***"Syarat ... syarat apa, Pak? Kalau pihak saya bisa mewujudkan syarat itu mengapa tidak?""Mohon maaf, Pak Erland. Syarat ini bersifat pribadi menyangkut Anda.""Maksud Anda? Mohon maaf saya belum mengerti!""Saya menginginkan Anda sebagai menantu di keluarga saya, saya ingin Anda menikahi keponakan saya, Erina," ungkapnya.Deg ... Erland tercenung. Ia tidak bisa berucap apa-apa lagi, begitu juga Anton. Proyek ini sangat penting baginya, tapi untuk menikahi Erina. Apakah dirinya bisa? Sedangkan ada Aida Dan Rendra yang tak kalah penting dalam hidupnya. Benar-benar pilihan yang sulit."Mohon maaf, saya belum bisa menjawabnya sekarang untuk syarat yang Bapak ajukan, saya meminta waktu untuk mempertimbangkannya," jawabnya sopan, tapi tidak dengan hatinya. Bahkan sejak tadi tangannya sudah mengepal. Ia sangat paham kalau ini hanya permainan Erina yang menginginkannya. Dirinya tidak boleh terlihat lemah."Baiklah, saya akan memberi waktu pada Pak Erland satu minggu. Karena ini proyek b
Satu minggu berlalu. Aruna sudah mulai membaik, tapi Rafa masih belum sadarkan diri pasca operasi dan dinyatakan koma. Entah sampai kapan pria itu tergolek lemah di atas brankar dengan berbagai alat medis yang menancap di sana. Aruna meminta Aida dan Erland untuk memindahkan Rafa ke rumah sakit pusat di Jakarta, sehingga dirinya selain menjaga Rafa juga bisa mengurus perusahaannya. Aruna juga bisa meminta bantuan adik Rafa, Rafika yang saat ini sedang hamil untuk menjaga Rafa di pagi hari saat dirinya bekerja."Terima kasih, Er. Kamu sudah banyak membantuku dan Mas Rafa. Aku sudah banyak menyusahkan kalian, sekali lagi terima kasih, saya tidak tahu bagaimana caraku untuk membalas kebaikan kalian," ucap Aruna pada Erland dan Aida."Cukup jangan pernah sakiti Aida lagi. Kalau sampai Aida tersakiti gara-gara kamu, aku tidak akan memaafkanmu dan tidak akan membuat hidupmu tenang," ucapnya penuh dengan penekanan. "Iya aku mengerti dan aku tahu sekali kamu sulit mempercayaiku, tapi perlu
"Terima kasih, Om. Aku enggak tau harus bagaimana kalau Om enggak segera datang," ucapnya."Dasar, kamu aja yang terlalu gegabah, manusia licik itu akan lebih mudah memprovokasi kamu kalau kamu tidak tenang," ucap David."Kayaknya kita harus lebih hati-hati deh, Er! Aku rasa ancaman mereka tidak main-main. Kamu harus berhati-hati!" ucap Anton. "Iya, apa yang dikatakan Anton benar, kamu harus berhati-hati. Selalu waspada. Kalau bisa suruh anak buah kamu untuk menjaga dari jauh, Om enggak mau terjadi sesuatu padamu," ujar David mengamini apa yang dikatakan Anton."Aku rasa bukan kamu saja targetnya. Aku takut kalau target mereka Aida atau putramu Rendra, Er," ujar Anton. Memang alibi Anton tidak pernah salah. Anton selalu mempertimbangkan apa yang akan dirinya lakukan, sikap teliti, tegas dan cekatan inilah yang sangat disukai Bagas dan Erland. "Aku rasa apa yang dikatakan Anton perlu kamu pertimbangkan, Er. Kamu suruh anak buahmu untuk menjaga calon istri dan anakmu, tidak perlu ter
Rumah Erland sudah ramai oleh tetangga. Mereka melihat kondisi Bik Wawa yang terluka sedikit parah. Datang yang ada di kepalanya sudah di bersihkan. Namun, tetap saja perlu penanganan dari rumah sakit karena luka itu robek sedikit dalam dan harus di jahit. Wanita tua itu mencoba menahan sakitnya, padahal tadi sudah hampir pingsan. Beberapa tetangga sudah membujuk wanita itu supaya mau dibawa ke rumah sakit. Namun, wanita itu tetap kekeh tidak mau ke rumah sakit sebelum Erland datang.Pak RT masih berusaha menelepon Erland. Bahkan dua anak buah Erland tadi memutuskan untuk mengecek CCTV yang mereka pasang di sejumlah titik sekitar rumah Erland setelah menghubungi Erland. Namun, tidak dijawab.Setelah melihat hasil CCTV dan melihat jelas nomor pelat mobil penculik mereka langsung menghubungi anak buah mereka yang tersebar di segala penjuru dan menyebarkan pelat nomor mobil penculik pada mereka. Mereka tahu setelah ini Erland pasti akan marah besar pada mereka karena sudah lalai.Hingga
