Semua Bab Dicintai Kakak Ipar: Bab 31 - Bab 40

91 Bab

Memutuskan

Ketika amarah memuncak, bersabar adalah pilihan terbaik. Marah tidak akan menyelesaikan masalah dan mengalah bukan berarti kalah. Karena mereka yang berbahagia adalah yang mampu mengubah masalah menjadi hikmah.      (Aida- Erland ~ Dicintai Kakak ipar)Satu minggu sudah Erland kembali ke Jakarta. Setiap hari laki-laki itu selalu melakukan panggilan video call dengan sang mama. Arumi masih kerasan tinggal di rumah Aida, karena Aida yang menyuruhnya juga. Kemarin Byan juga sudah bergabung kembali di rumah sakit pusat yang ada di Jakarta.Erland selalu ingin video call dengan Rendra. Bayi berusia satu tahunan itu pun terlihat senang setiap kali Erland menyapanya.  Aida mendengar dan melihat sendiri interaksi ketiganya. Ia juga selalu mendengar Erland menanyakan kabarnya setiap kali menelepon. Hal itu membuatnya senang. Namun, dirinya tetap membatasi dirinya berusaha menyembunyikan perasaannya. Jujur dirinya masih berusaha untu
Baca selengkapnya

Menemui Aruna

Erland menggendong Rendra. Hatinya menghangat bersama sang putra dirinya merasa bahagia sekali."Nak, kamu tinggal di rumah Om, ya," ujar Bagas saat mereka ada di depan mobil. Erland masih sibuk dengan sang putra yang berada di pangkuannya. Sedangkan Bagas yang mengemudikan mobil. Dirinya duduk di samping  sang papa."Mohon maaf, Om. Saya tidak bisa tinggal di rumah, Om. Kalau boleh tolong antar saya sekalian mencari hotel untuk malam ini," tolak Aida lembut.Jujur untuk tinggal seatap dengan Erland membuat dirinya kembali mengingat malam itu. Dirinya ingin mencoba melupakan hal itu, tapi masih sulit."Kalau kamu tidak mau tinggal di rumah kami, kamu tinggal di apartemen kami saja," tawar Bagas."Saya sudah menyuruh jasa cleaning servis untuk membersihkan apartemenku. Bahkan aku sudah menyiapkan kamar khusus untuk baby boyku ini," ujar Erland ikut menimpali.
Baca selengkapnya

Pernyataan Cinta

Cinta merupakan sebuah anugerah terindah yang dimiliki oleh manusia. Karena dengan cinta membuat kehidupan ini berjalan lebih indah dan bermakna. (Aida - Erland ~ Dicintai Kakak ipar)***Aida lega, karena sudah bertemu dan berbicara langsung dengan kakaknya.  Setelah keluar dari rumah Aruna. Ia menyetop taksi. Ia tidak langsung pulang ke apartemennya. Ia berbelanja dulu keperluan Rendra ke supermarket. Ia tidak menyadari sejak tadi ada yang mengikuti taksi yang ditinya tumpangi.Setelah semua keperluan Rendra di rasa sudah terpenuhi, ia segera pulang. Namun, ia terkejut saat keluar  Erland sudah ada di depan supermarket menunggunya sambil berdiri di depan mobil sportnya.Laki-laki tampan itu tersenyum pada Aida dan menghampirinya. Rendra yang melihatnya tersenyum riang, seolah mengerti.Erland langsung membuka kaca mata hitam yang bertengger di hidung kan
Baca selengkapnya

Salah Paham

Aida masih terdiam dengan masihmenatap mata Erland. Cukup lama mereka saling pandang dengan jarak yang begitu dekat. Hingga suara tangis Rendra terdengar membuat keduanya tersadar. Aida langsung masuk ke dalam kamar baby boy itu dengan diikuti Erland.Sebenarnya Bik Wawa mau mengantar minum untuk Erland. Namun, ia urungkan saat melihat adegan itu. Ia juga mendengarkan ungkapan Erland pada Aida. Dan ia tersenyum mendengarnya. Bik Wawa hanya berharap Aida menemukan kebahagiaannya. Kasihan dengan nona mudanya yang selama ini selalu tersisihkan, bahkan sejak kecil kasih sayang orang tuanya selalu diambil oleh Aruna seorang. Aruna sama sekali tidak mau berbagi pada sang adik, baik itu kadih sayang orang tuanya, mainan, makanan maupun pakaian. Namun, Aida kecil selalu mengalah pada sang kakak. Ia juga tidak pernah dendam pada sang kakak. "Sayang ... kok sudah bangun? Sini ikut bunda, ya."Erland melihat Aida mencari sesuatu. W
Baca selengkapnya

Rencana Pertunangan

"Jangan pergi! Kamu salah paham! Aku akan jelaskan semuanya," tahan Erland sambil menahan tangan Aida yang akan membuka pintu taksi. Aida terkejut dengan kedatangan pria itu tiba-tiba."Maaf, aku terburu-buru. Permisi," jawabnya sambil menepis tangan Erland yang memegang tangannya. "Aku yang akan antar, kamu mau ke mana?" tanyanya sambil sedikit menarik tangan itu supaya tidak sampai masuk ke taksi itu."Maaf, aku bisa pergi sendiri, " tolaknya kekeh."Tidak ... kamu pasti marah padaku karena apa yang kamu lihat tadi. Yang kamu lihat tadi tidak benar aku akan menjelaskannya.""Aku tidak peduli. Itu bukan urusanku, aku juga tidak punya hak untuk marah. Permisi," ujarnya sambil meninggalkan Erland menuju taksi."Pak silakan pergi! Maaf, tidak jadi naik. Ini uang ganti ruginya karena sudah menunggu," ujar Erland sambil memberikan uang pada sopir taksi itu. Aida terlihat kesal dengan apa yang
Baca selengkapnya

