***
Aida tersenyum melihat interaksi Erland dengan Rendra.
"Kak, terima kasih," ucapnya.
"Untuk ...?"
"Semua yang Kakak lakukan padaku dan Rendra."
"Itu adalah bentuk tanggung jawabku padamu dan Rendra jadi itu sudah seharusnya aku lakukan," ungkapnya.
"Aku akan melakukan apa pun untuk kalian berdua orang yang penting dalam hidupku. Orang yang yang aku cintai," ungkapnya lagi.
"Terima kasih," lirihnya sambil tersenyum. Erland mengangguk sambil tersenyum tulus.
Setelah makan mereka kembali ke rumah sakit.
Aruna sudah bangun dan terlihat berbincang dengan Arumi dan Bagas. Aida dan Erland mendekat ke arah mereka. Aida melihat Aruna sudah sedikit tenang. Ia sangat bahagia melihatnya.
Aida meminta Erland supaya segera mengantarnya pulang setelah selesai makan. Ia sudah tidak sabar untuk melihat Rendra, karena seharian dirinya harus meninggalkan sang putra."Kamu tenang ya, kita akan pulang kok.""Kak. Maaf sebelumnya aku selalu merepotkan Kakak. Makasih sudah mau mengantarku bolak-balik ke Bandung untuk menemani Kak Aruna. Meskipun aku tahu Kak Erland belum bisa memaafkan kesalahan Kakakku sepenuhnya, tapi Kakak tetap berusaha menahan kemarahan dan ketidaksukaan Kakak padanya.""Aku melakukan untukmu, hanya untukmu. Kalau kamu senang aku juga ikut senang dan sebaliknya kalau kamu sedih aku juga ikut sedih." Tulus Erland mengatakan itu. Aida tersenyum melihatnya.Dua jam lebih berkendara dari arah Bandung ke Jakarta. Kebetulan kafe milik Fino terletak diantara jalan Bandung ke Jakarta. Kafe itu cabang ketiga yang dimiliki Fino. Dan pada hari tertentu Fino berada di sana, kebetulan Erland mengingat jadwal sahabatnya itu jadi dirinya tadi sengaja mengajak Aida makan d
***"Syarat ... syarat apa, Pak? Kalau pihak saya bisa mewujudkan syarat itu mengapa tidak?""Mohon maaf, Pak Erland. Syarat ini bersifat pribadi menyangkut Anda.""Maksud Anda? Mohon maaf saya belum mengerti!""Saya menginginkan Anda sebagai menantu di keluarga saya, saya ingin Anda menikahi keponakan saya, Erina," ungkapnya.Deg ... Erland tercenung. Ia tidak bisa berucap apa-apa lagi, begitu juga Anton. Proyek ini sangat penting baginya, tapi untuk menikahi Erina. Apakah dirinya bisa? Sedangkan ada Aida Dan Rendra yang tak kalah penting dalam hidupnya. Benar-benar pilihan yang sulit."Mohon maaf, saya belum bisa menjawabnya sekarang untuk syarat yang Bapak ajukan, saya meminta waktu untuk mempertimbangkannya," jawabnya sopan, tapi tidak dengan hatinya. Bahkan sejak tadi tangannya sudah mengepal. Ia sangat paham kalau ini hanya permainan Erina yang menginginkannya. Dirinya tidak boleh terlihat lemah."Baiklah, saya akan memberi waktu pada Pak Erland satu minggu. Karena ini proyek b
Satu minggu berlalu. Aruna sudah mulai membaik, tapi Rafa masih belum sadarkan diri pasca operasi dan dinyatakan koma. Entah sampai kapan pria itu tergolek lemah di atas brankar dengan berbagai alat medis yang menancap di sana. Aruna meminta Aida dan Erland untuk memindahkan Rafa ke rumah sakit pusat di Jakarta, sehingga dirinya selain menjaga Rafa juga bisa mengurus perusahaannya. Aruna juga bisa meminta bantuan adik Rafa, Rafika yang saat ini sedang hamil untuk menjaga Rafa di pagi hari saat dirinya bekerja."Terima kasih, Er. Kamu sudah banyak membantuku dan Mas Rafa. Aku sudah banyak menyusahkan kalian, sekali lagi terima kasih, saya tidak tahu bagaimana caraku untuk membalas kebaikan kalian," ucap Aruna pada Erland dan Aida."Cukup jangan pernah sakiti Aida lagi. Kalau sampai Aida tersakiti gara-gara kamu, aku tidak akan memaafkanmu dan tidak akan membuat hidupmu tenang," ucapnya penuh dengan penekanan. "Iya aku mengerti dan aku tahu sekali kamu sulit mempercayaiku, tapi perlu
"Terima kasih, Om. Aku enggak tau harus bagaimana kalau Om enggak segera datang," ucapnya."Dasar, kamu aja yang terlalu gegabah, manusia licik itu akan lebih mudah memprovokasi kamu kalau kamu tidak tenang," ucap David."Kayaknya kita harus lebih hati-hati deh, Er! Aku rasa ancaman mereka tidak main-main. Kamu harus berhati-hati!" ucap Anton. "Iya, apa yang dikatakan Anton benar, kamu harus berhati-hati. Selalu waspada. Kalau bisa suruh anak buah kamu untuk menjaga dari jauh, Om enggak mau terjadi sesuatu padamu," ujar David mengamini apa yang dikatakan Anton."Aku rasa bukan kamu saja targetnya. Aku takut kalau target mereka Aida atau putramu Rendra, Er," ujar Anton. Memang alibi Anton tidak pernah salah. Anton selalu mempertimbangkan apa yang akan dirinya lakukan, sikap teliti, tegas dan cekatan inilah yang sangat disukai Bagas dan Erland. "Aku rasa apa yang dikatakan Anton perlu kamu pertimbangkan, Er. Kamu suruh anak buahmu untuk menjaga calon istri dan anakmu, tidak perlu ter
