***Hampir satu jam semua keluarga menunggu, dokter yang menangani Erland keluar dan menyatakan operasi pengangkatan peluru berhasil. Beruntung peluru tidak menembus organ vital tubuh Erland. Mendengar hal itu keluarga Erland tak hentinya bersyukur."Pasien akan sadar beberapa menit lagi." Setelah mengatakan itu, dokter itu berlalu meninggalkan keluarga Erland.Setelah dokter yang menangani Erland pergi, dokter yang menangani Erina keluar, dengan raut penuh penyesalan menyatakan nyawa wanita itu tak terselamatkan.Aida sedih mendengar hal itu, meskipun ia belum pernah kenal dengan Erina. Namun, wanita itu sudah menyelamatkan nyawa Erland. Kalau saja Erina tidak menghalangi sang Om, pasti peluru itu tembus dua kali mengenai Erland."Innalillahi wanna ilaihi roji'un.""Tolong urus jenazahnya dengan baik, Dok. Saya akan menanggung semua biayanya," ucap Bagas tulus. Ia sudah tahu dari Samuel, Erina tertembak karena menyelamatkan putranya. Meskipun ia tahu semua ini tidak luput dari kesala
Aida langsung berdiri meninggalkan Erland dan Anton. Erland langsung mengejar Aida."Kamu ngomong apa?" tanya Erland sambil menarik lembut tangan Aida."Lepaskan aku, Kak. Aku capek ... Aku capek dengan semua ini. Tolong lepaskan!""Tidak akan ... kamu meragukan cintaku iya 'kan?""Aku hanya mengatakan sesuatu kenyataan. Aku enggak mau Kakak mengatakan hal manis lagi padaku yang hanya karena terpaksa. Karena wanita akan terbuai bila diperlakukan seperti itu. Namun, kenyataannya Kakak tidak mencintaiku. Aku hanya tidak ingin terluka. Maka dari itu lebih baik bersikaplah biasa, sehingga aku juga bisa bersikap biasa," ucapnya penuh penekanan. Tidak ada lagi air mata."Setelah semua yang aku lakukan padamu kamu meragukan cintaku padamu? Tega kamu!"Aida tersenyum tipis. "Aku tahu, maka dari itu saya ucapkan berulang kali terima kasih. Tanyakan pada hati Kakak, apa Kakak melakukan karena cinta atau hanya merasa kasihan? Itu hanya beda tipis. Dan aku tahu kenyataan itu. Kenyataan bahwa a
Erland baru saja datang dari kantor. Ia melihat sang Om sedang mengobrol dengan kedua orang tuanya. Diihat dari wajah mereka bertiga yang serius, dirinya bisa menebak kalau yang Mereka obrolkan hal yang tidak main- main. "Sedang ngomingin apa, Ma, Pa, Om? Serius amat!""Lagi ngomongin Edwin, Omnya Erina. Kejiwaannya terganggu dan dinyatakan gila oleh pihak penyelidik. Bahkan saat ini sudah dimasukkan ke rumah sakit gila dengan tetap di pantau oleh kepolisian," ungkap David."Yang lebih membuat kami tercengang adalah pengakuannya saat diinterogasi yang mengatakan bahwa Erina adalah anak kandungnya. Hasil hubungan gelap dirinya dengan Mama Erina yang menjadi kakak iparnya. Bahkan alasan kedua orang tua Erina bercerai adalah terbongkarnya perselingkuhan antara Mamanya dan Edwin. Karena merasa bersalah Edwin bersedia menjaga dan membesarkan Erina. Ia pun sangat menyayanginya," ucap David lagi."Astaghfirullahal Adziim ... pasti Edwin sangat menyesal sehingga kejiwaannya terganggu karena
