Beranda / Fiksi Remaja / Life Hates Me / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Life Hates Me: Bab 21 - Bab 30

120 Bab

Bab 21

Suasana kelas yang semula ribut dengan suara obrolan dan keluhan para murid, kini menjadi sunyi setelah seorang guru memasuki ruangan kelas untuk mengajar. Semua siswa dan siswi bergerak cepat kembali ke mejanya masing-masing sebelum memberi salam kepada guru tersebut."Selamat pagi, Bu Guru," sapa kami dengan serentak."Selamat pagi, Anak-anak," sahut wanita yang mengenakan seragam dinas harian warna khaki. Wajah guru tersebut terlihat tak asing bagiku karena aku baru saja melihatnya di UKS beberapa saat lalu. Ya, beliau adalah petugas UKS yang juga merupakan guru Bahasa Indonesia."Sebelum memulai pembelajaran hari ini, marilah kita menyanyikan lagu Indonesia Raya lalu berdoa terlebih dahulu," lanjutnya.Seperti yang dikatakan oleh bu guru, kami menyanyikan lagu Indonesia Raya lalu diikuti dengan doa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Setelah melakukan dua rutinitas itu, barulah kami memulai proses belajar mengajar."Hari ini, kita akan
Baca selengkapnya

Bab 22

Beberapa menit setelah aku kembali ke mejaku, siswa dan siswi lain mulai mengumpulkan syairnya ke bu guru lalu membaca karya sastranya di depan kelas. Rata-rata syair mereka bertemakan pendidikan, nasihat, dan bahkan kisah cinta. Akhirnya kelas berakhir saat bunyi bel istirahat terdengar. Sang pendidik dan pelajar saling berpamitan sebelum bubar dari ruangan ini. Sebagian besar teman sekelasku pergi beristirahat di kantin, sedangkan aku dan beberapa orang lainnya menghabiskan jam istirahat kami di kelas. Kusimpan buku pelajaran dan alat tulisku di dalam laci meja lalu mengeluarkan bekalku dari dalam ransel. Saat aku membuka tutup kotak bekalku, aroma masakan mama menyerbak memasuki indera penciumanku. Aku pun memakan makanan yang kubawa dari rumah dengan lahap. 'Masakan mama memang paling enak, bahkan lebih enak daripada masakan koki di restoran ternama,' batinku sambil menikmati lezatnya ikan saus asam manis buatan mama. Saat tengah menikmati bekalku
Baca selengkapnya

Bab 23

Aku menggigit bibir bawahku dan mengepalkan tanganku dengan erat, berusaha memberanikan diriku untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya kualami di sekolah dan di rumah. Entah kenapa rasanya berat sekali untuk memberi tahu orang lain tentang masalah yang kuhadapi.Kubuka mulutku lagi dan melanjutkan perkataanku. "Saya dibuli oleh teman sekelas saya, Pak."Kulihat pak Yeremia melebarkan matanya saat mendengar perkataanku. Dia tampak terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya. Fakta yang baru diketahuinya sangat mengejutkan baginya karena selama ini aku tidak pernah memiliki masalah dengan teman sekelasku."Siapa yang membulimu, Nak?" tanyanya dengan serius."Celestine, Maryam, Jessica, Christina, dan Tariyah ... dan juga Stephen," jawabku menyebutkan siapa saja yang sudah membuliku. Stephen yang baru-baru ini ikut menjahiliku pun tak lepas dari aduanku.Mendengar jawaban dariku, pak Yeremia memasang wajah tidak percaya. "Celestine dan kawan-kawann
Baca selengkapnya

