Lima tahun kemudian...
"Mamah..." Teriak seorang bocah kecil laki-laki berseragam sekolah taman kanak-kanak yang tampak berlari keluar dari pintu gerbang sekolahnya.Bocah itu menghampiri sang Ibu yang saat itu datang menjemputnya ke sekolah."Azam, anak Mamah, gimana di sekolah tadi? Belajar apa hari ini?" Tanya seorang wanita berseragam kantor yang langsung berjongkok menyamai tingginya dengan Azam sang anak. Wanita itu mencium sekilas pipi Azam dan membenahi poni rambut Azam yang berantakan akibat keringat."Hari ini Bu Guru Lala ajarin Azam sama temen-temen nyanyi Mah," celoteh Azam dengan napasnya yang tersengal setelah berlari cukup jauh dari pintu kelas menuju pintu gerbang sekolahnya."Wah, nyanyi apa?" Tanya sang Mamah lagi."Banyak Mah, Balonku, naik-naik ke puncak gunung, terus pelangi-pelangi, pokoknya banyak deh," jawab Azam dengan ekspresinya yang menggemaskan."Yaudah sekarang kita pulang yuk, Azam laSetelah lima tahun menduda, puluhan wanita silih berganti menghiasi kehidupan Fahri atas rekomendasi sang Mamih yang tak menyerah untuk mencarikan jodoh baru untuk anak semata wayangnya itu.Dan dari kesekian banyak wanita-wanita itu, sejauh ini hanya satu orang yang masih bisa bertahan menjalin hubungan dekat dengan Fahri meski pun sikap lelaki itu tak sama sekali menunjukkan keseriusannya.Dialah Aisha, seorang wanita yang berprofesi sebagai dosen di salah satu fakultas Islam ternama di Jakarta.Sejak perkenalan mereka berlangsung empat tahun silam, hubungan Fahri dan Aisha kian dekat terlebih Aisha merupakan wanita muslim dengan perangainya yang santun dan baik.Namun, semakin lama mengenal sosok Aisha, Fahri semakin sadar bahwa Aisha tak sebaik yang dia pikir. Ada satu hal yang membuat Fahri tak tertarik dengan Aisha yakni sikap Aisha yang terkadang dianggapnya berlebihan.Bukan sekali dua kali Fahri mendapati Aisha mengaku bahwa hubu
"Rindu!"Lagi dan lagi, untuk kesekian kalinya, Fahri terbangun akibat mimpi buruk yang dialaminya.Dan anehnya, mimpi-mimpi itu tak lepas dari sosok Rindu.Dalam mimpi-mimpinya Fahri seolah melihat Rindu yang terus berteriak meminta pertolongan namun saat Fahri hendak menolong, lelaki itu sama sekali tak mampu bergerak.Fahri menyeka buliran keringat yang berembun di dahinya seraya memijit pelan pangkal hidungnya. Diliriknya jam dinding di kamar yang ternyata baru menunjukkan pukul dua dini hari.Ditolehnya ke samping dan lelaki itu tersenyum saat melihat Azzura tertidur pulas sambil memeluk boneka kesayangannya. Fahri mencium sekilas kening sang buah hati tercintanya itu sebelum akhirnya dia memutuskan untuk beranjak ke balkon kamarnya dengan sebotol minuman kaleng di tangan.Fahri menatap langit kelam yang mendung.Dia kembali teringat pada Rindu.Dan bahkan setelah lima tahun berlalu, di saat Fahri justru su
Saat mengetahui bahwa kini status Romy dan Surya Buron, setelah Bisma memberi kesaksian kepada pihak kepolisian, Meli memboyong Rindu dan Yanti ke tempat baru yang mereka yakini lebih aman dari incaran polisi.Mereka memiliki target hendak kabur ke luar negeri setelah uang hasil menjual tubuh Rindu sudah terkumpul lebih banyak.Satu minggu ini mereka benar-benar menjadikan Rindu seperti mesin pencetak uang. Bahkan dalam satu malam, bukan hanya satu atau dua orang lelaki hidung belang yang harus Rindu layani tapi bisa mencapai lima sampai enam orang.Pagi itu setelah lelah menjajakan dirinya, Rindu kembali dibawa pulang oleh Meli dan Surya ke lokasi persembunyian mereka."Ini sudah lewat dari satu minggu, kalian berjanji akan mempertemukan aku dengan Azam setelah satu minggu. Aku ingin tahu keadaan anakku," ucap Rindu yang berteriak dari dalam kamar tempat dirinya disekap jika tak ada pekerjaan."Azam baik-baik aja sama Romy, lo nggak perl
