Semua Bab JODOH TAK TEPAT WAKTU: Bab 41 - Bab 50

84 Bab

41. PENYESALAN SEORANG IBU

Siang itu Rindu sedang sibuk memasak semur jengkol seperti permintaan sang suami.Usai mengupas jengkol yang sudah direbusnya hingga empuk, Rindu berniat untuk menggeprek jengkol itu menggunakan Ulekan.Lima menit cukup bagi Rindu menyelesaikan hal itu.Wanita berdaster ungu itu beranjak ke kompor hendak menumis bumbu.Selesai menumis dan menambahkan air ke dalam tumisan bumbu di wajan, Rindu mengaduk isi wajan agar bumbu tercampur merata sebelum memasukkan jengkol yang telah dia geprek tadi. Tak lupa dia menambahkan kecap secukupnya beserta garam dan penyedap rasa. Kini, Rindu hanya perlu  menunggu hingga semur itu matang setelah airnya mendidih.Rindu menghentikan sejenak aktifitasnya itu ketika dia merasakan kembali kontraksi pada perutnya.Lekas dia mencari tempat duduk karena sejak tadi dia sudah terlalu lama berdiri.Rasanya belum satu lima detik saat Rindu menempelkan bokongnya di kursi ketika aliran deras air tib
Baca selengkapnya

42. BERITA BURUK

Flashback On...Usai menghadiri acara pernikahan anak dari sahabat lamanya di Jakarta, Nyonya Heni Hendrawan berniat untuk menyambangi kediaman sang putra tercintanya. Wanita paruh baya itu sudah sangat-sangat merindukan Fahri karena hampir tiga bulan lebih dirinya tidak berjumpa dengan anak lelakinya itu.Sejak Adel hamil, Fahri seolah lupa padanya, bahkan hanya sekedar menelepon saja jarang. Itulah sebabnya Nyonya Heni memutuskan untuk menginap sejenak barang sehari dua hari di Jakarta.Kali ini sang suami memang tak tampak mendampingi karena sedang ada urusan di Surabaya. Itulah sebabnya, Nyonya Heni hanya pergi sendirian.Mobil yang dikendarai supir pribadi keluarga Hendrawan tampak terparkir di halaman rumah Fahri yang megah dan mewah.Pak Budiman tampak sigap keluar dari mobil untuk membukakan pintu bagi sang majikan. Tak lupa Pak Budiman pun membawakan barang-barang bawaan milik Nyonya Heni.Nyonya Heni memperhatikan kesel
Baca selengkapnya

43. YA ALLAH KUATKAN HAMBA!

"Permisi," ucap seorang lelaki berseragam polisi.Lelaki itu datang bersama rekannya sesama petugas kepolisian ke sebuah kontrakan sederhana di daerah pasar baru.Tok! Tok! Tok!"Permisi," ulang si polisi yang semakin mengencangkan suaranya. Dia terus mengetuk pintu kontrakan dihadapannya.Seorang wanita paruh baya keluar dari arah kontrakan di sebelah. Keningnya berkerut mendapati kedatangan petugas-petugas itu."Maaf Pak, cari siapa ya?" Tanya wanita paruh baya bernama Risma itu."Apa benar ini kontrakan yang dihuni oleh Bapak Albani? Ini Kartu Identitasnya," jawab salah satu polisi seraya memperlihatkan sebuah kartu indentitas pada wanita pemilik kontrakan di sebelah."Iya benar. Ini rumahnya Albani. Tapi rumahnya lagi kosong. Albani mungkin di rumah sakit menemani istrinya yang sedang melahirkan," beritahu Bu Risma pada kedua polisi itu.Para polisi itu saling pandang, seolah berat untuk memberitahukan kabar
Baca selengkapnya

