Home / Fiksi Remaja / Life Hates Me / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Life Hates Me: Chapter 101 - Chapter 110

120 Chapters

Bab 100

Aku melangkahkan kakiku dengan terpaksa, berjalan menuju gedung SMP. Mama tidak mengizinkan aku bolos sekolah walaupun hanya untuk hari ini saja. Di sisi lain, papa membolehkan aku untuk istirahat di rumah karena baru saja pulang dari Yogyakarta.Aku memutuskan untuk turun sekolah walaupun sebenarnya aku enggan melakukannya. Aku tidak punya pilihan lain. Selama tindakanku bisa mencegah terjadinya pertengkaran di antara mereka, dengan ringan hati aku akan melakukannya.Aku berjalan menyusuri jalan setapak yang panjang dan lapangan olahraga yang luas sambil melihat-lihat sekelilingku. Pemandangan ini membuatku bernostalgia dengan apa yang sudah kulalui selama ini.Aku mengalihkan panadanganku ke anak-anak tangga yang akan kunaiki. Akhirnya aku menginjakkan kakiku lagi di tempat yang bagaikan neraka ini. Aku harus mempersiapkan mentalku sebelum bertemu dengan orang-orang yang selalu membuliku."Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja," gumamku sambil mengelus dada.Naiklah aku ke lantai
Read more

Bab 101

Jam istirahat, aku mengeluarkan kotak bekalku dari dalam ransel setelah guru keluar dari kelas. Kubuka tutup wadah makanan ini dan menatap kosong masakan di dalamnya. Entah kenapa, aku tidak nafsu makan walaupun masakan ini adalah menu kesukaanku; sapi lada hitam.Tiba-tiba ada yang menendang kaki mejaku. Perabotan yang terbuat dari kayu ini pun tergeser dan mengeluarkan bunyi derit. Aku tersentak kaget karena terkejut dan sontak menoleh ke arah orang yang menendang mejaku.Kudapati Celestine dan anggota gengnya berdiri di samping kananku. Pemimpin dari kelompok itu menatapku dengan tatapan tajam, sedangkan anak buahnya ikut melemparkan tatajam tajam kepadaku."Hey, ayo ikut sama kami," ajak Celestine dengan nada tegas.Sebelum aku sempat membalas ajakannya yang bernada seperti memberiku sebuah perintah, Celestine lebih dulu membalikkan badannya dan melangkah meninggalkan aku. Anggota gengnya pun mengekori dia keluar dari ruangan ini.Aku terdiam di tempat dudukku, tidak langsung bera
Read more

Bab 102

"Apaan nih?" heran Celestine."Buset, betulan pakai baju zirah dong," celetuk anggota gengnya.Dia membuka lebar bajuku sehingga brace skoliosisku jadi terlihat lebih jelas. Saat mereka asik mengamati dan mengomentari brace-ku, aku sudah pasrah dan tidak memberontak lagi, membiarkan siswi-siswi itu berbuat sesuka mereka.Aku memandang kosong pintu WC yang tertutup rapat di belakang Celestine. Hatiku berharap akan ada seseorang yang datang untuk menolongku, seorang guru akan lebih baik. Akan tetapi, tak ada seorang pun yang masuk ke ruangan ini, seolah-olah ada yang menghalangi di luar."Eh, tolong lepasin baju zirahnya, aku mau coba pakai," ucap Christina yang kini ikut berjongkok di samping pemimpinnya.Aku melebarkan mataku saat mendengar perkataan siswi tomboy itu. Aku langsung meronta-ronta lagi dan tidak mengizinkan Christina untuk mencoba mengenakan brace skoliosisku. Aku takut dia merusak pelindung punggungku yang biaya pembuatannya lumayan mahal."Tidak! Tidak boleh! Lepasin a
Read more