POV RinduDulu, Mas Bani selalu mengatakan bahwa hidup itu keras dan sulit, butuh perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit, itulah sebabnya manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memerlukan bantuan orang lain.Manusia tidak bisa hidup sendirian.Mereka butuh pendamping, terutama perempuan.Sejak Mas Bani meninggal, aku berpikir bahwa aku bisa menjalani kehidupan yang keras ini sendirian. Toh aku sudah memiliki Azam yang menjadi sumber utama kekuatanku untuk terus bertahan hidup.Dari Mas Bani aku mendapat begitu banyak pelajaran berharga tentang kehidupan terutama dalam hal ekonomi.Hidup dalam keadaan sederhana bersama Mas Bani membuatku belajar bagaimana cara menghargai setetes keringat, sebutir biji nasi dan selembar uang meski itu hanya bernilai ribuan perak.Dulu, aku pernah berpikir hidup dalam keadaan ekonomi yang serba pas-passan bersama Mas Bani adalah masalah terbesar yang pernah kulalui sepanjang
"Halo? Fahri? Ini Mamih!"Fahri sempat tertegun saat mengetahui orang yang mengangkat teleponnya bukan Azzura tapi malah sang Mamih.Lelaki pemilik alis tebal itu mengesah. "Iya Mih? Ada apa?" Ucapnya setengah malas."Kamu tanya ada apa?" Suara Heni di seberang terdengar meninggi. "Mamih dan Papih kan sudah bilang, kalau kami tidak suka kamu berhubungan lagi dengan anak dari keluarga Pak Jamal. Harusnya kamu belajar dari pengalaman Fahri, wanita itu dulu sudah mempermalukan kita, dia kabur di hari pernikahannya denganmu. Jadi sekarang buat apa kamu cari-cari dia?" Tutur Heni meluapkan emosinya."Fahrikan sudah bilang sama Mamih, Fahri mencintai Rindu Mih, dan Fahri juga sudah berjanji sama Almarhum suami Rindu untuk menjaga Rindu, tolong Mih, kasih Fahri kesempatan untuk berbuat baik," ucap Fahri berusaha meyakinkan sang Mamih."Mamih nggak yakin kalau kamu benar-benar mencintai wanita itu. Ini pasti hanya imbas rasa bersalah kamu sajakan
Setelah mengetahui apa yang terjadi menimpa Rindu selama ini, malam itu Fahri sama sekali tak mampu memejamkan mata.Lelaki itu terus menyalahi dirinya sendiri yang tidak lekas mengambil tindakan sejak dulu.Sesungguhnya, dalam hati kecil Fahri, ada sebersit perasaan kesal dan merasa tak dihargai akibat ulah Rindu yang menghilang begitu saja tanpa kabar bahkan setelah berulang kali Fahri berusaha menghubunginya usai perpisahan mereka di Bandara.Dua tahun pertama, Fahri terus diabaikan.Pesan yang dia kirim selalu dibaca oleh Rindu tapi tak pernah dibalas, satu pun. Begitu juga dengan sambungan teleponnya, meski tak pernah sampai di riject, tapi Rindu tak pernah mengangkatnya sekali pun.Hingga di tahun ke tiga, Fahri justru mendapati nomor itu sudah tidak lagi aktif.Sejak saat itu, Fahri berpikir bahwa Rindu memang sudah benar-benar tidak ingin menjalin hubungan dengannya. Itulah sebabnya Fahri memilih untuk berhenti dan mundur
