"Innalillahi, jadi Mba Adel sudah meninggal?" Pekik Rindu ketika Fahri baru saja selesai menceritakan tentang alasan keberadaan lelaki itu di pemakaman.
Saat itu keduanya sedang berdiri di sisi makam Adel setelah sebelumnya, Fahri menemani Rindu mendatangi makam Albani."Adel meninggal di hari yang sama ketika Albani kecelakaan," ucap Fahri dengan suara lemah. "Dia meninggal selepas melahirkan anak kami," tambah Fahri lagi tanpa mampu menutupi guratan pilu di wajah tampannya.Hati Rindu terenyuh. Wanita itu berjongkok di sisi makam Adel seraya mengelus batu nisannya. "Allah sangat sayang pada Mba Adel, sampai memanggilnya dengan cara yang begitu indah," gumam Rindu menunjukkan keprihatinannya.Kepala Rindu mendongak dan mendapati Fahri baru saja menyeka sudut mata. Rindu menelan ludah pahit ketika sekelebat bayangan saat-saat dirinya tengah mencaci maki Fahri. Mengumpatnya dengan kata-kata kasar bahkan sampai meneriak Fahri seorang pembunuh tanpaSeperti janjinya kemarin, keesokan malamnya Fahri datang memenuhi undangan makan malam Rindu.Lelaki itu datang dengan penampilannya yang selalu elegan di mata Rindu. Meski terlihat santai karena hanya mengenakan kaus yang dipadu padankan dengan sebuah sweater hitam yang kontras dengan warna kulitnya yang putih, namun penampilan Fahri selalu sukses membuat Rindu terpana. Celana Chino berwarna krem tampak menyempurnakan penampilan lelaki berlesung pipi itu."Aduh, maaf nih Pak, semurnya belum matang, padahal udah mulai start masak dari siang tadi, tapi ya gitu deh namanya punya bayi, repot banget jadi nunda terus," celoteh Rindu begitu membukakan pintu untuk sang tamu.Rindu mempersilahkan Fahri masuk dan jadi semakin tidak enak pada Fahri yang harus mendapati keadaan rumah yang seperti kapal pecah."Maaf ya Pak berantakan," ucap Rindu seraya merapikan tumpukan pakaian yang bertebaran di karpet ruang tamu."Seharian ini Azam maunya di gend
Malam itu, setelah mempertimbangkan lebih jauh, Fahri pun memutuskan untuk menginap di kontrakan Rindu.Fahri sendiri tak tega meninggalkan Rindu dalam keadaan seperti ini.Rindu menyambut dengan senang hati karena dirinya yang memang benar-benar takut sendirian dalam kegelapan. Setidaknya dengan keberadaan Fahri di dalam rumahnya, Rindu merasa terlindungi.Meski, lagi dan lagi kesialan harus didapati Fahri tatkala ruang tamu yang hendak dia jadikan ruangan untuk melepas kantuk, atapnya malah bocor.Rindu baru saja menaruh Azam di tempat tidur saat dia merasa harus memeriksa keadaan Fahri di ruang tamu kontrakannya yang memang sempit."Loh Bapak nggak tidur?" Tanya Rindu ketika dilihatnya Fahri sedang duduk di pojok ruangan sambil bermain ponsel.Fahri langsung menyimpan ponselnya dan tersenyum tipis."Ya ampun, bocor ya?" Pekik Rindu yang akhirnya menyadari alasan kenapa Fahri tidak bisa tidur."Iya, atapnya bo
"Nih gue dapet alamatnya Rindu di Jakarta," ucap seorang lelaki pada seorang perempuan yang sedang merokok di teras rumah mereka yang kecil.Perempuan bertank top hitam itu meraih koran yang diberikan si lelaki padanya dan mendapati sebuah berita tentang adik tiri yang selama ini mereka cari-cari keberadaannya itu."Jadi bener si Albani udah mati, Rom?" Tanyanya pada si lelaki bernama Romy yang merupakan adik kandungnya."Iya, berita itu beneran dan udah lama juga kejadiannya, sekitar lima bulan yang lalu. Makanya lu jangan sibuk ng**e mulu Mel! Nonton TV sekali-kali!"Mendengar ucapan kasar sang adik, Meli jelas tidak terima. "Eh Rom, gue kerja jadi perek sekarang emang demi siapa sih? Demi lunasin hutang judi lu tau! Hutang di rumah sakit juga! Kalau gue nggak jual diri, kita mau makan apa? Mau ngandelin duit hasil kerja jadi pegawai kantoran? Mana cukup?" Todong Meli dengan tatapan nyalang. "Makanya lu kalo judi pinteran dikit kek biar bisa men
