Home / Romansa / Proyek Memikat Hati Suami / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Proyek Memikat Hati Suami: Chapter 11 - Chapter 20

52 Chapters

Langkah Awal

Arga hanya diam saat menikmati hidangan itu. Aku sebenarnya penasaran dengan komentarnya. Tapi aku tak ingin mengganggu dia makan dengan cara bertanya sekarang. Nantilah, saat dia selesai baru aku akan bertanya.Arga menyeruput teh es yang aku buatkan untuknya. Dia telah selesai makan. Semua hidangan yang aku masak dia cicipi. Hanya bersisa sedikit di atas meja. Akupun juga sudah selesai makan."Bagaimana, Mas? Apa kamu suka dengan masakanku?" pertanyaan itu baru aku tujukan saat dia me lap tangan dan mulutnya dengan tisu.Dia menatapku sekilas. Lalau bangkit."Mas?" ku panggil lagi namanya berharap dia memberikan aku jawaban."Aku makan hanya karena aku lapar! Bukan karena suka!" ucapnya sambil berlalu meninggalkan meja makan.Aku menelan saliva mendengar ucapannya. Apa benar ucapannya? Aku merasa dia berbohong. Tapi itu tak masalah buatku, yang terpenting dia mau menikmati masakanku. Itu sudah membuat aku sedikit bahagia.Setelah ma
Read more

Belajar Masak

"Apa kamu pikir Arga akan tertarik padamu? Tidak mungkin! Aku mengenal Arga sudah lama. Aku tahu semua kriteria wanita idaman Arga. Dan itu tidak satupun melekat pada dirimu!""Mungkin sekarang memang benar ucapanmu. Arga belum bisa menerimaku menjadi istrinya, tapi aku yakin Tuhan tidak akan sia-sia mempersatukan kami!" jawabku.Wanita itu tertawa mengejek mendengar ucapanku."Jangan bawa-bawa nama Tuhan! Kalian menikah hanya karena perjodohan yang di paksakan oleh masing-masing keluarga kalian!" balasnya."Seharusnya kamu yang sadar diri, tidak ada lagi yang bisa kamu harapkan dari Arga. Dia juga tidak akan mungkin menikahi kamu!" balasku."Siapa bilang? Tak akan lama lagi, setelah semua urusan Arga selesai, dia akan segera menceraikan kamu! Dan kami akan segera menikah!" Aku kaget mendengar ucapan perempuan itu. Urusan apa yang Anita maksud? Apa Arga sedang merencanakan sesuatu?"Tidak semudah itu kamu menentukan perceraian k
Read more

Pujian Arga

Aku turun dari mobil Mama yang mengantarkan aku ke rumah. Setelah hampir setengah hari di rumah mertuaku.Banyak hal baru yang Mama mertua ajarkan padaku mengenai Arga. Aku akan mulai dari memasak makanan kesukaan Arga.Hari masih siang, aku butuh beberapa bahan masakan yang tidak tersedia di rumah. Setelah memeriksa dapur dan isi kulkas, aku memutuskan untuk belanja ke swalayan.Hari ini aku ingin membuat masakan yang istimewa untuk Arga. Aku segera memesan taksi online untuk mengantarkan aku ke swalayan.Tak butuh waktu lama, taksi online pun datang. Setelah sampai swalayan, aku memilih barang apa saja yang aku butuhkan untuk memasak.Setelah selesai belanja, aku gegas membayar belanjaanku lalu kembali memesan taksi online untuk pulang ke rumah.Hari masih lima sore saat aku mulai asyik memasak di dapur. Hari ini aku ingin memasak spageti carbonara. Aku asyik memegang handphone melihat resepnya dari internet. Aku juga ingin memasak beef st
Read more

