Home / Romansa / Better Without You / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Better Without You: Chapter 1 - Chapter 10

53 Chapters

Prolog

Tanggal 17 Juni 2018, tanggal itu adalah hari pertama aku memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Rafael. Ya, sebuah keputusan yang berat hingga pada akhirnya aku di yakinkan oleh Rafael untuk memperjuangkan perbedaan yang ada di antara aku dan dia. Alasannya... karena kami sama-sama saling mencintai dan punya pemikiran yang sama.Aku memutuskan untuk menulis kisah cinta yang pernah aku jalin bersama Rafael. Sebuah kisah cinta yang bahkan membuat aku menjadi mati rasa sekaligus mendapatkan pelajaran berharga di saat yang bersamaan. Bahkan untuk menulis ini pun aku seringkali merasa bahwa aku adalah wanita bodoh yang terlalu mencintai dia yang tidak pernah menganggapku ada. Memang sebuah keputusan yang pernah kita pilih harus di pertanggungjawabkan apapun itu resikonya. Dan, mempertanggungjawabkan keputusan yang salah tidaklah mudah. Ya, keputusan untuk memilih dia yang dengan mudahnya meninggalkanku. Rasanya otakku tidak ingin untuk mengulang lagi&
last updateLast Updated : 2022-02-15
Read more

Chapter 1 - First Sight

Café adalah sebuah tempat untuk bersantai dan berbincang-bincang dengan teman, pasangan, bahkan keluarga. Aku duduk disebuah rooftop café memandangi indahnya senja yang menyinari wajahku. Orang-orang seringkali menyebut rooftop di tempat itu dengan sebutan ‘Lovely Rooftop’Tidak butuh waktu lama untuk duduk, aku beranjak dari tempat duduk sembari membawa secangkir latte lalu berjalan kesudut rooftop untuk melihat suasana keramaian kota Jakarta dari atas rooftop serta ingin menikmati senja dari jarak dekat. Aku melihat pemandangan langit yang sangat indah dan memandangi padatnya kendaraan dibawah serta orang-orang berlalu lalang di tepi jalan raya.Seketika aku memandang orang-orang disekelilingku. Aku melihat pasangan yang sedang duduk didekat sudut rooftop yang jaraknya agak dekat denganku, mereka menikmati senja berdua ditemani dengan
last updateLast Updated : 2022-02-15
Read more

Chapter 2 - Berusaha Meyakinkan

Rafael tidak berhenti menatapku sejak dia datang untuk menemaniku mengerjakan tugas di salah satu coffee shop yang berada didekat kampus. Sementara aku asik sibuk mengerjakan tugas karena deadline yang terus menghantui.Dengan sabarnya, Rafael masih menemaniku setelah dua jam mengerjakan tugas tanpa diganggu olehnya. Sesekali dia pun mengerjakan somasi yang harus dia selesaikan. Namun, dia bukan orang yang bisa fokus mengerjakan pekerjaan di tempat yang ramai. Hal yang dia lakukan hanya menatapku tanpa mengganggu sama sekali.“Finally!!!! Selesai juga huffttt!!” Ucapku menghela napas sembari melepaskan kacamataku dan memejamkan mata sejenak"Jangan dilepas kacamatanya. Kamu pake kacamata keliatan sensual banget tau, La." Ucap Rafael dan sontak membuatku terkejut saat aku tengah sibuk menggerai dan merapikan rambutku."Dih! Suka-suka gue, ya, Rafael!!" Seruku"Emang k
last updateLast Updated : 2022-02-15
Read more