Aida menemui Aruna yang sedang mengaji di samping Rafa yang sampai sekarang belum sadarkan diri dari komanya, padahal sudah hampir satu bulan. Aida sangat bahagia sang kakak benar -benar berubah bahkan Aruna meminta Aida untuk mengajarinya memakai hijab, tidak hanya itu Aruna bahkan menyuruh Aida mencarikan ustazah untuk membimbing menjadi lebih baik lagi. Aruna benar -benar ingin berhijrah. Setiap waktu senggang Aida selalu menyempatkan diri untuk mengajari sang kakak mengaji. Aruna saat ini sudah memakai hijab dengan pakaian kantor yang terlihat serasi dengan gaya hijabnya."Kak, Apa kata dokter Fahmi? Bagaimana keadaan Kak Rafa?""Masih tetap sama, Dek! Mohon doanya.""Pasti ... aku pasti mendoakan yang terbaik untuk Kakak dan Kak Rafa. Apa Kakak sudah makan siang?""Sudah, Dek. Tadi Rafika tidak bisa ke sini karena ada urusan, jadi habis meeting Kakak langsung ke sini. Kakak sudah selesai di kantor juga enggak ada jadwal lagi ketemu klien lagi, sehingga bisa nemenin Mas Rafa," u
setelah di make up Aida keluar. Aida sudah mengganti gamisnya dengan gaun cantik yang dibelikan Erland. Gaun berwarna gold yang terlihat elegan saat dipakai Aida.Erland sampai tidak bisa berkedip melihat kecantikan wanita itu."Ehm ...," suara Sang tante membuyarkan lamunannya. Membuat Erland salah tingkah, begitu juga Aida."Jangan dilihat terus, cepet nggih segera lakukan pemotretan, kasihan krunya sudah nungguin. Kalau nunggu kamu mengagumi kecantikan Aida tidak akan ada habisnya sampai kapan pun, dasar keponakan bucin," ujar David sambil menepuk bahu Erland."Apaan sih, Om?" Muka Erland sudah memerah menahan malu. Bik Wawa yang sejak tadi duduk di samping Dania yang duduk memangku Rendra ikut tersenyum."Sudah siap?" tanya Erland. Aida masih menunduk malu."Si-siap, Kak.""Kamu grogi? Ini belum ijab qobul. Kamu udah grogi gini," goda Erland pada Aida. Ia berusaha memecahkan kecanggungan ini. Aida benar-benar cantik sungguh Erland tidak sabar pingin cepat ngalalin wanita itu.A
Hari yang ditunggu-tunggu Aida dan Erland pun tiba. Hari H pernikahan mereka berdua. Aruna sejak subuh tadi sudah mondar-mandir untuk mengurus keperluan sang adik. Bahkan Aruna sendirilah yang memake up Aida, keahliannya dalam memake up ia dapatkan setelah mengikuti kursus dua tahun yang lalu karena dirinya ingin membuka salon kecantikan.Memakai kebaya putih dengan hijab senada dengan kebayanya. Aida tampil cantik, kecantikan itu semakin terpancar di wajah cantiknya. Aruna menambahkan aksesoris di kepala sang adik yang membuat Aida semakin cantik dan elegan.Pukul tujuh Rafa dan Aruna membawa Aida ke tempat ijab qobul. Erland memilih masjid besar milik keluarganya yang ada di samping hotel keluarga Erland untuk mengucap ikrar suci itu.Kedatangan Aida di sambut Bagas, Arumi dan Dania dengan senyum yang mengembang di wajah mereka. Bahkan Bik Wawa pun sudah ada di sana, pukul 6 pagi tadi Bik Wawa dan Rendra sudah dijemput sopir pribadi keluarga Erland. Saat ini Rendra digendong Arumi.