Kembali Bekerja

Setelah memandikan baby Rendra dan mengganti pakaiannya. Aida segera membereskan barang-barangnya yang ada di kamar tamu rumah orang tua Erland. Semua sudah siap, barang-barang Rendra juga sudah di masukkan ke dalam koper.  "Sudah siap?" tanya Erland lembut sambil memasukkan koper-koper itu ke dalam bagasi mobil. Aida mengangguk sambil tersenyum. Erland mencium sang putra yang berada di gendongan Bik Wawa. Setelah pamit pada Arumi dan Bagas, Aida masuk ke dalam mobil itu.  Erland melajukan mobilnya menuju rumahnya. Saat ini mobil itu sudah masuk ke dalam halaman rumah yang luas itu. Anton menyambut mereka. Ada perasaan canggung di hati Aida. Mengingat pertemuan pertamanya dengan Erland dulu di depan gerbang rumah itu.  Erland dan Anton sibuk dengan koper-koper yang ada di bagasi
Baca selengkapnya

Pertunangan

Aida menjalankan aktivitasnya seperti biasanya. Sudah 4 hari dirinya bergabung di rumah sakit pusat. Pasien yang dirinya tangani semakin bertambah. Mereka banyak yang meminta ditangani dokter cantik dan baik hati itu secara langsung. Mayoritas mereka adalah lansia, meskipun ada beberapa pasien paruh baya dan muda seumurannya.  Waktunya untuk Rendra pun terpaksa harus berkurang. Niatnya makan siang di rumah sambil melihat sang putra tidak pernah bisa ia lakukan. Beruntung Bik Wawa tidak sendirian. Arumi selalu ke sana setelah mengunjungi butiknya.  Wanita itu sangat menyayangi cucunya. Ia selalu meluangkan waktunya untuk sang cucu. Mengajaknya bermain, bahkan Arumi tidak pernah mengeluh capek bila menemani Rendra berjalan di taman rumah Erland. Saat ini Erland ikut ke sana bersama Arumi, kebetulan in hari Sabtu, kantornya memang libur Sabtu minggu. Kecuali ada meeting di hari Sabtu baru ia berang
Baca selengkapnya

Niat Buruk Berujung Tulah

Aida terkejut sekaligus bahagia  melihat kedatangan  sang kakak.Ia tidak menyangka sang kakak datang di acara pertunangannya bersama Rafa, sang suami. Sesuai keinginan Aida, ia tidak mau acara ini diliput dan menjadi viral seperti kemarin. Ia tidak mau sang kakak semakin membencinya hanya karena beritanya viral dan membuat Aida terekspose. Terlihat jelas di wajah Aruna yang tidak suka melihat mewahnya acara pertunangan sang adik meskipun hanya diadakan di rumah. "Selamat atas pertunangan kalian," ucap Rafa sambil menjabat tangan E5land. Sedangkan Aida menangkupkan tangannya di dada."Terima kasih karena sudah mau datang.""Tentu aku akan datang karena aku pingin lihat bagaimana prosesi pertunangan kalian ini. Aku pikir diadakan di hotel sama seperti saat aku bertunangan dulu dengan Mas Rafa. Ternyata hanya di rumah dan tidak begitu meriah. Apa uangmu sudah habis, Er. Atau apa kamu sudah bangkrut sehingga tidak mampu m
Baca selengkapnya

Karma

***Aida tersenyum melihat interaksi Erland dengan Rendra. "Kak, terima kasih," ucapnya."Untuk ...?""Semua yang Kakak lakukan padaku dan Rendra.""Itu adalah bentuk tanggung jawabku padamu dan Rendra jadi itu sudah seharusnya aku lakukan," ungkapnya. "Aku akan melakukan apa pun untuk kalian berdua orang yang penting dalam hidupku.  Orang yang yang aku cintai," ungkapnya lagi. "Terima kasih," lirihnya sambil tersenyum. Erland mengangguk sambil tersenyum tulus.Setelah makan mereka kembali ke rumah sakit.Aruna sudah bangun dan terlihat berbincang dengan Arumi dan Bagas. Aida dan Erland mendekat ke arah mereka. Aida melihat Aruna sudah sedikit tenang. Ia sangat bahagia melihatnya. "Kak," sapanya.Aruna mencoba menerbitkan senyumnya. Ia malu pada Erland juga Aida. Kesalahannya pada A
Baca selengkapnya

Penyesalan Aruna

***   Aida tersenyum melihat interaksi Erland dengan Rendra.  "Kak, terima kasih," ucapnya.  "Untuk ...?"  "Semua yang Kakak lakukan padaku dan Rendra."  "Itu adalah bentuk tanggung jawabku padamu dan Rendra jadi itu sudah seharusnya aku lakukan," ungkapnya. "Aku akan melakukan apa pun untuk kalian berdua orang yang penting dalam hidupku. Orang yang yang aku cintai," ungkapnya lagi.  "Terima kasih," lirihnya sambil tersenyum. Erland mengangguk sambil tersenyum tulus.  Setelah makan mereka kembali ke rumah sakit. Aruna sudah bangun dan terlihat berbincang dengan Arumi dan Bagas. Aida dan Erland mendekat ke arah mereka. Aida melihat Aruna sudah sedikit tenang. Ia sangat bahagia melihatnya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status