Rumah Erland sudah ramai oleh tetangga. Mereka melihat kondisi Bik Wawa yang terluka sedikit parah. Datang yang ada di kepalanya sudah di bersihkan. Namun, tetap saja perlu penanganan dari rumah sakit karena luka itu robek sedikit dalam dan harus di jahit. Wanita tua itu mencoba menahan sakitnya, padahal tadi sudah hampir pingsan. Beberapa tetangga sudah membujuk wanita itu supaya mau dibawa ke rumah sakit. Namun, wanita itu tetap kekeh tidak mau ke rumah sakit sebelum Erland datang.Pak RT masih berusaha menelepon Erland. Bahkan dua anak buah Erland tadi memutuskan untuk mengecek CCTV yang mereka pasang di sejumlah titik sekitar rumah Erland setelah menghubungi Erland. Namun, tidak dijawab.Setelah melihat hasil CCTV dan melihat jelas nomor pelat mobil penculik mereka langsung menghubungi anak buah mereka yang tersebar di segala penjuru dan menyebarkan pelat nomor mobil penculik pada mereka. Mereka tahu setelah ini Erland pasti akan marah besar pada mereka karena sudah lalai.Hingga
Aida berhasil mendorong lagi tubuh Erik sekuat tenaga. Aida menggedor kembali pintu itu. Namun, percuma saja. Erik menarik kasar tubuh itu dan membawanya ke ranjang lagi, menyobek gamis Aida dengan kasar, tanpa menghiraukan teriakan Aida yang menyayat. Hingga--Braaak ... pintu itu terbuka karena tendangan keras dari dua orang laki-laki.Erik terkesiap dengan kedatangan tamu tak diundang menurutnya. "Cih, tamu tak diundang. Bisa-bisanya kalian berdua menggangguku bersenang-senang," ucapnya tenang tanpa rasa bersalah. Aida yang masih ketakutan menutup tubuhnya dengan sobekan gamis yang masih bisa dirinya pakai."Brengsek ... beraninya kamu menyentuh milikku," Erland melayangkan tinju pada Erik hingga laki-laki itu tersungkur ke lantai.Erik mengelap darah yang ada di sudut bibir sambil tersenyum menyeringai. "Sayang sekali aku sudah merasakan tubuh itu," ucapnya, jelas saja yang dikatakan itu bohong. Erland melihat wajah Aida yang ketakutan dengan darah di pelipis. Aida menggeleng su
"Apa maumu? Berani kamu menyakiti putraku. Seumur hidupmu kupastikan kamu akan menderita!" ancam Erland."Wih, aku jadi takut ...," ucap Edwin sambil tertawa mengejek."Aku mau kamu tetap menandatangani surat itu. Kami akan membebaskan bayi ini, tapi kamu harus menikahi Erina dan tinggalkan wanita itu.""Kamu begitu terobsesi padaku, Nona Erina. Bukankah dulu kamu yang mengkhianatiku, dengan berselingkuh dariku?""Itu karena aku belum sadar, bahwa aku sangat mencintaimu, Erland. Aku enggak mau menikah selain denganmu. Aku enggak rela kamu menikahi wanita lain," ucap Aruna penuh harap."Cih, kamu pikir aku mau menikahi wanita berhati iblis sepertimu? Tidak akan dan jangan mimpi!""Baiklah kalau kamu mau melihat bayi tak berdosa ini mati di hadapanmu." Erina mengambil alih pistol dari tangan Edwin dan mengarahkan ke kening Rendra. Bayi yang tak mengerti apa-apa itu sejak tadi menangis, meraung."Berani kau lukai putraku. Aku tidak akan mengampunimu sekali pun kamu wanita," ucapnya te
***Hampir satu jam semua keluarga menunggu, dokter yang menangani Erland keluar dan menyatakan operasi pengangkatan peluru berhasil. Beruntung peluru tidak menembus organ vital tubuh Erland. Mendengar hal itu keluarga Erland tak hentinya bersyukur."Pasien akan sadar beberapa menit lagi." Setelah mengatakan itu, dokter itu berlalu meninggalkan keluarga Erland.Setelah dokter yang menangani Erland pergi, dokter yang menangani Erina keluar, dengan raut penuh penyesalan menyatakan nyawa wanita itu tak terselamatkan.Aida sedih mendengar hal itu, meskipun ia belum pernah kenal dengan Erina. Namun, wanita itu sudah menyelamatkan nyawa Erland. Kalau saja Erina tidak menghalangi sang Om, pasti peluru itu tembus dua kali mengenai Erland."Innalillahi wanna ilaihi roji'un.""Tolong urus jenazahnya dengan baik, Dok. Saya akan menanggung semua biayanya," ucap Bagas tulus. Ia sudah tahu dari Samuel, Erina tertembak karena menyelamatkan putranya. Meskipun ia tahu semua ini tidak luput dari kesala