"Mba... Mba buka pintunya, Mama sakit Mba, demamnya tinggi," teriak Rindu dari dalam kamar. Rindu terus berteriak sambil menggedor pintu dari arah dalam berharap Meli dan Surya mendengar teriakannya. "Kalian harus bawa Mama ke rumah sakit, tolong Mba..." Tak lama, pintu itu dibuka juga. Dengan wajah garang, Meli mendorong tubuh Rindu hingga terhempas ke dinding dan dia menekan kedua rahang Rindu keras-keras. "Lu bisa diem nggak? Gue mau tidur! Semalam aja tips dari Om Januar nggak lu ambil, sekarang lu mau gue bawa tua bangka ini ke rumah sakit? Lu punya otak nggak! Emangnya gue punya pohon duit! Hah! Be*o!" Meli menoyor wajah Rindu dengan keras hingga kepala Rindu terbentur dinding.Rindu meringis kesakitan namun saat Meli hendak pergi, Rindu cekatan menahan langkah kakak tirinya itu dengan memeluk sebelah kaki Meli. Rindu memohon dan menghiba di bawah kaki Meli agar Kakak tirinya itu bersedia menolong ibunya."Oke, besok gue bakal bawa nyokap lu ke rumah sakit. Tapi
POV Rindu"Silahkan masuk Nona, tugas saya hanya mengantar Nona sampai di sini saja karena Bos saya sudah menunggu Nona di dalam," ucap lelaki yang mengawalku menemui pelanggan malam ini. Lelaki itu mengatakan bahwa dia adalah asisten dari pelangganku malam ini.Setengah takut aku membuka kenop pintu kamar hotel di hadapanku dengan tangan gemetar.Sejauh ini aku melakoni profesi sebagai seorang pelacur, aku tak pernah mendapati pelanggan yang menyewaku hingga semalam penuh.Itulah sebabnya, aku jadi berpikir bahwa lelaki yang menjadi pelangganku kali ini pasti seorang lelaki maniak seks atau mungkin lelaki yang memiliki kelainan dalam hal berhubungan intim.Membayangkan hal itu saja aku sudah ngeri dan takut duluan. Apa mungkin lelaki itu akan menyiksaku lebih dulu sebelum dia menyentuhku?Tidak-tidak!Aku tidak boleh berpikir macam-macam. Aku harus bekerja dengan baik malam ini agar Mba Meli mau membawa Mama ke rumah sa
"Bang, ada yang nyariin tuh di luar," ucap seorang lelaki berseragam pegawai minimarket pada rekan kerjanya yang bernama Albani."Siapa?" Tanya Albani yang saat itu sedang istirahat makan siang."Nggak tau, cewek, cantik pake hijab,"Kening Albani berkerut samar. Lelaki itu lekas menyudahi acara makan siangnya untuk segera menemui sang tamu.Dan Albani menjadi terkejut saat dia mengetahui siapa wanita yang dimaksud rekan kerjanya tadi.Dia Adel.Istri dari lelaki bernama Fahri Hendrawan.*****Enam jam berlalu, Albani sudah selesai bekerja dan berniat untuk mendatangi lokasi yang dijanjikan Adel tadi siang.Sebuah cafe elit di pusat kota Jakarta."Ada apa Mba?" Tanya Albani to the point begitu Adel menyuruhnya duduk.Mereka duduk berhadapan di salah satu meja di dalam cafe bernuansa cozy itu."Saya mau tanya, apa benar Rindu istri kamu itu seorang penulis?" Tanya Adel saat itu
Hari-hari berlalu.Musim berganti dengan cepat.Waktu berputar bagai anak panah yang melesat dari busurnya.Waktu tiga tahun yang Fahri dan Rindu lalui bersama dalam kesederhanaan nyatanya lebih membahagiakan ketimbang mereka harus hidup dengan bergelimang harta dan kemewahan.Fahri mengawali karirnya dengan bekerja sebagai salah satu karyawan HRD di sebuah perusahaan di Jakarta.Sementara Rindu kembali fokus menekuni dunia literasi.Sejauh ini Rindu sudah berhasil merampungkan lima belas karya yang kesemuanya adalah novel bertema drama rumah tangga.Nama Rindu kini sudah banyak dikenal orang banyak dan pundi-pundi rupiah pun mengalir tiada henti dari semua naskahnya yang laris di pasaran.Bahkan ada beberapa naskah Rindu yang sudah dilirik oleh produser film untuk diangkat menjadi film layar lebar.Berkat kegigihan dan kesabaran mereka, lambat laun, perekonomian mereka yang sulit pun membaik dan kini R