Bab 24

Bel pulangan berdering saat jam menunjukkan tepat pukul 2 siang. Semua murid berbondong-bondong keluar dari kelas, kecuali yang jadwal piketnya hari ini. Aku pun bangkit dari kursi dan menenteng ranselku di punggung sebelum keluar dari kelas.Aku menuruni tangga dengan langkah cepat lalu lanjut berjalan menuju WC perempuan yang berada di lantai 1. Sayang sekali, aku tidak bisa langsung pulang dan harus membersihkan WC terlebih dahulu.Saat tengah mengepel lantai, telingaku menangkap bunyi langkah kaki. Aku menoleh ke arah sumber bunyi dan mendapati Celestine serta anggota gengnya memasuki ruangan ini. Namun, jumlah mereka kurang satu orang karena salah satu dari mereka sibuk membersihkan WC di lantai 3.Aku menghentikan aktivitasku dan bertanya dengan ketus, "Ngapain kalian ke sini?""Kamu 'kan yang mengadu ke pak Yere kalau kami membulimu?" Celestine mengabaikan pertanyaanku dan malah bertanya balik kepadaku."Kalau iya kenapa?" balasku dengan nad
Baca selengkapnya

Bab 25

Keesokan harinya, hari ini aku pergi ke sekolah sedikit telat, tetapi begitu telat karena gerbang masih belum ditutup. Aku menaiki tangga dengan langkah santai. Namun, aku harus mempercepat langkahku karena bel masukan baru saja berdering. Aku memasuki ruangan kelasku yang sudah ramai. Semua teman sekelasku asik mengobrol dengan teman-temannya dan mengabaikanku yang baru saja datang. Kulangkahkan kakiku menuju mejaku yang berada di baris paling belakang. Kuhentikan langkahku tepat di samping mejaku. Aku berdiri diam dan memandang kosong permukaan mejaku yang penuh dengan coretan spidol. Kubaca tulisan-tulisan itu dengan hati yang sakit. -Tukang cari perhatian, cewek jalang, perebut laki orang. Tanpa melihat siapa yang membuat coretan itu dengan mata kepalaku sendiri, aku sudah tahu siapa yang melakukannya. Kukepalkan tanganku dan mengerutkan alisku. 'Padahal mereka sudah dipanggil ke ruang BK, kenapa mereka masih berani melakukan ini? Aku sema
Baca selengkapnya

Bab 26

Kegiatan kerja kelompok yang singkat ini berjalan dengan baik. Kami membagi tugas pada masing-masing anggota agar bisa lebih cepat diselesaikan. Meskipun begitu, aku merasa kehadiranku tidak begitu berguna bagi mereka karena aku tidak terlalu banyak membantu.Aku melirik ke arah teman sekelompokku yang sedang sibuk merangkum materi dan berdiskusi. Ketiga siswa teladan itu berada di peringkat 5 besar, sudah jelas kepintaran mereka tidak perlu ditanyakan lagi. Sedangkan aku, aku hanyalah peringkat 9 di kelas ini.Aku menarik sebuah senyuman kecut. 'Rasanya seperti menjadi benalu.'Senyuman kecut yang terpasang pada wajahku langsung lenyap saat bunyi bel istirahat tertangkap oleh indera pendengaranku. Sontak aku melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 09.45."Kita sudahi kelasnya sampai di sini, Anak-anak. Selesaikan tugas kelompok kalian dan presentasikan minggu depan," ujar bu guru yang baru saja bangkit dari kursinya."Baik, Bu," sahut s
Baca selengkapnya

Bab 27

Pagi esoknya, seperti biasa, aku mempersiapkan diriku dan sarapan sebelum pergi ke sekolah. Aku menyantap masakan yang mama masak dengan lahap bersama dengan kakak dan papa. Tiba-tiba kakak menanyakan pertanyaan yang membuatku terkejut."Jadi kamu sudah pacaran sama pangeran berkuda putihmu?" tanyanya yang membuat aku terbatuk.Papa yang duduk di samping kananku pun ikut terbatuk saat mendengar pertanyaan yang mengejutkan itu. Pria berumur 42 tahun itu langsung meraih secangkir teh di sampingnya lalu meneguknya sampai setengah kosong."Apa? Kamu pacaran?" tanya papa kepadaku.Aku tambah terbatuk-batuk setelah mendengar pertanyaan papa. Papa pun mengoper segelas teh yang masih belum diminum kepadaku. Kuminum teh hangat itu setelah sedikit tenang agar tidak tersedak saat meminumnya."Tidak, Pa. Aku belum pacaran dan tidak akan pacaran kok. Aku bakal fokus sama sekolah dulu," jawabku sambil melemparkan tatapan sinis ke arah kakakku yang memasang wajah
Baca selengkapnya