44. SAUDADE

Satu persatu pelayat mulai meninggalkan area pemakaman.Gerimis yang turun membuat mereka harus berjalan lebih cepat menuju lahan parkir di mana kendaraan mewah mereka berada.Cuaca pagi itu memang kurang mendukung.Gerimis bahkan sudah mengguyur kota Jakarta sejak malam tadi.Seorang lelaki berpakaian serba hitam masih terlihat berjongkok di sisi batu nisan yang bertuliskan Adelia Kartika Wibowo. Ajakan kedua orang tuanya untuk segera meninggalkan lokasi pemakaman itu bahkan tak sama sekali digubrisnya.Sejak semalaman tadi setelah jenazah Adel dimandikan Fahri tak sama sekali beranjak dari sisi jenazah sang istri. Meski air matanya sudah tak lagi meleleh, namun kelopak matanya yang terus tergenang oleh air mata tampak jelas menandakan betapa dirinya kehilangan.Nyonya Heni dan Bapak Hendrawan sudah pergi lebih dulu menuju mobil mereka karena gerimis yang memang turun semakin deras.Baju Koko yang Fahri kenakan sudah se
Baca selengkapnya

45. BERTEMU FAHRI

Berita mengenai kecelakaan yang terjadi menimpa Albani beredar dalam berita kriminal di beberapa stasiun Tv swasta di Indonesia.Berita itu menjadi konsumsi publik yang membuat sebagian warga merasa prihatin terhadap korban terlebih keluarga yang ditinggalkan.Ilyas Sandoro, tersangka utama atas kasus kecelakaan itu sudah meminta maaf bersama kuasa hukumnya melalui jumpa pers yang dia adakan di salah satu lobi gedung hotel miliknya.Berprofesi sebagai seorang pengusaha besar dan ternama, tak membuat Ilyas Sandoro lari dari tanggung jawab atas kesalahannya.Beliau bahkan bersedia untuk menanggung biaya hidup istri dan anak korban yang meninggal dalam kecelakaan itu. Meski sampai detik ini, para wartawan belum bisa mendapati keterangan terkait atas hal ini dari Nyonya Rindu sendiri yang merupakan istri sang korban.Saat ditemui di Kapolsek Pasar Baru, Rindu menolak memberikan penjelasan apapun. Wanita itu terus saja menghindar dari buruan w
Baca selengkapnya

46. UNDANGAN MAKAN MALAM

"Innalillahi, jadi Mba Adel sudah meninggal?" Pekik Rindu ketika Fahri baru saja selesai menceritakan tentang alasan keberadaan lelaki itu di pemakaman.Saat itu keduanya sedang berdiri di sisi makam Adel setelah sebelumnya, Fahri menemani Rindu mendatangi makam Albani."Adel meninggal di hari yang sama ketika Albani kecelakaan," ucap Fahri dengan suara lemah. "Dia meninggal selepas melahirkan anak kami," tambah Fahri lagi tanpa mampu menutupi guratan pilu di wajah tampannya.Hati Rindu terenyuh. Wanita itu berjongkok di sisi makam Adel seraya mengelus batu nisannya. "Allah sangat sayang pada Mba Adel, sampai memanggilnya dengan cara yang begitu indah," gumam Rindu menunjukkan keprihatinannya.Kepala Rindu mendongak dan mendapati Fahri baru saja menyeka sudut mata. Rindu menelan ludah pahit ketika sekelebat bayangan saat-saat dirinya tengah mencaci maki Fahri. Mengumpatnya dengan kata-kata kasar bahkan sampai meneriak Fahri seorang pembunuh tanpa
Baca selengkapnya

47. MATI LAMPU

Seperti janjinya kemarin, keesokan malamnya Fahri datang memenuhi undangan makan malam Rindu.Lelaki itu datang dengan penampilannya yang selalu elegan di mata Rindu. Meski terlihat santai karena hanya mengenakan kaus yang dipadu padankan dengan sebuah sweater hitam yang kontras dengan warna kulitnya yang putih, namun penampilan Fahri selalu sukses membuat Rindu terpana. Celana Chino berwarna krem tampak menyempurnakan penampilan lelaki berlesung pipi itu."Aduh, maaf nih Pak, semurnya belum matang, padahal udah mulai start masak dari siang tadi, tapi ya gitu deh namanya punya bayi, repot banget jadi nunda terus," celoteh Rindu begitu membukakan pintu untuk sang tamu.Rindu mempersilahkan Fahri masuk dan jadi semakin tidak enak pada Fahri yang harus mendapati keadaan rumah yang seperti kapal pecah."Maaf ya Pak berantakan," ucap Rindu seraya merapikan tumpukan pakaian yang bertebaran di karpet ruang tamu."Seharian ini Azam maunya di gend
Baca selengkapnya