Semua dilakukan serba cepat.Prosesi pemakaman Azzura berlangsung khidmat.Azzura dikuburkan bersebelahan dengan makam sang Ibu, Adelia Kartika Wibowo.Saat itu, dari luar Fahri memang terlihat tegar bahkan tak ada satu tetes pun air matanya yang mengalir keluar.Dan hanya Rindu satu-satunya orang yang tahu bagaimana sejatinya perasaan sang suami saat ini.Sesungguhnya Fahri begitu rapuh.Bahkan sejak lelaki itu kembali ke Indonesia dengan membawa serta jenazah Azzura, Fahri tak sama sekali bicara. Lelaki itu diam membisu dalam duka yang menyelimuti hatinya.Kepergian Azzura benar-benar menjadi pukulan telak bagi Fahri yang membawa dirinya pada titik terendah kehidupan.Mungkin, jika tidak ada Rindu di sisinya, Fahri sendiri tidak tahu apakah dirinya masih bisa melanjutkan hidup atau tidak.Pemakaman selesai pagi itu.Awan mendung yang sudah menggelayuti langit Kota Jakarta sejak tadi malam seo
Fahri sampai di Singapura setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan.Lelaki itu harusnya beristirahat sejenak di apartemen, tapi dia tak melakukannya karena terlalu khawatir akan kondisi Azzura.Jadilah, sesampainya di Bandar Udara International Changi Singapura, Fahri langsung on the way menuju rumah sakit tempat Azzura menjalani kemo.Tak membutuhkan waktu lama untuk Fahri sampai di rumah sakit.Fahri kembali mengecek ponselnya sekali lagi saat telepon dan seluruh pesan yang dia kirimkan pada sang Papih dan Mamihnya tak kunjung ada jawaban.Mendadak, perasaan cemas menggelayuti hati Fahri.Fahri berjalan dengan langkah tergesa menuju lokasi di mana Azzura berada, namun dia tak mendapati sesiapapun di sana.Tak ada Azzura maupun kedua orang tuanya.Fahri bertanya pada suster rumah sakit dan lelaki itu terkejut bukan main saat sang suster mengatakan bahwa pasien bernama Azzura semalam mengalami kejang dan
"Maafkan aku Rindu. Mungkin karena aku kemarin sempat mengganti nomor, makanya aku terlambat mengetahui informasi tentang kaburnya Surya dan Romy dari kepolisian Kalimantan," ucap Fahri saat kini dirinya dan Rindu sudah keluar dari ruangan rawat Bisma.Pasca pertemuannya dengan Januar tadi, Fahri sebenarnya ingin sekali memberi Januar pelajaran atas perlakuannya terhadap Rindu. Namun sayang dia tak mungkin melakukan hal itu di hadapan Bisma yang sedang sakit.Saat ini Fahri dan Rindu sedang berbincang di dalam ruangan rawat Yanti. Azam baru saja tertidur karena waktu yang memang sudah larut.Fahri terpaksa berbohong pada Azzura agar diizinkan untuk pergi ke Indonesia karena lelaki itu terlalu mengkhawatirkan kondisi Rindu.Sekarang, semua sudah aman.Fahri bisa lebih tenang. Itulah sebabnya dia harus lekas kembali ke Singapura."Sudah tidak apa-apa. Semuanya sudah terjadi. Besok sebelum berangkat ke Singapur, ada baiknya kamu tem
