Semua Bab Proyek Memikat Hati Suami: Bab 1 - Bab 10

52 Bab

Di Paksa Pulang

"Nak, Abah minta kamu segera pulang ya? Ada hal penting yang ingin Abah sampaikan!" "Apaan sih, Bah? Kan aku baru seminggu wisuda. Dulu Abah ngebolehin aku nyari kerja disini lho? Abah lupa?" "Bukannya lupa, masalah pekerjaan nantilah kamu pikirkan. Sekarang nikmati dulu masa-masa bebas setelah wisuda!" "Emang nggak bisa di telpon ngomongnya, Bah?"  "Jangan lewat telpon, Abah mau bicara langsung sama kamu! Ummi juga sudah kangen katanya."  "Baru juga minggu kemaren Ummi sama Abah ketemu sama Susan, masa udah kangen lagi? Abah bohong ya?""Pokoknya besok kamu harus pulang, Abah tunggu di rumah ya?" "Iya deh..", aku heran sama Abah tidak biasanya ngotot nyuruh aku pulang. Padahal aku sudah nyusun rencana untuk nyari kerjaan di kota ini. Tapi tak apalah, nanti setelah balek kampung baru aku nyari kerjaan. Aku baru turun dari angkutan umum saat seseorang menabrakku. Hingga menyebabkan
Baca selengkapnya

Pertemuan

"Nak, hari ini jangan pergi kemanapun ya?""Emang kenapa, Mi?"Aku yang tengah asik menyiram bunga di taman, menghentikan seketika pekerjaanku."Keluarga calon suamimu mau datang bertemu denganmu!""Secepat itu, Mi? Susan baru tiga hari lho di rumah?""Itu Abah yang bilang tadi, kamu cuma di suruh dandan yang rapi nanti, jangan malu-maluin!""Ummi..... Susan nggak mau!""Kan kamu sendiri yang bilang bersedia sama Abah kemaren?""Tapi, Mi...""Tidak ada tapi-tapian!"Aku melangkah gontai memasuki rumah, secepat itukah? Baru tiga hari di rumah Abah sudah mengundang mereka datang. Seperti apa sih laki-laki itu hingga membuat Abah sangat yakin?Siang harinya aku dan Ummi sedang menyiapkan makanan untuk tamu yang akan datang. Mereka sudah dalam perjalanan kata Abah, jadi kami harus siap-siap.Aku sudah berpakaian rapi, dengan gamis coklat muda dipadukan dengan pashmina yang senada. Make up tipis juga meng
Baca selengkapnya

Pernikahan

Seminggu lagi acara pernikahanku dengan Arga, tapi semenjak acara tunangan tidak pernah satu kalipun kami bertemu. Bahkan yang lebih anehnya, nomor handphone masing-masingpun kami tidak punya. Terkadang aku berpikir, pernikahan apaan ini? Kenal juga kagak, pas ketemu adu mulut, eh tiba-tiba nikah. Aku bahkan tak peduli sedikitpun tentang pakaian pengantin. Ummi dan Abah yang terlihat sibuk kiri kanan menyiapkan semuanya, aku mah masa bodoh. Nggak jadi nikahpun aku malah bersyukur bahagia. Aku sudah yakin, kalau pernikahan itu jadi, hidupku pasti bakalan susah. Hidup dengan laki-laki yang tak menginginkanku sedikitpun. "Susan, gaun pengantinnya bagaimana? Ummi sampai lupa masalah gaun karena sibuk ngurusin keperluan yang lain" "Nggak tau, Mi" "Kok gitu sih? Acaranya minggu depan tapi kamu belum nyari gaun pengantin?" "Males!" "Kamu ini? Sekarang coba hubungi Arga, ajak dia nyari gaun pengantin
Baca selengkapnya