Bab 103

Selama jam pelajaran ketiga sampai istirahat ke-dua, aku menyendiri di atap sekolah. Aku yang selama ini tidak pernah membolos kelas, untuk pertama kalinya aku tidak mengikuti pelajaran. Meskipun begitu, tidak ada satu orang pun yang mencariku.Aku membungkukkan badanku dan menopang daguku dengan kedua telapak tanganku. Aku jadi bisa membungkuk dan tidak kaku seperti robot lagi karena tidak mengenakan brace skoliosisku.Aku mengalihkan pandanganku dari benda berbahan gips yang berdiri di samping kakiku. Mataku menatap kosong pemandangan kota kelahiranku yang masih asri ini. Pepohonan hijau dan langit biru membuat hatiku terasa tenang.Kupejamkan kedua mataku dan menghembuskan napas panjang. Aku menikmati hembusan angin sepoi-sepoi yang sejuk. Untung saja saat ini langit lagi berawan. Jadi, cuaca terasa tidak begitu panas.Tiba-tiba terdengar bunyi derit pintu terbuka dari belakangku. Aku pun menoleh ke arah sumber bunyi. Aku mendapati Celestine beserta anggota gengnya baru saja naik k
Read more

Bab 104

Akhirnya bel pulangan berbunyi, proses belajar mengajar pun berakhir. Aku segera bangkit dari kursi dan melangkah keluar dari kelas. Kulewati teman-teman sekelasku yang berjalan dengan bergerombolan sambil asik mengobrol dan bercanda ria.Sesampainya di gerbang sekolah, aku mendapati mama sudah menjemputku. Dia duduk di atas motornya yang diparkirkan di pinggir jalan. Aku pun segera menghampiri dia dan naik ke motor, tanpa mengatakan apa-apa.Selama dalam perjalanan pulang ke rumah, aku tidak memberi tahu mama mengenai brace skoliosisku yang rusak. Kalau aku memberi tahunya sekarang, bisa-bisa mama memarahi aku tanpa kenal tempat walaupun kami lagi berada di perempatan jalan yang ramai kendaraan.Aku berencana akan memberi tahu mama saat kami sudah sampai di rumah. Semoga saja dia tidak marah besar padaku. Meskipun aku berharap begitu, aku tahu betul seperti apa reaksi mama nanti saat mengetahui kalau brace-ku rusak.Sebuah hembusan napas berat keluar dari mulutku. Sepertinya aku haru
Read more

Bab 105

Keesokan harinya, aku kembali menjalani hidupku seperti biasa. Aku memulai hari dengan mandi, sarapan, lalu pergi ke sekolah dengan diantar oleh papa. Ada satu hal yang berbeda dari biasanya, kali ini mama ikut bersama kami ke sekolah.Dia ikut bersama kami karena mau menemui guru BK di SMP-ku. Aku tahu apa yang akan dibahas oleh mama pada pak Yeremia. Dia pasti mau menyampaikan komplain karena brace-ku dirusak oleh Christina dan kawan-kawannya.Sesampainya di sekolah, aku, mama, dan kakak pun menuruni mobil dan berjalan menuju gedung sekolah masing-masing. Mama ikut bersama denganku, dia berjalan mengikutiku dari belakang.Selama dalam perjalanan menuju ruang BK, aku dan mama mendapatkan banyak tatapan dari siswa-siswi di sekitar kami. Entah mereka menatap kami karena heran melihat ada orang tua murid atau karena penasaran dengan brace skoliosis yang ditenteng oleh mama.Kami masuk ke ruang BK yang berada di antara ruang guru dan ruang kelasku. Pak Yeremia tampak terkejut saat didata
Read more

Bab 106

Pulang sekolah, aku langsung diseret oleh Celestine dan anggota gengnya ke dalam WC. Siswi-siswi itu tidak mempedulikan murid lain yang melihat ke arah kami saat menyeretku untuk mengikuti mereka."Berani banget, ya, kamu sama mamamu mengadu sampai-sampai orang tua kami dipanggil ke sekolah?" tanya Celestine dengan nada retoris.Aku tidak menjawab pertanyaannya dan hanya memandang dia dalam diam. Celestine berdiri tegap di hadapanku yang terduduk di lantai, membuatnya tampak lebih besar dan menakutkan dari biasanya."Anak dan ibu sama saja; sama-sama tukang adu!" cibir anggota gengnya yang berdiri di belakang Celestine.Kelima siswi itu menghujani aku dengan makian dan kata-kata kasar. Tatapan tajam dan jari telunjuk tertuju ke arahku. Siswi-siswi itu menyalahkanku karena sudah melaporkan mereka dan membuat orang tua mereka dipanggil ke sekolah lagi."Gara-gara kamu dan mamamu, aku jadi diomeli sama mamaku, tahu!" kesal Celestine sambil menendang perutku tanpa aba-aba.Aku pun memekik
Read more