Hari ini, Fahri bilang dia akan menjemput Rindu pukul sembilan pagi karena mereka akan berangkat ke Surabaya bersama-sama.Itulah sebabnya sudah sejak kemarin Rindu bebenah. Dia mempersiapkan segala keperluan yang hendak dia bawa untuk pulang ke kampung halamannya.Pagi ini semua sudah beres. Rindu dan Azam sudah rapi, rumah kontrakannya sudah rapi, Rindu hanya tinggal menunggu kedatangan Fahri saja.Saat itu Rindu baru selesai menyusui Azam dan mendapati seorang tukang pos datang mengirimkan sebuah paket untuknya.Saat Rindu mengeceknya, ternyata itu adalah sebuah surat.Surat yang bertuliskan nama ibunya.Rindu mengambil posisi duduk di karpet lantai untuk lekas membaca isi surat itu. Perasaan bahagia bercampur cemas kian menggelayuti hatinya.Ternyata isi surat itu sangat pendek, hanya sebatas permintaan sang Ibu agar Rindu lekas menghubungi nomor telepon yang tertera di kertas tersebut.Sang Ibu bilang kalau
Lima tahun kemudian..."Mamah..." Teriak seorang bocah kecil laki-laki berseragam sekolah taman kanak-kanak yang tampak berlari keluar dari pintu gerbang sekolahnya.Bocah itu menghampiri sang Ibu yang saat itu datang menjemputnya ke sekolah."Azam, anak Mamah, gimana di sekolah tadi? Belajar apa hari ini?" Tanya seorang wanita berseragam kantor yang langsung berjongkok menyamai tingginya dengan Azam sang anak. Wanita itu mencium sekilas pipi Azam dan membenahi poni rambut Azam yang berantakan akibat keringat."Hari ini Bu Guru Lala ajarin Azam sama temen-temen nyanyi Mah," celoteh Azam dengan napasnya yang tersengal setelah berlari cukup jauh dari pintu kelas menuju pintu gerbang sekolahnya."Wah, nyanyi apa?" Tanya sang Mamah lagi."Banyak Mah, Balonku, naik-naik ke puncak gunung, terus pelangi-pelangi, pokoknya banyak deh," jawab Azam dengan ekspresinya yang menggemaskan."Yaudah sekarang kita pulang yuk, Azam la
Setelah lima tahun menduda, puluhan wanita silih berganti menghiasi kehidupan Fahri atas rekomendasi sang Mamih yang tak menyerah untuk mencarikan jodoh baru untuk anak semata wayangnya itu.Dan dari kesekian banyak wanita-wanita itu, sejauh ini hanya satu orang yang masih bisa bertahan menjalin hubungan dekat dengan Fahri meski pun sikap lelaki itu tak sama sekali menunjukkan keseriusannya.Dialah Aisha, seorang wanita yang berprofesi sebagai dosen di salah satu fakultas Islam ternama di Jakarta.Sejak perkenalan mereka berlangsung empat tahun silam, hubungan Fahri dan Aisha kian dekat terlebih Aisha merupakan wanita muslim dengan perangainya yang santun dan baik.Namun, semakin lama mengenal sosok Aisha, Fahri semakin sadar bahwa Aisha tak sebaik yang dia pikir. Ada satu hal yang membuat Fahri tak tertarik dengan Aisha yakni sikap Aisha yang terkadang dianggapnya berlebihan.Bukan sekali dua kali Fahri mendapati Aisha mengaku bahwa hubu