Bertemu Rian

Aku sedikit senang dengan sikap Arga. Dia mulai mau bicara denganku walaupun hanya sebentar saja. Biasanya dia selalu jutek dan tidak menghiraukan aku. Sekarang, dia sedikit mau lebih tenang saat berbicara denganku.Pagi harinya, setelah dia menyantap hidangan sarapan pagi yang aku suguhkan sebelum dia berangkat kerja, dia bicara padaku dan itu sedikit membuatku sedih."Malam nanti nggak usah masakin lebih buat aku, aku ada janji makan malam. Kamu tidur saja duluan, nggak usah nunggu aku!" dia berucap sambil menerima bekal makan siang yang aku sodorkan padanya."Kamu ada meeting?" tanyaku dengan penasaran."Bukan, hari ini perayaan anniversary hubungan aku dan Anita. Kami mau merayakannya. Jadi kamu nggak usah masakin aku!"  Jantungku terasa sakit saat mendengar ucapan Arga. Dia bahkan tidak memperdulikan sedikitpun perasaanku."Ooo... selamat ya?" balasku pilu.Arga meninggalkan rumah menuju kantornya, aku terhenyak dengan semu
Read more

Arga Di Pukuli

Setelah acara makan siang yang canggung itu, aku memaksa Vani untuk pulang. Walau awalnya dia menolak, tetap aku bersikeras untuk pulang. Aku tidak ingin berlama-lama berdekatan dengan Rian.Rian terlihat kecewa dengan sikapku. Sebenarnya dia ingin mengajak kami nonton di bioskop tapi aku menolaknya. Dengan rasa kecewa, Rian mengikuti langkah kami menuruni eskalator menuju parkiran. Saat sampai di lantai dua Mall, pandanganku bertemu dengan sosok yang selalu ada dalam pikiranku. Dia suamiku, Arga. Dia tengah menemani Anita memilih pakaian. Hatiku langsung sakit melihatnya, apa perayaan anniversary mereka di mulai dari siang ini sampai malam? Arga sudah bilang dia akan telat pulang ke rumah hari ini."Ada apa? Kenapa berhenti?" Vani bertanya dengan heran saat langkah kakiku terhenti begitu saja. Pandanganku lurus menghadap kepada sepasang kekasih itu yang tengah asyik memilih pakaian.Vani melirik pada tatapan mataku, sontak dia berdecak kesal meliha
Read more

Kemarahan Arga

Aku sontak berdiri saat melihat Arga berdiri tepat di hadapanku."Mas sudah pulang?" tanyaku dengan sedikit rasa khawatir."Sudah, kamu ngapain tidur di sini?" "Aku sengaja mau nungguin kamu, Mas!"Arga menatapku dengan tampang tak suka."Cihhhh... jangan berlagak seperti istriku  yang sebenarnya!" Ucapan Arga sontak membuatku tersudut. Aku tahu dia marah padaku."Maafkan aku atas kejadian tadi siang, Mas! Aku tak meminta Rian bersikap seperti itu!""Oooo..jadi nama laki-laki itu Rian? Kamu sungguh keterlaluan. Kenapa masalah kita kamu bicarakan pada semua orang?" Kilatan kemarahan terpancar jelas dari pandangan Arga padaku."Tidak, Mas! Aku tidak mengatakan apapun pada Rian. Aku hanya bicara itu pada satu orang, dan dia adalah Vani. Teman dekatku, dia yang menyampaikan itu pada Rian.""Sama saja! Intinya kamu mengumbar masalah kita pada semua orang. Sebenarnya apa yang membuatmu bertahan dalam rumah tangga in
Read more

Kedatangan Anita

Sejak insiden hari itu, Arga kembali bersikap dingin padaku. Setiap hari dia tidak mau memakan masakanku. Mukanya selalu jutek saat melihatku. Sering aku berupaya untuk meminta maaf tapi semua itu tak di gubris Arga.Sikap diam Arga membuatku frustasi. Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Dia membangun tembok pemisah di antara kami. Aku hanyalah seperti pembantu yang tak di hargai sedikitpun di rumah itu.Hari ini hari libur. Sejak pagi Arga masih betah mengurung diri di kamarnya. Padahal aku sudah menyiapkan sarapan untuknya. Saat aku mengetuk pintu kamarnya, hanya suara hardikan Arga yang ku dengar. Memintaku untuk tidak mengganggunya.Aku terduduk lesu di sofa ruang tamu rumah, bahkan aku juga tak berselera untuk sarapan walau hanya sedikit saja. Sampai kapan Arga akan bersikap seperti itu?Lamunanku buyar, saat mendengar suara bel rumah. Cepat-cepat aku berdiri lalu membukakan pintu."Kamu? Ngapain pagi-pagi sudah datang ke sini? Apa
Read more

