dari ranjangnya, berniat menemui Borris dan Morrey yang mungkin saja masih berada di markas.Pemuda itu berjalan tegap, sambil menenteng pakaian kotor itu di pundaknya. Noah terlebih dahulu menghampiri ruang pengintaian, tempat yang mereka datangi pertama kali.Namun tidak dilihatnya Morrey maupun Borris di sana, bahkan tidak terlihat seorang pun di dalam ruangan itu. Noah memperhatikan pintu ruangan itu, tampak kokoh dengan gembok yang tergantung di gagangnya.Pupus sudah niat awal untuk mencari Borris dan Morrey, dan beralih ingin berkeliling saja sendirian, siapa tahu akan bertemu mereka berdua di suatu tempat
Read more

Chapter XXVIII - Pelatihan

Entah chip seperti apa yang wanita itu berikan kepada Noah, yang pasti itu bukanlah benda sembarangan. Tangannya menggenggam erat benda kecil itu dan bergegas menuju ruang perawatan. Mungkin lebih baik untuk tidak menunjukkan benda ini  ke sembarangan orang, jadi harus dia jaga baik-baik.Wanita perawat itu duduk sambil merapikan balutan perban di tubuh Noah. Tulang rusuknya sedikit retak karena bantingan keras itu. Orang sangar itu sudah seperti beruang saja, badan dan tenaga sama besarnya.“Sudah. Cepatlah kembali ke ruanganmu, istirahat!”Sikap perawat wanita itu sedikit jutek kepada Noah, entah karena apa. Tapi jika dipikir-pikir, pergi ke ruang perawatan dengan tulang rusuk retak di jam satu dini hari memang sedikit tidak masuk akal untuk terjadi di markas yang tertib seperti ini.Kebanyakan kandidat sudah tidur di ranjang mereka masing-masing, walaupun masih ada beberapa ranjang yang kosong. Noah merebahkan tubuhnya dan ber
Read more

Pengumuman

Halo teman-teman pembaca The Deepest Emotions. Author ingin menyampaikan kabar yang kurang menyenangkan, karena mulai tanggal 2 Mei 2022 sampai tanggal 9 Mei 2022, novel The Deepest Emotions akan hiatus terlebih dahulu karena Author memiliki beberapa kesibukan. Sudah dua bulan novel The Deepest Emotions sudah berjalan, dan Author terus berharap agar novel ini bisa tamat dengan ending yang tidak pembaca sangka-sangka. Sedikit informasi, novel Thriller ini merupakan karya fiksi Author yang sedikit tertarik dengan jalan cerita dari serial Superhero Marvel, Hulk. Dan inilah karya orisinil dari Author dengan terinspirasi dari cerita tersebut. Namun karena hambatan yang sudah disebutkan di atas, novel ini akan rehat sejenak. Maka dari itu, Author memohon maaf dengan sebesar-besarnya. Tapi tenang saja, novel ini akan terus berlanjut hingga tamat. Karena itu, tetap dukung Author yaa...!!!
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status