"Rindu!"Lagi dan lagi, untuk kesekian kalinya, Fahri terbangun akibat mimpi buruk yang dialaminya.Dan anehnya, mimpi-mimpi itu tak lepas dari sosok Rindu.Dalam mimpi-mimpinya Fahri seolah melihat Rindu yang terus berteriak meminta pertolongan namun saat Fahri hendak menolong, lelaki itu sama sekali tak mampu bergerak.Fahri menyeka buliran keringat yang berembun di dahinya seraya memijit pelan pangkal hidungnya. Diliriknya jam dinding di kamar yang ternyata baru menunjukkan pukul dua dini hari.Ditolehnya ke samping dan lelaki itu tersenyum saat melihat Azzura tertidur pulas sambil memeluk boneka kesayangannya. Fahri mencium sekilas kening sang buah hati tercintanya itu sebelum akhirnya dia memutuskan untuk beranjak ke balkon kamarnya dengan sebotol minuman kaleng di tangan.Fahri menatap langit kelam yang mendung.Dia kembali teringat pada Rindu.Dan bahkan setelah lima tahun berlalu, di saat Fahri justru su
Saat mengetahui bahwa kini status Romy dan Surya Buron, setelah Bisma memberi kesaksian kepada pihak kepolisian, Meli memboyong Rindu dan Yanti ke tempat baru yang mereka yakini lebih aman dari incaran polisi.Mereka memiliki target hendak kabur ke luar negeri setelah uang hasil menjual tubuh Rindu sudah terkumpul lebih banyak.Satu minggu ini mereka benar-benar menjadikan Rindu seperti mesin pencetak uang. Bahkan dalam satu malam, bukan hanya satu atau dua orang lelaki hidung belang yang harus Rindu layani tapi bisa mencapai lima sampai enam orang.Pagi itu setelah lelah menjajakan dirinya, Rindu kembali dibawa pulang oleh Meli dan Surya ke lokasi persembunyian mereka."Ini sudah lewat dari satu minggu, kalian berjanji akan mempertemukan aku dengan Azam setelah satu minggu. Aku ingin tahu keadaan anakku," ucap Rindu yang berteriak dari dalam kamar tempat dirinya disekap jika tak ada pekerjaan."Azam baik-baik aja sama Romy, lo nggak perl
"Bang, ada yang nyariin tuh di luar," ucap seorang lelaki berseragam pegawai minimarket pada rekan kerjanya yang bernama Albani."Siapa?" Tanya Albani yang saat itu sedang istirahat makan siang."Nggak tau, cewek, cantik pake hijab,"Kening Albani berkerut samar. Lelaki itu lekas menyudahi acara makan siangnya untuk segera menemui sang tamu.Dan Albani menjadi terkejut saat dia mengetahui siapa wanita yang dimaksud rekan kerjanya tadi.Dia Adel.Istri dari lelaki bernama Fahri Hendrawan.*****Enam jam berlalu, Albani sudah selesai bekerja dan berniat untuk mendatangi lokasi yang dijanjikan Adel tadi siang.Sebuah cafe elit di pusat kota Jakarta."Ada apa Mba?" Tanya Albani to the point begitu Adel menyuruhnya duduk.Mereka duduk berhadapan di salah satu meja di dalam cafe bernuansa cozy itu."Saya mau tanya, apa benar Rindu istri kamu itu seorang penulis?" Tanya Adel saat itu
Hari-hari berlalu.Musim berganti dengan cepat.Waktu berputar bagai anak panah yang melesat dari busurnya.Waktu tiga tahun yang Fahri dan Rindu lalui bersama dalam kesederhanaan nyatanya lebih membahagiakan ketimbang mereka harus hidup dengan bergelimang harta dan kemewahan.Fahri mengawali karirnya dengan bekerja sebagai salah satu karyawan HRD di sebuah perusahaan di Jakarta.Sementara Rindu kembali fokus menekuni dunia literasi.Sejauh ini Rindu sudah berhasil merampungkan lima belas karya yang kesemuanya adalah novel bertema drama rumah tangga.Nama Rindu kini sudah banyak dikenal orang banyak dan pundi-pundi rupiah pun mengalir tiada henti dari semua naskahnya yang laris di pasaran.Bahkan ada beberapa naskah Rindu yang sudah dilirik oleh produser film untuk diangkat menjadi film layar lebar.Berkat kegigihan dan kesabaran mereka, lambat laun, perekonomian mereka yang sulit pun membaik dan kini R
