All Chapters of Dihina Karena Tidak Memakai Perhiasan: Chapter 11 - Chapter 20

57 Chapters

Siapa Faisal?

 "Kenapa, Ma? Jangan halangi papa buat menghajar lelaki sial*n itu!" geram Pak Adi.  "Pa! Ingat, kita di kantor polisi," bisik Mbak Anggi pada suaminya.  "Argh!"   Pak Adi memukul tembok ruangan dengan tangan yang mengepal. Aku masih belum memahami, siapa Faisal ini sebenarnya.  "Kenapa kamu tega membuat anak saya celaka?" tanya Pak Adi frustasi.  Lelaki yang kuduga bernama Faisal tersebut menunduk, tanpa berani menjawab satu katapun pertanyaan dari Pak Adi.  "Jawab!" bentak suami Mbak Anggi dengan marah.  Petugas aparat mendekat ke arah Pak Adi dan mene
Read more

Anggi yang bodoh

Pa, aku mohon. Cabut tuntutan untuk Faisal, Pa," pinta Mbak Anggi.Culas sekali, wanita ini. Menuduhku mencuri dan menyebabkan Dea celaka, hingga rela merogoh kocek agar aku bisa mendekam di penjara. Giliran pelaku aslinya sudah tertangkap, dia mengiba pada suaminya dan meminta Pak Adi untuk mencabut laporannya dengan dalih pelakunya adalah Faisal, adiknya sendiri. "Tidak akan! Sudah cukup aku memberi jantung pada keluargamu! Keluarga miskin yang tidak tahu berterima kasih!" cibir Pak Adi sengit. "Tutup mulutmu, Adi! Berhenti mengatakan keluargaku miskin dan tidak tahu malu! Kami hidup dengan jerih payah kami sendiri, uang pemberian darimu, sudah aku kembalikan pada istrimu, tanyakan saja pada istrimu yang lupa pada ibunya itu! Bahkan ibunya sakit hampir sekarat saja dia enggan menengok, lebih mementingkan suami gila penghormatan seperti dirimu!" ujar Faisal geram. Terlihat sekali rahangnya mengeras. Mendapa
Read more

Pamer Berlian

  Sejak pagi aku sudah berkutat di depan laptop. Menyalin data-data yang sudah Krisna kirim tadi malam. Banyak sekali memang kejanggalan pada tiap laporan yang sudah tertulis. Sepertinya aku harus memulai penyelidikan dari bawah, jika langsung pada intinya, bisa saja pelaku mengkambinghitamkan kesalahannya pada orang lain.  Semburat mentari sudah mewarnai langit timur. Kulirik jam di atas nakas, sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi. Sepertinya tukang sayur sudah mangkal di depan.   Kulangkahkan kaki menuju dimana para ibu-ibu sudah berkerumun memilih sayuran segar.   "Pagi, mbak Endang," sapa mbak Hanin ramah.  "Pagi juga, pagi ibu-ibu," ucapku pada ibu-ibu lainnya. 
Read more

Mempermalukan Mbak Anggi

Setelah mendebat para sekutu mbak Anggi, aku meminta tukang sayur untuk memasukkan barang belanjaku ke dalam kantong. Saat tubuhku berbalik, sosok mbak Anggi baru saja tiba di antara kami. "Kok matanya bengkak sih, Jeng, kenapa?" tanya Bu Halimah kepo.Aku masih berdiri menunggu giliran membayar sayuran dan ayam yang baru saja kubeli."Ah, ini kurang tidur aja, Bu. Dea rewel katanya kepalanya pusing," elak Mbak Anggi lemah. "Kasihan banget, mana pelakunya bebas lagi!" rutuk Bu Andin melirik ke arahku. "Siapa yang ibu maksut pelakunya? Jadi kalian belum tau siapa pelaku sebenarnya yang sudah membuat Dea celaka?" tanyaku, membuat mulut mereka bungkam."Emang siapa, Jeng? Kamu bilang mbak Endang yang sudah mencelakai Dea gara-gara berusaha mencuri kalung anak kamu," selidik Bu Halimah ingin tahu. Mbak Anggi gelagapan, "Ah, ternyata bukan mbak Endang. Entahlah, pela
Read more

Dikira karyawan baru

Di tengah perjalanan menuju pabrik, berkali-kali aku melirik jam di pergelangan tangan. Duh, ini gara-gara sibuk meladeni Bu Hajjah Aminah dan kawan-kawannya, jadi telat kan!Padahal rencananya pagi ini ada meeting untuk membahas dana "missed" setahun belakangan."Maaf, Bu. Ada perlu dengan siapa? Tolong tunggu di sini, selain karyawan dilarang masuk ke dalam kantor," cegah satpam dengan name tag Jazuli, kepadaku."Ah, saya Endang. Pemilik--""Siapa dia, Li?" tanya seorang pria di belakangku. Sontak aku menoleh ke arahnya."Selamat pagi, Pak Adi. Saya juga tidak tahu ibu ini siapa, Pak. Tiba-tiba datang dan main nyelonong ke dalam kantor," jelas lelaki bernama Jazuli pada Pak Adi.Suami Mbak Anggi itu tersenyum sinis ke arahku, dengan menelisik pakaianku dari atas hingga bawah."Siapa yang meminta kamu interview di sini? Atas rekomendasi siapa kamu beran
Read more