Pisah Kamar

"Kita pisah kamar?" "Ya, nggak sudi aku sekamar sama kamu!" Pedih sekali mendengar kata-katanya. Aku istrinya tapi tidak boleh sekamar dengannya. Aku menarik koper dengan perasaan sedih, menuju kamar tamu yang akan menjadi kamarku mulai sekarang. Merebahkan tubuh, membuka hijab dari kepalaku.  Aku menatap atap kamar dengan perasaan bercampur aduk, rumah tangga seperti apa yang akan aku hadapi? "Buatkan aku makanan, aku lapar!" Arga berteriak dari balik pintu, aku segera bangkit dan melangkahkan kaki ke dapur. Memeriksa isi kulkas, apa yang bisa aku masak. Hanya ada mie instan. "Apa yang mau dimasak? Kulkas kosong begini?" Aku mengomel sendiri. "Nanti kita belanja ke swalayan, sekarang masak mie instan aja dulu!" Arga menjawab ucapanku. Walau itu tak ku tujukan padanya. Harum semerbak mie instan, membuat perutku bergejolak minta jatah. Segera aku duduk di ruang makan dan mengh
Baca selengkapnya

Pacar Arga

Dia menuju meja makan, duduk dan menikmati nasi goreng yang aku buatkan. Lalu meminum teh yang aku suguhkan. Sebelum pergi, dia memberikan aku kartu ATM.  "Ini, ATM pin nya tanggal ulang tahun saya. Kamu boleh pakai uang itu untuk belanja keperluan mu" "Makasih, mas" Ternyata dia ada baiknya sedikit. Memberikan aku ATM untuk belanja. "Aku pergi dulu" "Ya, mas. Hati-hati!" Aku mengantarnya sampai pintu, mengulurkan tangan untuk menyalami tangannya. Dia menatapku sejenak sebelum mengulurkan tangannya. Segera ku sambut dan menyalami tangannya. Setelah itu dia pergi. Aku kembali ke dapur, membersihkan peralatan masak. Lalu mulai menyapu rumah. Rasanya melelahkan, membersihkan rumah ini seorang diri. Aku beranjak ke kamar Arga. Membuka lemari, mencoba mengenali apa saja yang Arga punya. Lalu beralih pada laci. Disana ada koleksi jam tangan Arga yang terlihat mahal-mahal. Kemudian koleksi dasi
Baca selengkapnya

Di Acuhkan Arga

Selesai makan aku dan Mama berbicara di ruang tamu."Ma, sebelum menikah denganku apa Mas Arga punya pacar?" aku ingin tahu apakah Mama mengenal pacar Arga yang datang tadi pagi ke rumah.Mama terkejut mendengar pertanyaanku."Apa kamu sudah bertemu dengan perempuan itu?" ternyata Mama sudah tahu pacar Arga itu. Aku menjadi sedih karenanya."Sudah, Ma. Tadi pagi dia datang ke rumah mencari Mas Arga!""Apa? Jadi Arga belum juga putus dari perempuan itu?" Mama terlihat marah mendengar semua itu."Kalau Mas Arga sudah punya pacar, kenapa Mama menjodohkan dia denganku, Ma?" tanyaku dengan hati sedih dan juga penasaran."Kamu lihat penampilan dia kan? Pakaiannya saja sungguh tidak sopan. Mama dan Papa tidak suka dengan pribadinya dia. Mau keluarga seperti apa yang akan Arga bina? Jika sampai menikah dengan perempuan seperti itu?" "Tapi Mas Arga sepertinya sangat mencintai perempuan itu, Ma!" Mama menatapku dalam.
Baca selengkapnya

Bekal Untuk Arga

Aku kembali memasuki kamar. Ucapan Arga memenuhi isi kepalaku. Apa dia tak menganggapku sedikitpun karena pakaian yang aku gunakan ini?Aku melepas hijab instan yang melekat di kepalaku. Melepas ikatan pada rambutku yang panjang sepinggang. Rambut hitam legam dan sangat lurus. Aku meraih sisir lalu berdiri di depan meja rias. Menyisir rambutku dengan lembut. Wajah oval dan bibir tipis yang aku miliki semakin sempurna dengan geraian rambut panjangku. Arga belum pernah sekalipun melihat penampilanku saat tam memakai hijab. Jika di bandingkan dengan pacarnya yang datang tadi pagi itu, aku tak kalah cantik dengannya. Wajah mulus yang aku miliki berbanding terbalik dengan wajah perempuan itu. Wajahnya jelas sekali cantik karena make up yang dia gunakan. Jika tanpa make up sedikitpun aku yakin wajahnya jauh lebih jelek dariku.Postur tubuhnya juga tak bisa mengalahkan postur tubuhku. Aku jauh lebih tinggi darinya. Jika aku memakai pakaian yang dia g
Baca selengkapnya