Sebuah pertemuan adalah hasil dari penantian panjangku yang Allah gariskan dalam takdirku.(Byan Bagas Anggara- Dicintai Kakak Ipar 2)***Saat ini Byan berada di Bandung. Dokter tampan itu mengikuti seminar selama tiga hari di rumah sakit cabang milik keluarganya. Saat jam makan siang tiba Byan keluar dari ruangan tempat diselenggarakan seminar dan berniat makan siang di restoran yang tidak jauh dari tempat acara. Restoran favoritnya saat ke Bandung bersama Erland dan Aida. Saat berjalan keluar ruangan ada pesan masuk dari ponselnya yang berada di saku celana. Ia hampir mengambil ponsel itu. Tiba-tiba_Brugh!Byan tidak sengaja ditabrak gadis yang berlari dari koridor rumah sakit. Gadis itu hampir jatuh ke lantai, beruntung dengan sigap Byan menahan tubuh gadis itu.Byan melihat mata gadis itu merah karena habis menangis. Gadis itu langsung gelagapan dan langsung membetulkan posisinya."Ma-maaf sudah menabrak Anda, te-terima kasih sudah menolong saya," ucapnya lirih, suaranya serak
Cinta mengajari kita untuk menjadi apa yang kita alami. Melakukan apa yang kita sukai dan menemukan cara untuk memahaminya.(Byan Bagas Anggara- Dicintai Kakak Ipar 2)***Saat ini Byan dan Aisyah sudah berada di depan petugas administrasi rumah sakit.“Ada yang perlu saya bantu, Dok?” tanya petugas administrasi itu dengan sedikit centil. Siapa yang tidak mengenal Byan, semua dokter, perawat, dan petugas rumah sakit meskipun berada di cabang semua mengenalnya. Bahkan kehidupan pribadi dokter muda tampan itu pun mereka tahu. Tidak jarang dokter perempuan dan perawat berusaha menggait hati Byan. Namun, sayangnya mereka tidak ada yang berhasil. Hati Byan sepertinya sudah tertutup setelah cintanya pada Aida tak terbalas.“Berapa biaya operasi untuk pasien bernama_" Byan menjeda ucapannya. Ia melihat Aisyah yang berdiri tidak jauh di sampingnya.“Siapa nama ibumu?” tanya Byan pada gadis cantik yang sejak tadi hanya diam.“Wi-widya, Pak. Nama ibuku Widya,” jawabnya. Mendengar petugas admi
Satu minggu sudah Aida melahirkan anak keduanya. Hari ini juga Aida diizinkan untuk pulang. Sempat terjadi pendarahan sehingga tidak boleh langsung pulang dan harus dirawat.Kondisi Aida dan putrinya sudah semakin membaik. Seminggu ini Erland yang mengkhawatirkan keadaan Aida, terpaksa harus bekerja di rumah sakit. Setiap ada dokumen penting yang membutuhkan tanda tangannya, Anton pasti akan membawanya ke rumah sakit.Setelah membereskan barang-barang, Erland meminta perawat membantu mendorong kursi roda yang dinaiki Aida dan bayi mereka. Sedangkan Erland membawa barang-barangnya.Erland bergegas meletakkan barang-barang ke dalam bagasi mobil, lalu membukakan pintu mobil untuk Aida.Di kediaman Erland dan Aida. Arumi sudah menyiapkan syukuran kecil dengan mengundang beberapa tetangga dan tokoh agama di kompleks perumahan yang dihuni Aida dan Erland itu.Aluna dan Rafa pun ikut hadir. Mereka yang beberapa hari ini ikut menjaga Rendra, saat ini menemani bocah tampan itu bermain.Byan da
Hari ini mereka semua bersiap untuk pulang ke Jakarta. Aisyah sudah siap dengan dua koper yang berisi barang-barangnya dan Byan. Byan menyeret koper-koper itu ke bawah. Di sana sudah ada Erland dan yang lainnya menunggu.Setelah perjalanan yang memakan waktu sekitar dua jam lebih, mereka sampai. Di bandara sopir keluarga sudah menjemput mereka sesuai perintah Bagas dan Arumi. Byan dan Aisyah, Erland dan Aida tidak langsung pulang ke kediaman mereka. Mereka akan berkumpul di rumah kedua orang tua mereka terlebih dahulu.Mereka akan membuka oleh-oleh untuk diberikan pada Bagas dan Arumi juga para asisten rumah tangga yang sudah mereka siapkan.***Dua bulan kemudian .... Malam ini Aida gelisah, sudah pukul dua belas malam dirinya masih terjaga, perutnya terasa keram berulang kali. Ingin membangunkan Erland. Namun, dirinya merasa kasihan. Pukul tujuh malam sang suami baru datang karena ada meeting penting bersama klien yang berasal dari luar negeri. Sudah berulang kali dirinya bangun un