Kegelisahan para Koruptor

Semua mata di ruangan meeting melihat ke arahku. Tanpa aba-aba, Pak Adi berdiri seolah kaget dengan kedatanganku yang disebut Krisna sebagai pemilik asli pabrik Endan Group. "Apa ada yang salah, Bapak Adi?" tanya Krisna, sengaja menekan kata "Bapak Adi".  Pak Adi melihat sekelilingnya, para staf dan manager yang hadir menatap heran ke arahnya. Aku mengangkat satu telunjuk dan mengarahkannya tepat dimana Pak Adi tengah berdiri. Kuayunkan jemariku dari atas ke bawah, seketika Pak Adi terduduk melihat perintah jariku.  Kutarik sudut bibir hingga membentuk seringaian membunuh.   "Kita sambut kedatangan pemilik Endan Group, Bu Endang Sarasvati, saya minta kesediaan kalian semua untuk berdiri, dan bertepuk tangan atas kerendahan hatinya sehingga bisa membuka lapangan pekerjaan di tempat yang sedikit terpencil ini." Kata K
Read more

Mari bermain-main

  "Tidak bisa begitu, Bu. Ini namanya jebakan! Mana boleh ibu mengunci file kami setahun belakangan, barangkali kami menemukan kesalahan di laporan tahun lalu, kami tentu tidak bisa mengubahnya," ucapnya panik.    Aku tersenyum sinis, "Saya mempunyai wewenang atas itu! Anda harus tau diri, Bapak Ferdinan yang terhormat, saya Endang Sarasvati, pemilik Endan Group tempat anda bekerja, jadi untuk melakukan hal seperti mengunci file atau sebagainya, saya memiliki kuasa penuh atas itu!" ucapku hampir tersulut emosi.    "Lagipula, kenapa bapak terlihat panik sekali?" cecarku, membuat Pak Ferdinan gelagapan.    "Tentu saja saya panik! Itu namanya ib
Read more

Pak Ferdinan adalah ....

  Setelah membaca pesan dari Bu Hajjah Aminah, gegas aku membersihkan diri dan berganti pakaian mahal yang kupunya. Jika mereka mengenal fashion, tentu akan menyadari berapa harga baju yang sedang kupakai kini.  Tak lupa kupakai kalung dan satu cincin berlian hadiah dari ibu mertua di hari ulang tahunku tahun lalu, sempurna!  Kusambar tas kecil dengan brand "Louis Vuitton" berwarna putih di lemari penyimpanan tas milikku.  Kurasa sudah cukup mewah penampilanku kali ini, bahkan sudah seperti mau pergi kondangan saja. Baju berwarna peach dengan  panjang selutut dengan perhiasan mewah yang membuat fashionku semakin berkelas.  "Dek, mau kemana?" tanya mas Danu dengan memicingkan matanya, menelisik penampilan
Read more

Reina Ternyata ....

  Aku memasukkan kembali Diamond selector ke dalam tasku. Semua wanita di ruangan ini berdiri karena suami Bu Hajjah Aminah yang terhormat itu sudah pulang. Aku menoleh ke arah lelaki yang sudah berdiri di antara kami semua, ketika mata kita beradu, kakinya mundur selangkah seolah terkejut melihatku berada di sini.  "Bu ... Bu Endang?" tanyanya memastikan.  Aku mengibas satu tangan di udara, dan berjalan santai mendekati Bu Hajjah Aminah yang sudah berdiri di samping suaminya.  "Lain kali, jangan menilai orang lain dari seberapa banyak perhiasannya, jika suatu saat kamu tau kalau semua kekayaan yang didapat suamimu dari cara yang salah, kamu tentu akan bingung meletakkan mukamu di mana!" bisikku dengan membetulkan ujung jilbab milik Bu Hajjah Aminah.
Read more

Siapa yang Menghamili Reina

  "Kamu bercandanya nggak lucu deh, Sayang!" celetuk Reina disela-sela tawanya.  Aku mengerutkan dahi, benar-benar wanita bebal!  "Siapa bilang aku bercanda? Dia memang kakak perempuanku, Mbak Endang!" jawab Krisna ketus.  Bibir Reina seketika mengatup, ditatapnya netra Krisna dengan air muka tegang.   "Ja-jadi ... Dia?"   "Perkenalkan, nama saya Endang Sarasvati, pemilik resmi Endan Group," ucapku dengan mengulurkan satu tangan ke arah Reina.  Ibu-ibu di rumah Bu Hajjah Aminah menatap ragu ke arahku.  
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status