Setelah insiden yang terjadi di Basemen rumah sakit dua hari yang lalu, kini Bisma sudah mendapat perawatan intensif pasca operasi akibat perut kirinya yang tertembus timah panas oleh Surya.Sementara Surya sendiri dinyatakan meninggal di lokasi kejadian saat Bisma berhasil melawan dengan balik menembak Surya. Tembakan Bisma tepat mengenai jantung Surya, itulah sebabnya Surya langsung menghembuskan nyawanya detik itu juga.Setidaknya, kini Rindu bisa bernapas lega setelah memastikan Romy dibekuk oleh polisi dan mendapat hukuman atas tindakannya yang telah berani kabur dari penjara. Romy dijatuhi hukuman pidana seumur hidup atas tindakannya tersebut.Rindu yang merasa berhutang budi pada Bisma kini harus membagi waktu yang dimilikinya untuk menjaga Yanti dan Bisma secara bergantian.Untungnya, ruangan rawat Bisma dengan Yanti tidak terlalu jauh, jadi Rindu bisa bulak-balik kapan pun dirinya mau.Pagi itu, sehabis mengantar Azam ke sekolah
"Hai, Rindu? Apa kabar?" Tanya seorang lelaki yang mengantri di belakang Rindu saat wanita itu hendak membayar di kasir minimarket.Rindu pun menoleh dan terkejut, meski setelahnya sebuah senyuman lebar mengembang di wajah cantiknya. "Bisma?" Pekik Rindu tak percaya. Sebab sepengetahuannya, Bisma sudah kembali ke Kalimantan."Kamu sejak kapan di Jakarta?" Tanya Rindu saat kini dirinya dan Bisma sudah keluar dari minimarket. Mereka hendak berjalan menuju ruang rawat Yanti."Sudah dari satu minggu yang lalu,""Oh begitu, kenapa tidak memberi kabar?" Tanya Rindu lagi."Maaf, aku sibuk dengan pekerjaan dan harus merawat Ibuku juga yang sedang sakit," Bisma jadi terkekeh, merasa tidak enak. Meski alasan utama seorang Bisma kembali ke Jakarta karena selain harus merawat Ibunya yang sedang sakit, namun Bisma juga ingin mengetahui lebih lanjut hubungan yang terjalin antara Rindu dan Fahri sejauh ini.Jika memang pada kenyataannya Rindu d
Apakah sampai detik ini ada orang yang mampu menjawab tentang pertanyaan, mengapa waktu berlalu begitu cepat saat kita merasa bahagia dan sebaliknya, mengapa waktu seakan berlalu begitu lambat saat kita melaluinya dalam duka dan penderitaan?Seperti halnya yang kini dialami seorang Fahri.Orang tua mana yang tidak terluka saat mengetahui anaknya sakit?Terlebih, jika sang anak yang baru berusia enam tahun itu didiagnosis Leukimia atau Kanker Darah.Bagai disambar petir, anak yang begitu cantik dan pintar harus menanggung kesakitan di usianya yang masih kecil.Sesungguhnya Fahri begitu terpukul seolah dia merasakan sakit yang kini harus di derita sang anak selama menjalani proses pengobatan dan kemoterapi atas penyakitnya.Dokter mengatakan, pengambilan sumsum tulang belakang yang baru saja dijalani oleh Azzura saat ini memang rasanya sangat menyakitkan.Tapi, melihat semangat Azzura untuk sembuh, mengubur semua kesedihan
Hari ini, Fahri dan Rindu sudah packing hendak berangkat untuk persiapan mereka berangkat ke Singapura.Seluruh barang bawaan sudah dikemas rapi di dalam koper.Fahri sedang mengajak Azzura menemui Oma dan Opanya untuk berpamitan sementara Rindu menunggu kepulangan Fahri di hotel bersama Azam dan Yanti.Azam yang saat itu terus saja ngambek karena tak ingin ikut ke Singapura.Rindu dengan sabar berusaha memberi pengertian pada Azam."Memangnya kenapa sih Azam kok nggak mau banget ikut Mama dan Papah ke Singapura? Kan di sana nanti Azam bisa jalan-jalan sama Nenek. Kita naik pesawat kayak waktu itu," ucap Rindu yang sejak tadi sibuk merayu Azam yang terus cemberut.Azam tak menyahut. Bibirnya mengerucut dengan kedua tangan yang bersidekap di depan dada."Masalah sekolah, Mama sudah bilang ke Ibu Guru Azam dan mereka sudah memberi izin, jadi Azam nggak perlu takut dimarahi. Sekarang semua sudah serba canggih. Azam bisa tet