Keesokan harinya. Setelah sarapan, mereka melakukan aktivitasnya masing-masing. Aida yang perutnya sudah semakin besar hanya ingin ditemani Erland jalan-jalan ke pantai. Sedangkan Dinda dan Anton mereka mempunyai rencana sendiri, begitu pun Byan dan AisyahByan mengajak Aisyah masuk ke dalam butik setelah meletakkan semua belanjaannya di mobil. Ya, mereka kembali berburu oleh-oleh. Aisyah lupa belum membelikan teman-teman sesama guru oleh-oleh.Malam ini Byan akan mengajak Aisyah ke pesta peresmian dan pembukaan rumah sakit cabang Bali. Ia ingin Aisyah tampil berbeda. Aisyah sudah cantik, tinggal sediki polesan. Pasti akan membuatnya semakin cantik.Di butik, Aisyah diminta mencoba beberapa gaun untuk pesta nanti malam. Sedangkan Byan sibuk dengan ponselnya dan membaca email. Aisyah keluar dengan menggunakan gaun yang tadi ditunjuk Byan yang terakhir kali. Ia memperlihatkannya pada Byan dan meminta pendapat sang suami.“Sayang, wow ... Aku suka yang ini. Kita pilih gaun ini aja bagus
Pagi menjelang. Byan dan Aisyah sudah keluar resort setelah mengerjakan salat Subuh. Byan ingin mengajak Aisyah menikmati sunrise.Setelah itu, Byan mengajak Aisyah berjalan mengunjungi pura, puas mengabadikan momen dengan berswafoto di sana, Byan mengajak Aisyah ke kawasan persawahan. Melihat keindahan terasering di sana. Di kawasan sawah itu terdapat jalan setapak yang tersusun rapi yang digunakan sebagai jalan untuk menuju ke tengah sawah. Mereka berswafoto lagi mencari spot foto yang instagramable untuk diunduh di story mereka. Mereka menghabiskan waktu mereka dengan penuh kemesraan. Canda tawa dan suka cita. Aisyah sangat bahagia, Byan sudah mewujudkan mimpinya.Byan menyewa sepeda untuk mereka berdua. Byan membonceng Aisyah, dengan sedikit kikuk dirasakan Aisyah ketika Byan menyuruhnya duduk di depannya. Awalnya Byan kesusahan mengayuh sepeda itu karena sudah lama tidak mengayuh sepeda, tetapi lama-kelamaan Byan sudah terbiasa mengayuhnya.Mereka bersepeda mengitari area pers
Hari ini Byan dan Aisyah berkemas untuk bulan madu, mereka membawa peralatan yang mereka butuhkan, semua perlengkapan yang menunjang mereka di sana sudah dimasukkan ke dalam koper.“Sudah beres semua kah, Yang?” tanya Byan sambil memeluk Aisyah dari belakang yang sibuk meletakkan barang-barang mereka ke dalam koper.“Tinggal sedikit, habis itu sudah beres, tinggal kita berangkat,” ucapnya.Sepulang dari hotel yang ada di Bogor, Byan langsung membawa Aisyah pindah ke rumah yang memang disiapkan Byan untuk Aisyah. Rumah itu pun sudah ditempati pengajian menjelang akad nikah dengan mengundang ibu-ibu pengajian komunitas Arumi dan juga anak yatim di bawah asuhan Arumi dan Aida.“Sayang hari ini aku masih ada jadwal operasi. Aku bisa melakukannya cepat karena ini hanya operasi kecil. Waktu kita untuk pergi ke bandara masih lama,” ucap Byan bersiap.“Hm ... Kakak segera bersiap. Selesaikan tugasmu gabus itu cepat pulang supaya kita tidak telat.” Aisyah tersenyum turut membantu mengancingi k