Aida berhasil mendorong lagi tubuh Erik sekuat tenaga. Aida menggedor kembali pintu itu. Namun, percuma saja. Erik menarik kasar tubuh itu dan membawanya ke ranjang lagi, menyobek gamis Aida dengan kasar, tanpa menghiraukan teriakan Aida yang menyayat. Hingga--Braaak ... pintu itu terbuka karena tendangan keras dari dua orang laki-laki.Erik terkesiap dengan kedatangan tamu tak diundang menurutnya. "Cih, tamu tak diundang. Bisa-bisanya kalian berdua menggangguku bersenang-senang," ucapnya tenang tanpa rasa bersalah. Aida yang masih ketakutan menutup tubuhnya dengan sobekan gamis yang masih bisa dirinya pakai."Brengsek ... beraninya kamu menyentuh milikku," Erland melayangkan tinju pada Erik hingga laki-laki itu tersungkur ke lantai.Erik mengelap darah yang ada di sudut bibir sambil tersenyum menyeringai. "Sayang sekali aku sudah merasakan tubuh itu," ucapnya, jelas saja yang dikatakan itu bohong. Erland melihat wajah Aida yang ketakutan dengan darah di pelipis. Aida menggeleng su
"Apa maumu? Berani kamu menyakiti putraku. Seumur hidupmu kupastikan kamu akan menderita!" ancam Erland."Wih, aku jadi takut ...," ucap Edwin sambil tertawa mengejek."Aku mau kamu tetap menandatangani surat itu. Kami akan membebaskan bayi ini, tapi kamu harus menikahi Erina dan tinggalkan wanita itu.""Kamu begitu terobsesi padaku, Nona Erina. Bukankah dulu kamu yang mengkhianatiku, dengan berselingkuh dariku?""Itu karena aku belum sadar, bahwa aku sangat mencintaimu, Erland. Aku enggak mau menikah selain denganmu. Aku enggak rela kamu menikahi wanita lain," ucap Aruna penuh harap."Cih, kamu pikir aku mau menikahi wanita berhati iblis sepertimu? Tidak akan dan jangan mimpi!""Baiklah kalau kamu mau melihat bayi tak berdosa ini mati di hadapanmu." Erina mengambil alih pistol dari tangan Edwin dan mengarahkan ke kening Rendra. Bayi yang tak mengerti apa-apa itu sejak tadi menangis, meraung."Berani kau lukai putraku. Aku tidak akan mengampunimu sekali pun kamu wanita," ucapnya te
***Hampir satu jam semua keluarga menunggu, dokter yang menangani Erland keluar dan menyatakan operasi pengangkatan peluru berhasil. Beruntung peluru tidak menembus organ vital tubuh Erland. Mendengar hal itu keluarga Erland tak hentinya bersyukur."Pasien akan sadar beberapa menit lagi." Setelah mengatakan itu, dokter itu berlalu meninggalkan keluarga Erland.Setelah dokter yang menangani Erland pergi, dokter yang menangani Erina keluar, dengan raut penuh penyesalan menyatakan nyawa wanita itu tak terselamatkan.Aida sedih mendengar hal itu, meskipun ia belum pernah kenal dengan Erina. Namun, wanita itu sudah menyelamatkan nyawa Erland. Kalau saja Erina tidak menghalangi sang Om, pasti peluru itu tembus dua kali mengenai Erland."Innalillahi wanna ilaihi roji'un.""Tolong urus jenazahnya dengan baik, Dok. Saya akan menanggung semua biayanya," ucap Bagas tulus. Ia sudah tahu dari Samuel, Erina tertembak karena menyelamatkan putranya. Meskipun ia tahu semua ini tidak luput dari kesala
Aida langsung berdiri meninggalkan Erland dan Anton. Erland langsung mengejar Aida."Kamu ngomong apa?" tanya Erland sambil menarik lembut tangan Aida."Lepaskan aku, Kak. Aku capek ... Aku capek dengan semua ini. Tolong lepaskan!""Tidak akan ... kamu meragukan cintaku iya 'kan?""Aku hanya mengatakan sesuatu kenyataan. Aku enggak mau Kakak mengatakan hal manis lagi padaku yang hanya karena terpaksa. Karena wanita akan terbuai bila diperlakukan seperti itu. Namun, kenyataannya Kakak tidak mencintaiku. Aku hanya tidak ingin terluka. Maka dari itu lebih baik bersikaplah biasa, sehingga aku juga bisa bersikap biasa," ucapnya penuh penekanan. Tidak ada lagi air mata."Setelah semua yang aku lakukan padamu kamu meragukan cintaku padamu? Tega kamu!"Aida tersenyum tipis. "Aku tahu, maka dari itu saya ucapkan berulang kali terima kasih. Tanyakan pada hati Kakak, apa Kakak melakukan karena cinta atau hanya merasa kasihan? Itu hanya beda tipis. Dan aku tahu kenyataan itu. Kenyataan bahwa a