Chapter 3 - Lelaki Idaman

"Pake dulu jaketnya, La. Astagaaa!!!" Rafael menarikku dan langsung memakaikan jaket ke tubuhkuSore itu, tiba-tiba derasnya hujan mengguyur kota Jakarta saat aku dan Rafael tengah berada di food court dengan suasana outdoor. Aku dan Rafael memang sering mengunjungi food court itu jika ingin mencicipi makanan yang berbeda-beda."Aduuuhhhh!! ribet banget. Udah di bilangin gapapa dan aku tahan dingin tetep aja maksa." Jawabku kesal.Rafael mendengus napas "Gak dingin tapi dari tadi bersin terus." Ucapnya dengan menatap mataku tajam "Ya udah sekarang kamu mau apa lagi?" Tanya Rafael yang tengah berdiri di hadapanku saat kami selesai mencicipi Es Kopi Susu yang memang terkenal di food court itu."Aku laper, Rafael. Mau pizza." Aku memberikan senyuman lebar kepada Rafael."Ya udah ayooo." Rafael langsung berjalan dan meninggalkanku menuju tempat pizza yang jaraknya hanya beberapa langkah dari tempat Es Kopi Susu itu.
last updateLast Updated : 2022-02-15
Read more

Chapter 4 - Perbedaan Menyakitkan

Tidak terasa Aku dan Rafael sudah menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih selama tiga bulan. Menurutku sudah sangat wajar jika aku memberitahu hubungan ini kepada orangtuaku.Hari ini adalah waktu yang biasanya aku gunakan untuk kembali ke rumah. Ya, hari Sabtu. Aku memang memilih untuk tinggal di apartemen karena jarak rumah yang sangat jauh dari Universitasku.Saat tiba di rumah, aku pun memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Papa. Aku menghampiri Papa yang tengah duduk di ruang TV yang terlihat tengah asik memainkan ponselnya."Laila, Papa gak bisa lihat kamu memiliki hubungan dengan orang yang jelas-jelas berbeda dengan kita." Ucap Papa tegas."Tapi, Pa. Laila udah sayang dengan Rafael. Baru Rafael lelaki yang benar-benar memperlakukan Laila seakan cuma Laila wanita yang ada di dunia ini." Aku berkomentar"Itu cuma sesaat, La. Cowo tuh egois. Papa yakin dia awal-awal aja begitu dengan kamu. Papa gak mau tau, kamu harus mutusin h
last updateLast Updated : 2022-02-15
Read more

Chapter 5 - Pengkhianatan

Setelah aku memberitahu Papa dan mengetahui keputusannya yang tidak menyetujui hubunganku dengan Rafael, rasanya aku kehilangan harap. Namun tetap saja aku tidak boleh untuk menyerah.Bagaimana pun juga, aku dan Rafael sudah berjanji untuk bersama ke jenjang yang lebih serius. Aku tidak mungkin bisa mengecewakannya yang memang sudah punya harapan itu.Namun, semenjak aku membuka diri kepada Aqsa, aku salah melangkah dan mengkhianati Rafael. Aku memilih untuk mendekatkan diri lagi dengan Aqsa. Seseorang yang aku kenal sebelum Rafael dan seseorang yang mungkin sering rutin bertanya mengenai kegiatanku sehari-hari. Berbeda dengan Rafael yang memang akhir-akhir ini tak selalu sempat untuk bertanya sesering itu.Aqsa adalah kakak seniorku, kampusnya berada bersebelahan dengan kampusku. Aku kenal dengannya dikarenakan kegiatan ekstrakurikuler yang seringkali bertanding dengan kampusnya.Aku tau resiko pekerjaan Rafael sebagai pengacara memang tak mudah
last updateLast Updated : 2022-02-15
Read more

Chapter 6 - Berusaha Jujur

Di malam yang kiranya tampak sendu itu, aku menatap Rafael dengan tatapan dusta. Seorang perempuan yang dia cintai ternyata mampu menyembunyikan pengkhianatan.Rasanya aku menjadi wanita pengecut jika tidak memberitahunya bahwa aku pernah menduakan Rafael. Walaupun aku sudah memutuskan hubungan dengan Aqsa, tetap saja hati ini tak tega menyembunyikan pengkhianatan itu.Aku yang sedang duduk di hadapannya semakin merasa bersalah. Tak sanggup sedikit pun menatap wajahnya karna kesalahanku. Tapi apa pun keputusan Rafael, aku tetap harus memberitahunya dan bertanggung jawab atas kesalahanku."Rafael--""Iya, sayang?" Ucap Rafael yang hanya fokus di layar laptopnya tanpa menatapku"Aku mau nanya deh." Tanyaku ragu"Nanya apa nih? Aku sambil kerja gapapa ya?""Iya tapi kamu dengerin ya.""Iya. Aku bisa multitasking kok." Jawabnya sombong sembari tertawa."Hmm--" Aku masih berpikir dari mana harus memulai percakapan ini "Jadi,
last updateLast Updated : 2022-02-24
Read more