***Pagi pun menyapa. Sejuknya udara pegunungan sangat terasa. Apalagi saat ini musim penghujan. Udara pagi semakin dingin, sedangkan mentari masih bersembunyi di balik peraduannya. Aisyah mengajak Byan berjalan pagi mengitari hotel setelah salat subuh. Jaket tebal milik Byan bertengger di tubuh wanita cantik itu. Sebelum sarapan, mereka ingin berkeliling mencari kuliner khas Jawa Barat yang dijual di pagi hari.Dengan memakai gamis soft pink dan hijab senada, Aisyah semakin terlihat cantik memesona. Sedangkan Byan menggunakan celana pendek selutut berwarna abu dan sweater tebal berwarna putih tampil nyantai tetap tak mengurangi ketampanannya. Mereka terlihat sangat serasi, membuat beberapa pasang mata melihat kagum ke arah pasangan itu. Byan menggandeng erat tangan Aisyah yang sedikit kedinginan padahal sudah memakai jaket milik Byan. "Sayang, pagi-pagi gini enak minum yang hangat-hangat, ya," ucap Kenzo saat sudah keluar jauh dari hotel. "Iya ... Eh lihat itu ada penjual ronde. P
Pagi pun tiba, Byan dan Aisyah diminta Arumi turun ke restoran mewah yang ada di hotel ini untuk sarapan bersama. Di sana sudah ada Bagas, Erland, Aida, Rendra, dan Anton juga calon istri Anton.Erland yang jahil berusaha menggoda pengantin baru itu. Pria tampan yang sudah akan menjadi ayah lagi itu sengaja memprovokasi sang kakak."Wangi banget, Bro, udah keramas berapa kali, nih?" ucap Erland menggoda sambil menaik turunkan alisnya memandang Byan. Aida yang merasa sungkan mencubit paha sang suami supaya tidak ngomong aneh-aneh."Apaan, sih, Er. May tau saja atau mau tau baget?" balas Byan melirik Aisyah yang langsung merona menahan malu."Widiih, udah nggak sabar aja, langsung belah duren, cus langsung sikat," goda Erland lagi sedikit vulgar. Erland memang berbeda dengan Byan yang masih sering canggung. Erland lebih terbuka dan ceplas-ceplos. "Bisa diem enggak?" cibir Byan malu bercampur kesal pada sepupu rasa saudara dan rasa sahabat itu.Aisyah sejak tadi hanya menunduk malu, mu
Ketika kamu mencintai seseorang, kamu tidak akan menyerah dalam hal apapun untuk memperjuangkannya. Karena cinta butuh perjuangan dan pengorbanan.(Byan- Aisyah ~ Dicintai Kakak Ipar season 2)***Tiga bulan berlalu. Saat ini Aisyah berada di Lembang. Di sana ia tinggal bersama sang nenek.Aisyah mengisi hari-harinya dengan mengajar santri Tahfiz di pesantren tempatnya dulu belajar menghafal Alquran dari kecil.Kini Aisyah lebih tenang dalam menjalani hidupnya. Setiap hari ia juga tidak berhenti menghubungi sang ibu.Meskipun kadang kala saat sendirian ia kembali memikirkan Byan. Ia ingin sekali tahu bagaimana keadaan laki-laki yang namanya masih bertahta di hatinya. Ya, Aisyah tidak bisa melupakan Byan meskipun ia berusaha. Berbeda dengan Lucky yang tidak sulit melupakan laki-laki itu, tapi tidak dengan Byan.***Byan bahagia setelah dua bulan ikut terapi. Ia sudah bisa berjalan. Setelah ia bisa berjalan dengan sedikit pincang, satu bulan berikutnya ia menjalani operasi untuk menorm
Kepercayaan bukanlah sesuatu hal yang dapat kita janjikan, tapi sesuatu hal yang harus kita buktikan agar mereka mendapatkannya.(Byan❤️ Aisyah – Dicintai Kakak Ipar 2)***Aisyah berusaha tenang. Ia ingin menjadi kekuatan untuk Byan, supaya laki-laki yang ada di depannya ini tidak semakin terpuruk.“Aku di sini. Insyaallah akan menemani Mas Byan sampai sembuh. A-aku tidak akan meninggalkanmu, Mas,” ucapnya mantap. Arumi dan Bagas melihat ketulusan dari gadis itu.“Kamu tidak akan pergi ‘kan, Sya? Ka-kamu tidak akan membatalkan pernikahan kita ‘kan?” tanya Byan penuh harap.Aisyah diam tidak menjawab. Ia masih dilema untuk membahas pernikahan saat ini, ia memang memutuskan untuk menemani Byan, karena ia merasa ikut andil dalam kecelakaan ini. Kalau saja Byan tidak mencarinya ke Bandung, Byan tidak akan kecelakaan.“Sya, kamu masih ada di sini ‘kan?” tanya Byan lagi.“Ya, aku ada di sini. Jangan pikirkan apa-apa lagi, pikirkan kesembuhanmu saja,” ujar Aisyah.Arumi dan Bagas memahami s