Bab 28

Setelah berhasil kabur dari Jonathan, aku duduk merenung di mejaku. Untung saja Jonathan membiarkanku pergi begitu saja dan memaksaku untuk berhenti menghindari dia dan Vania lagi.Saat memandang kosong ke arah pintu, aku melihat Vania memasuki kelas, diikuti oleh Jonathan. Mereka berjalan menuju meja Vania sambil mengomongkan sesuatu. Sepertinya mereka membicarakan aku karena sekilas aku melihat Jonathan melirik ke arahku.Sontak aku memalingkan mukaku ke jendela yang berada di sisi kiriku. Kupandang langit biru berawan di luar sambil menopang daguku dengan telapak tangan kananku. 'Sepertinya nanti akan hujan deras.'Entah berapa menit aku melamun sambil memandang cakrawala, akhirnya bel masukan berdering. Aku pun mengalihkan pandanganku dari jendela. Kulihat Jonathan melambaikan tangannya kepada Vania sebelum pergi meninggalkan dia dan kembali ke mejanya.Tak lama kemudian, masuklah seorang guru berseragam batik sehingga semua penghuni kelas ini kembali
Baca selengkapnya

Bab 29

Bunyi bel istirahat terdengar, guru pun berhenti mengajar. Para murid mengucapkan terima kasih kepada sang pendidik karena sudah mengajari mereka. Setelah itu, semua orang yang berada di dalam kelas ini pun bubar dan pergi ke kantin, kecuali aku.Aku mengeluarkan kotak bekalku dari dalam ransel dan mulai memakan makanan yang sudah dingin ini. Suasana kelas yang sunyi membuatku merasa kesepian, terutama karena aku sendirian di tempat ini."Kalau ada Vania dan Jonathan, pasti tidak akan sesepi ini ...," gumamku di sela-sela mengunyah.Setelah menelan makanan di dalam mulutku, aku terdiam sejenak. Sebuah senyuman pahit tercipta pada bibirku. 'Apa yang kuharapkan? Akulah yang mengakhiri persahabatan kami jadi aku tidak pantas berharap begitu.'Kumainkan nasi di dalam kotak bekal dengan menggunakan sendok. Aku tidak begitu nafsu makan walaupun masakan mama sangat enak. Penyesalan ini membuatku kehilangan hasrat untuk memenuhi kebutuhan panganku.Aku mem
Baca selengkapnya

Bab 30

Beberapa jam telah berlalu sejak kejadian yang mengejutkan itu. Pada akhirnya aku tidak mengangkat kepalaku untuk melihat siapa yang mengatakannya. Waktu itu aku tetap berpura-pura tidur sampai jam istirahat berakhir.*Flashback: Jam Istirahat*"Hah? Serius kamu tertarik sama dia?" Salah satu sahabatnya tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.Orang yang mengaku bahwa dia tertarik denganku merespons pertanyaan itu dengan sebuah dehaman. "Memangnya kenapa?""Tidak apa-apa sih. Aku hanya tidak nyangka saja kalau kamu tertarik sama dia," balas lawan bicaranya.Siswa itu hanya tertawa mendengar balasan dari sahabatnya. Sesudah itu, dia mengalihkan pembicaraan sehingga mereka tidak lagi membahas tentang topik itu lagi. Ketiga siswa itu kembali berdiskusi mengenai pelajaran lagi.*Flashback selesai*Aku berjalan menuju kamar tidurku dengan linglung. Setelah pulang pun aku masih terus memikirkan pembicaraan itu. Ini pertama kalin
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status