Bab 107

Hari demi hari kulalui, semangat hidupku mulai menghilang secara perlahan-lahan. Kata-kata Maryam yang menyuruhku untuk mati saja membuatku termotivasi untuk mengakhiri hidupku. 'Toh hidupku penuh dengan penderitaan, lalu untuk apa aku hidup? Lebih baik aku mati saja.'Aku melangkahkan kakiku dengan lesu. Kupandang gedung SMP-ku. Pandanganku tertuju pada balkon lantai 2, dimana murid-murid kelas 9 menongkrong di sana. Biasanya aku akan iri pada mereka karena bisa bercanda ria tanpa beban, tetapi sekarang aku tidak iri lagi.Kualihkan pandanganku dari sana dan mempercepat langkah kakiku supaya bisa lebih cepat sampai di kelas. Ransel yang kubawa di punggungku terasa berat karena berisi banyak buku pelajaran, makanya aku ingin masuk ke kelas secepatnya.Sesampainya di kelas, aku berjalan lurus ke tempat dudukku yang berada di baris paling belakang. Kuturunkan ranselku ke atas kursi lalu memandang ke arah mejaku yang permukaannya penuh dengan coretan spidol.Aku hanya menghembuskan napas
Read more

Bab 108

Tanpa aba-aba dan tanpa izin dariku, Celestine merebut buku tulis yang merupakan media gambarku. Siswi berbadan besar itu membuka bukuku lebar-lebar agar anggota gengnya bisa ikut melihat hasil gambarku.Aku tidak mencoba merebut kembali bukuku dan membiarkan mereka melihat-lihat gambarku. Kelima siswi itu dengan antusias mengamati sketsa-sketsa yang ada di dalam buku tulis itu. Beberapa murid lain pun ikut melihat gambarku karena penasaran."Apaan nih? Kok gambarnya berantakan banget? Kayak abstrak.""Kukira gambarnya bakal bagus, ternyata malah tidak jelas dan berantakan begini."Aku mendapatkan komentar-komentar negatif dari geng Celestine. Teman-teman sekelasku yang ikut melihati gambarku pun ikut berkomentar. Mereka terdengar kesal karena hasil gambarku tidak seperti ekspetasi.Aku hanya menarik sebuah senyuman simpul dan tidak marah walaupun karya-karyaku dijelek-jelekkan oleh mereka. Justru aku kecewa pada mereka karena gagal menangkap makna dari karya seniku."Seni tidak harus
Read more

Bab 109

Pemandangan perkotaan tampak jelas dilihat dari atap sekolah. Pepohonan hijau yang tumbuh di sekitar sini menyejukkan mata. Langit biru tanpa awan membentang luas di atas kepala. Keringat bercucuran membasahi pelipisku karena terpapar sinar matahari yang terik.Aku menurunkan pandanganku ke kanopi yang berada di balik pagar beton di depanku. Pagar setinggi pinggang itu memisahkan aku dengan permukaan datar di baliknya. Terkadang aku bertanya-tanya, 'Untuk apa pagar tidak berguna itu dibuat?'Dengan tinggi yang masih memungkinkan seseorang untuk melewatinya dengan mudah, pagar beton itu tidak begitu berarti. Kalau saja tingginya 2 meter lebih, aku pasti tidak akan bisa memanjatnya dan mencoba melompat dari atap seperti waktu itu ataupun saat ini.Kuletakkan kedua telapak tanganku di atas pagar yang menghalangiku. Aku mencoba memanjat pembatas yang terbuat dari beton itu. Kunaikkan kakiku satu per satu lalu menurunkannya di sisi lainnya,Kini aku sudah berada di atas kanopi yang terbila
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status