Chapter 7 - Terlalu Sempurna

"Gue kesel banget sama pacar gue!!! Pengen banget bisa punya pacar kaya Rafael." Ucap Dina kesal. Aku dan teman-temanku yang baru saja pulang dari kampus dan duduk di ruang tamu apartemen, terkejut mendengar Dina mengatakan hal itu setelah dia sibuk menatap layar ponselnya. Aku tak tahu apa yang terjadi antara Dina dengan pacarnya. Tapi yang pasti dia memang sedang tidak baik-baik saja dengan air matanya yang sudah mulai menetes begitu saja. "Lo kenapa sih? Kok nangis?" Aku mencoba memberanikan diri untuk sekedar menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Walaupun jauh dari lubuk hatiku aku merasa tak punya hak menanyakan privasinya. Sementara temanku yang lain hanya mengulang pertanyaanku "Iya, kenapa sih?" "Gue udah pacaran sama Dodi selama enam tahun, guys. Dari SMA. Tapi kelakuan dia gak pernah berubah sampe sekarang." Jawab Dina kecewa "Kelakuan dia kenapa emang?" Tanya April memastikan. Dina menghela napas dan seakan menahan tangis
last updateLast Updated : 2022-02-25
Read more

Chapter 8 - Menerka Dendam

Tak terasa sudah delapan bulan aku bersama Rafael, aku semakin khawatir dengan sikapnya beberapa bulan yang lalu karena tiba-tiba gugup ketika aku memegang ponselnya.Aku benar-benar penasaran dengan tingkahnya seperti itu. Apakah dia selingkuh? Semenjak kejadian itu, otakku terus bertanya-tanya mengenai sikapnya. Bahkan aku berpikir Rafael akan balas dendam karena aku pernah mengkhianatinya.Aku sudah sangat lelah berharap dan menerka-nerka. Aku memejamkan mata dan mencoba untuk menghilangkan pikiran negatifku kepada Rafael. Aku mencoba memahami hal tersebut dan berharap suatu saat dia bisa lebih terbuka denganku.Waktu itu, aku mencoba untuk tidak meninggalkan Rafael. Aku tetap berjuang demi hubungan kami. Mungkin memang waktu yang masih belum memungkinkan untuk Rafael terbuka dengan semua privasinya. Aku tidak ingin gegabah mengambil keputusan seperti keputusanku yang salah telah mengkhianatinya dulu.(WazzApp Notification - Aurora)
last updateLast Updated : 2022-02-25
Read more

Chapter 9 - Happy Birthday

Hari itu, hari yang telah aku nantikan. Menantikan momen bahagia yang akan aku berikan kepada Rafael. Aku menghampiri apartemennya dengan membawa gift dan kue tart coklat dengan tulisan Happy Birthday di atasnya.Aku sengaja menitipkan barang-barang itu di lobi apartemen Rafael agar surprise yang akan aku berikan kepadanya berhasil sesuai dengan rencanaku.tok... tok... tok...Rafael membuka pintu apartemen dan tampaknya dia baru saja bangun dari tidurnya "Hai sayang. Masih jam delapan. Kok tiba-tiba kesini pagi-pagi banget? Ayo masuk" UcapnyaAku pun melangkahkan kaki untuk memasuki apartemennya "Aku suntuk aja di apartemen. Lagian hari ini kan minggu, jadi aku mikirnya kamu emang lagi di apartemen jadi aku gak bilang deh. Kamu mandi gih, aku mau nonton netflix bareng nih. Ntar kita cari sarapan dulu.""Iya bawel. Ini aku mau mandi." Ucap Rafael sembari mencubit pipiku.Saat Rafael tengah berada di kamar
last updateLast Updated : 2022-02-27
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status