Tiket Bulan Madu

Lama aku termenung seorang diri di sudut ranjang kamarku. Aku tak menemukan solusi apapun untuk hubunganku dan Arga. Aku tak tahu lagi jalan mana yang harus aku tempuh.Aku kaget saat mendengar suara ketukan di pintu kamarku. Segera aku bangkit dan membukakan pintu kamar."Apa ada, Mas?" Ternyata Arga yang mengetuk pintu kamarku. Ku lirik ke arah ruang televisi, di sana masih ada Anita yang tengah asyik menonton televisi."Aku mau keluar! Kamu bersihkan kamarku, dan jangan lupa cuci semua baju kotorku! Kalau nanti aku pulang semuanya belum beres, awas kamu!" ancamnya padaku."Baik, Mas! Aku akan mengerjakan semua itu."Arga lalu berjalan menuju ruang televisi."Ayo sayang! Kita berangkat!" ujar Arga pada Anita.Anita tersenyum ceria lalu menyambar kunci mobil Arga dari atas meja. Dia menatapku sambil melambaikan kunci mobil itu padaku, apalagi tujuannya selain pamer bahwa dia akan di belikan mobil baru oleh Arga. Senyum kemenangan ter
Read more

Bulan Madu

"Susan!" Suara teriakan Arga seakan memecahkan gendang telingaku. Buru-buru aku memasuki kamar Arga."Ada apa, Mas? Kenapa teriak seperti itu?" tanyaku."Ayo, cepetan kemasi barang-barangku! Dua jam lagi kita harus sampai di Bandara, dan kamu hanya sibuk menyiapkan barang-barangmu saja!" sungut Arga padaku."Iya, Mas! Aku akan persiapkan semuanya.""Cepetan!" hardik Arga.Aku buru-buru membuka koper Arga, lalu memilih pakaian yang pantas untuk di bawa ke Bali, tempat bulan madu kami.Aku sedikit antusias membayangkan pergi berduaan seperti ini dengan Arga. Aku harap, sikapnya menjadi sedikit melunak padaku nantinya.Aku sudah mempersiapkan semua kebutuhan Arga, sesekali Arga mengatakan barang apa saja yang dia inginkan untuk di bawa.Setelah merasa yakin, akupun kembali ke kamarku. Aku lupa memasukkan bingkisan yang Mama mertua berikan padaku saat meninggalkan rumahnya kemaren. Dia bilang jangan membuka itu saat di rumah, nanti
Read more

Bingkisan Dari Mama

Aku buru-buru meraih hijab instans yang terletak di atas ranjang. Lalu memakainya dengan cepat."Kenapa memandangiku seperti itu?" Aku sedikit risih melihat tatapan Arga."Kamu kenapa sih? Menutupi rambut indahmu itu dengan hijab. Aku yakin sekali penampilan kamu akan lebih berbeda jika tak menggunakan hijab.""Aku sudah sedari kecil pakai hijab. Aneh saja rasanya kalau tidak menggunakannya," jawabku sambil duduk di sofa santai yang ada di kamar itu."Berarti itu karena paksaan?""Bukan, memang dari dulu aku di ajarkan untuk terbiasa berhijab. Namun sekarang, aku merasa hijab ini bagian dari iktiarku untuk menjaga diri. Melindungi diri dari pandangan buruk, seperti pandangan kamu tadi!" ucapku sambil melirik Arga."Hahaha... aku kan suamimu, jadi nggak salah dong jika aku bisa melihat rambut indahmu itu?" Aku mengangkat alis saat mendengar ucapan Arga. Emang dia pernah menganggap aku istrinya?"Nggak salah ngomong ini?" tanyaku balik.
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status