Cemburu

Aku menunggu Arga pulang dari kantor. Hari sudah menjelang magrib, selesai sholat magrib aku menunggunya di ruang tamu. Aku gegas membukakan pintu saat terdengar suara mobil Arga memasuki garasi."Mas?" ku ulurkan tangan dengan cepat untuk menyalaminya saat dia melangkahkan kaki memasuki rumah.Dia menatapku sekilas. Ditangannya ada bekal yang aku berikan padanya tadi pagi."Ini!" dia menyerahkan kotak makan siang itu padaku. Aku meraihnya lalu dia berlalu meninggalkanku memasuki kamarnya.Ah, dia sedingin es. Bahkan dia tak membiarkan aku bicara sedikitpun. Sampai kapan dia berlaku seperti ini?Aku segera membawa kotak makan siang itu ke dapur. Aku membuka isinya. Hatiku langsung kecewa. Semua makanan yang aku persiapkan itu, tidak satupun dia sentuh. Semuanya masih utuh seperti semula.Aku terduduk lemah di meja makan. Menatap hidangan makan malam yang sudah aku persiapkan untuknya. Akankah dia kembali tak mau menikmatinya?
Baca selengkapnya

Gelisah

"Vani, tolong anterin aku pulang!" pintaku pada Vani sambil melepaskan diri dari pelukannya."Baiklah, tapi kamu tidak apa-apa kan?""Aku baik-baik saja, kok!" ucapku pelan.Aku menaiki mobil Vani. Sepanjang jalan pikiranku dipenuhi oleh tawa ceria Arga bersama Anita. Mereka seperti pasangan yang saling mencintai satu sama lain. Apa benar akulah yang menjadi penghalang di antara mereka?Jika Arga sangat mencintai perempuan itu, kenapa dia tidak memperjuangkannya? Kenapa dia malah mau di jodohkan? Apa sebenarnya alasan dari semua perjodohan antara aku dan Arga. Mama mertua bilang mereka tidak suka karena penampilan Anita seperti itu. Tapi menurutku, kita tidak bisa menilai seseorang dari apa yang dia pakai. Banyak teman-temanku yang tidak berhijab tapi hatinya mulia. Contohnya Vani. Dia anak tunggal dari seorang ayah yang sangat agamais. Tapi dia tidak memakai hijab. Walaupun begitu, jangan ragukan akhlaknya. Dia bahkan tidak pernah
Baca selengkapnya

Bertindak Tegas

"Kamu berani menjawab ucapanku, ya?" Arga marah mendengar ucapanku."Aku tidak membantah ucapanmu, Mas! Tapi aku tidak suka perempuan ini merendahkan pernikahan kita!" Arga menatapku heran. Mungkin dia tak menyangka aku bisa melawan seperti ini. Selama ini aku selalu diam saat dia berkata kasar ataupun tidak mengindahkan kehadiranku."Sudah, sana bikinin minuman! Aku capek! Aku tidak ingin melihat ada keributan lagi!" ucap Arga. Dia melangkahkan kaki berlalu meninggalkanku menuju kamarnya. Perempuan itu malah dengan santainya mengikuti Arga memasuki kamar itu. Hatiku rasanya benar-benar terluka. Arga membawa perempuan itu memasuki kamarnya. Apa selama ini perempuan itu sudah terbiasa disini? Apa dia sudah biasa keluar masuk rumah ini sebelum Arga menikahiku?Aku terpaksa pergi ke dapur. Menyiapkan minuman untuk mereka. Di kulkas ternyata ada buah mangga. Aku langsung membuat jus mangga untuk Arga dan perempuan itu.Setelah selesa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status