48. AJAKAN FAHRI

Malam itu, setelah mempertimbangkan lebih jauh, Fahri pun memutuskan untuk menginap di kontrakan Rindu.Fahri sendiri tak tega meninggalkan Rindu dalam keadaan seperti ini.Rindu menyambut dengan senang hati karena dirinya yang memang benar-benar takut sendirian dalam kegelapan. Setidaknya dengan keberadaan Fahri di dalam rumahnya, Rindu merasa terlindungi.Meski, lagi dan lagi kesialan harus didapati Fahri tatkala ruang tamu yang hendak dia jadikan ruangan untuk melepas kantuk, atapnya malah bocor.Rindu baru saja menaruh Azam di tempat tidur saat dia merasa harus memeriksa keadaan Fahri di ruang tamu kontrakannya yang memang sempit."Loh Bapak nggak tidur?" Tanya Rindu ketika dilihatnya Fahri sedang duduk di pojok ruangan sambil bermain ponsel.Fahri langsung menyimpan ponselnya dan tersenyum tipis."Ya ampun, bocor ya?" Pekik Rindu yang akhirnya menyadari alasan kenapa Fahri tidak bisa tidur."Iya, atapnya bo
Baca selengkapnya

49. MELLY DAN OM JANUAR

"Nih gue dapet alamatnya Rindu di Jakarta," ucap seorang lelaki pada seorang perempuan yang sedang merokok di teras rumah mereka yang kecil.Perempuan bertank top hitam itu meraih koran yang diberikan si lelaki padanya dan mendapati sebuah berita tentang adik tiri yang selama ini mereka cari-cari keberadaannya itu."Jadi bener si Albani udah mati, Rom?" Tanyanya pada si lelaki bernama Romy yang merupakan adik kandungnya."Iya, berita itu beneran dan udah lama juga kejadiannya, sekitar lima bulan yang lalu. Makanya lu jangan sibuk ng**e mulu Mel! Nonton TV sekali-kali!"Mendengar ucapan kasar sang adik, Meli jelas tidak terima. "Eh Rom, gue kerja jadi perek sekarang emang demi siapa sih? Demi lunasin hutang judi lu tau! Hutang di rumah sakit juga! Kalau gue nggak jual diri, kita mau makan apa? Mau ngandelin duit hasil kerja jadi pegawai kantoran? Mana cukup?" Todong Meli dengan tatapan nyalang. "Makanya lu kalo judi pinteran dikit kek biar bisa men
Baca selengkapnya

50. PERPISAHAN

Hari ini, Fahri bilang dia akan menjemput Rindu pukul sembilan pagi karena mereka akan berangkat ke Surabaya bersama-sama.Itulah sebabnya sudah sejak kemarin Rindu bebenah. Dia mempersiapkan segala keperluan yang hendak dia bawa untuk pulang ke kampung halamannya.Pagi ini semua sudah beres. Rindu dan Azam sudah rapi, rumah kontrakannya sudah rapi, Rindu hanya tinggal menunggu kedatangan Fahri saja.Saat itu Rindu baru selesai menyusui Azam dan mendapati seorang tukang pos datang mengirimkan sebuah paket untuknya.Saat Rindu mengeceknya, ternyata itu adalah sebuah surat.Surat yang bertuliskan nama ibunya.Rindu mengambil posisi duduk di karpet lantai untuk lekas membaca isi surat itu. Perasaan bahagia bercampur cemas kian menggelayuti hatinya.Ternyata isi surat itu sangat pendek, hanya sebatas permintaan sang Ibu agar Rindu lekas menghubungi nomor telepon yang tertera di kertas tersebut.Sang Ibu bilang kalau
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status