Semua dilakukan serba cepat.Prosesi pemakaman Azzura berlangsung khidmat.Azzura dikuburkan bersebelahan dengan makam sang Ibu, Adelia Kartika Wibowo.Saat itu, dari luar Fahri memang terlihat tegar bahkan tak ada satu tetes pun air matanya yang mengalir keluar.Dan hanya Rindu satu-satunya orang yang tahu bagaimana sejatinya perasaan sang suami saat ini.Sesungguhnya Fahri begitu rapuh.Bahkan sejak lelaki itu kembali ke Indonesia dengan membawa serta jenazah Azzura, Fahri tak sama sekali bicara. Lelaki itu diam membisu dalam duka yang menyelimuti hatinya.Kepergian Azzura benar-benar menjadi pukulan telak bagi Fahri yang membawa dirinya pada titik terendah kehidupan.Mungkin, jika tidak ada Rindu di sisinya, Fahri sendiri tidak tahu apakah dirinya masih bisa melanjutkan hidup atau tidak.Pemakaman selesai pagi itu.Awan mendung yang sudah menggelayuti langit Kota Jakarta sejak tadi malam seo
Fahri sampai di Singapura setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan.Lelaki itu harusnya beristirahat sejenak di apartemen, tapi dia tak melakukannya karena terlalu khawatir akan kondisi Azzura.Jadilah, sesampainya di Bandar Udara International Changi Singapura, Fahri langsung on the way menuju rumah sakit tempat Azzura menjalani kemo.Tak membutuhkan waktu lama untuk Fahri sampai di rumah sakit.Fahri kembali mengecek ponselnya sekali lagi saat telepon dan seluruh pesan yang dia kirimkan pada sang Papih dan Mamihnya tak kunjung ada jawaban.Mendadak, perasaan cemas menggelayuti hati Fahri.Fahri berjalan dengan langkah tergesa menuju lokasi di mana Azzura berada, namun dia tak mendapati sesiapapun di sana.Tak ada Azzura maupun kedua orang tuanya.Fahri bertanya pada suster rumah sakit dan lelaki itu terkejut bukan main saat sang suster mengatakan bahwa pasien bernama Azzura semalam mengalami kejang dan
"Maafkan aku Rindu. Mungkin karena aku kemarin sempat mengganti nomor, makanya aku terlambat mengetahui informasi tentang kaburnya Surya dan Romy dari kepolisian Kalimantan," ucap Fahri saat kini dirinya dan Rindu sudah keluar dari ruangan rawat Bisma.Pasca pertemuannya dengan Januar tadi, Fahri sebenarnya ingin sekali memberi Januar pelajaran atas perlakuannya terhadap Rindu. Namun sayang dia tak mungkin melakukan hal itu di hadapan Bisma yang sedang sakit.Saat ini Fahri dan Rindu sedang berbincang di dalam ruangan rawat Yanti. Azam baru saja tertidur karena waktu yang memang sudah larut.Fahri terpaksa berbohong pada Azzura agar diizinkan untuk pergi ke Indonesia karena lelaki itu terlalu mengkhawatirkan kondisi Rindu.Sekarang, semua sudah aman.Fahri bisa lebih tenang. Itulah sebabnya dia harus lekas kembali ke Singapura."Sudah tidak apa-apa. Semuanya sudah terjadi. Besok sebelum berangkat ke Singapur, ada baiknya kamu tem
Setelah insiden yang terjadi di Basemen rumah sakit dua hari yang lalu, kini Bisma sudah mendapat perawatan intensif pasca operasi akibat perut kirinya yang tertembus timah panas oleh Surya.Sementara Surya sendiri dinyatakan meninggal di lokasi kejadian saat Bisma berhasil melawan dengan balik menembak Surya. Tembakan Bisma tepat mengenai jantung Surya, itulah sebabnya Surya langsung menghembuskan nyawanya detik itu juga.Setidaknya, kini Rindu bisa bernapas lega setelah memastikan Romy dibekuk oleh polisi dan mendapat hukuman atas tindakannya yang telah berani kabur dari penjara. Romy dijatuhi hukuman pidana seumur hidup atas tindakannya tersebut.Rindu yang merasa berhutang budi pada Bisma kini harus membagi waktu yang dimilikinya untuk menjaga Yanti dan Bisma secara bergantian.Untungnya, ruangan rawat Bisma dengan Yanti tidak terlalu jauh, jadi Rindu bisa bulak-balik kapan pun dirinya mau.Pagi itu, sehabis mengantar Azam ke sekolah
"Hai, Rindu? Apa kabar?" Tanya seorang lelaki yang mengantri di belakang Rindu saat wanita itu hendak membayar di kasir minimarket.Rindu pun menoleh dan terkejut, meski setelahnya sebuah senyuman lebar mengembang di wajah cantiknya. "Bisma?" Pekik Rindu tak percaya. Sebab sepengetahuannya, Bisma sudah kembali ke Kalimantan."Kamu sejak kapan di Jakarta?" Tanya Rindu saat kini dirinya dan Bisma sudah keluar dari minimarket. Mereka hendak berjalan menuju ruang rawat Yanti."Sudah dari satu minggu yang lalu,""Oh begitu, kenapa tidak memberi kabar?" Tanya Rindu lagi."Maaf, aku sibuk dengan pekerjaan dan harus merawat Ibuku juga yang sedang sakit," Bisma jadi terkekeh, merasa tidak enak. Meski alasan utama seorang Bisma kembali ke Jakarta karena selain harus merawat Ibunya yang sedang sakit, namun Bisma juga ingin mengetahui lebih lanjut hubungan yang terjalin antara Rindu dan Fahri sejauh ini.Jika memang pada kenyataannya Rindu d
Apakah sampai detik ini ada orang yang mampu menjawab tentang pertanyaan, mengapa waktu berlalu begitu cepat saat kita merasa bahagia dan sebaliknya, mengapa waktu seakan berlalu begitu lambat saat kita melaluinya dalam duka dan penderitaan?Seperti halnya yang kini dialami seorang Fahri.Orang tua mana yang tidak terluka saat mengetahui anaknya sakit?Terlebih, jika sang anak yang baru berusia enam tahun itu didiagnosis Leukimia atau Kanker Darah.Bagai disambar petir, anak yang begitu cantik dan pintar harus menanggung kesakitan di usianya yang masih kecil.Sesungguhnya Fahri begitu terpukul seolah dia merasakan sakit yang kini harus di derita sang anak selama menjalani proses pengobatan dan kemoterapi atas penyakitnya.Dokter mengatakan, pengambilan sumsum tulang belakang yang baru saja dijalani oleh Azzura saat ini memang rasanya sangat menyakitkan.Tapi, melihat semangat Azzura untuk sembuh, mengubur semua kesedihan
Hari ini, Fahri dan Rindu sudah packing hendak berangkat untuk persiapan mereka berangkat ke Singapura.Seluruh barang bawaan sudah dikemas rapi di dalam koper.Fahri sedang mengajak Azzura menemui Oma dan Opanya untuk berpamitan sementara Rindu menunggu kepulangan Fahri di hotel bersama Azam dan Yanti.Azam yang saat itu terus saja ngambek karena tak ingin ikut ke Singapura.Rindu dengan sabar berusaha memberi pengertian pada Azam."Memangnya kenapa sih Azam kok nggak mau banget ikut Mama dan Papah ke Singapura? Kan di sana nanti Azam bisa jalan-jalan sama Nenek. Kita naik pesawat kayak waktu itu," ucap Rindu yang sejak tadi sibuk merayu Azam yang terus cemberut.Azam tak menyahut. Bibirnya mengerucut dengan kedua tangan yang bersidekap di depan dada."Masalah sekolah, Mama sudah bilang ke Ibu Guru Azam dan mereka sudah memberi izin, jadi Azam nggak perlu takut dimarahi. Sekarang semua sudah serba canggih. Azam bisa tet