Satu minggu sudah Aida melahirkan anak keduanya. Hari ini juga Aida diizinkan untuk pulang. Sempat terjadi pendarahan sehingga tidak boleh langsung pulang dan harus dirawat.Kondisi Aida dan putrinya sudah semakin membaik. Seminggu ini Erland yang mengkhawatirkan keadaan Aida, terpaksa harus bekerja di rumah sakit. Setiap ada dokumen penting yang membutuhkan tanda tangannya, Anton pasti akan membawanya ke rumah sakit.Setelah membereskan barang-barang, Erland meminta perawat membantu mendorong kursi roda yang dinaiki Aida dan bayi mereka. Sedangkan Erland membawa barang-barangnya.Erland bergegas meletakkan barang-barang ke dalam bagasi mobil, lalu membukakan pintu mobil untuk Aida.Di kediaman Erland dan Aida. Arumi sudah menyiapkan syukuran kecil dengan mengundang beberapa tetangga dan tokoh agama di kompleks perumahan yang dihuni Aida dan Erland itu.Aluna dan Rafa pun ikut hadir. Mereka yang beberapa hari ini ikut menjaga Rendra, saat ini menemani bocah tampan itu bermain.Byan da
Hari ini mereka semua bersiap untuk pulang ke Jakarta. Aisyah sudah siap dengan dua koper yang berisi barang-barangnya dan Byan. Byan menyeret koper-koper itu ke bawah. Di sana sudah ada Erland dan yang lainnya menunggu.Setelah perjalanan yang memakan waktu sekitar dua jam lebih, mereka sampai. Di bandara sopir keluarga sudah menjemput mereka sesuai perintah Bagas dan Arumi. Byan dan Aisyah, Erland dan Aida tidak langsung pulang ke kediaman mereka. Mereka akan berkumpul di rumah kedua orang tua mereka terlebih dahulu.Mereka akan membuka oleh-oleh untuk diberikan pada Bagas dan Arumi juga para asisten rumah tangga yang sudah mereka siapkan.***Dua bulan kemudian .... Malam ini Aida gelisah, sudah pukul dua belas malam dirinya masih terjaga, perutnya terasa keram berulang kali. Ingin membangunkan Erland. Namun, dirinya merasa kasihan. Pukul tujuh malam sang suami baru datang karena ada meeting penting bersama klien yang berasal dari luar negeri. Sudah berulang kali dirinya bangun un
Keesokan harinya. Setelah sarapan, mereka melakukan aktivitasnya masing-masing. Aida yang perutnya sudah semakin besar hanya ingin ditemani Erland jalan-jalan ke pantai. Sedangkan Dinda dan Anton mereka mempunyai rencana sendiri, begitu pun Byan dan AisyahByan mengajak Aisyah masuk ke dalam butik setelah meletakkan semua belanjaannya di mobil. Ya, mereka kembali berburu oleh-oleh. Aisyah lupa belum membelikan teman-teman sesama guru oleh-oleh.Malam ini Byan akan mengajak Aisyah ke pesta peresmian dan pembukaan rumah sakit cabang Bali. Ia ingin Aisyah tampil berbeda. Aisyah sudah cantik, tinggal sediki polesan. Pasti akan membuatnya semakin cantik.Di butik, Aisyah diminta mencoba beberapa gaun untuk pesta nanti malam. Sedangkan Byan sibuk dengan ponselnya dan membaca email. Aisyah keluar dengan menggunakan gaun yang tadi ditunjuk Byan yang terakhir kali. Ia memperlihatkannya pada Byan dan meminta pendapat sang suami.“Sayang, wow ... Aku suka yang ini. Kita pilih gaun ini aja bagus
Pagi menjelang. Byan dan Aisyah sudah keluar resort setelah mengerjakan salat Subuh. Byan ingin mengajak Aisyah menikmati sunrise.Setelah itu, Byan mengajak Aisyah berjalan mengunjungi pura, puas mengabadikan momen dengan berswafoto di sana, Byan mengajak Aisyah ke kawasan persawahan. Melihat keindahan terasering di sana. Di kawasan sawah itu terdapat jalan setapak yang tersusun rapi yang digunakan sebagai jalan untuk menuju ke tengah sawah. Mereka berswafoto lagi mencari spot foto yang instagramable untuk diunduh di story mereka. Mereka menghabiskan waktu mereka dengan penuh kemesraan. Canda tawa dan suka cita. Aisyah sangat bahagia, Byan sudah mewujudkan mimpinya.Byan menyewa sepeda untuk mereka berdua. Byan membonceng Aisyah, dengan sedikit kikuk dirasakan Aisyah ketika Byan menyuruhnya duduk di depannya. Awalnya Byan kesusahan mengayuh sepeda itu karena sudah lama tidak mengayuh sepeda, tetapi lama-kelamaan Byan sudah terbiasa mengayuhnya.Mereka bersepeda mengitari area pers
Hari ini Byan dan Aisyah berkemas untuk bulan madu, mereka membawa peralatan yang mereka butuhkan, semua perlengkapan yang menunjang mereka di sana sudah dimasukkan ke dalam koper.“Sudah beres semua kah, Yang?” tanya Byan sambil memeluk Aisyah dari belakang yang sibuk meletakkan barang-barang mereka ke dalam koper.“Tinggal sedikit, habis itu sudah beres, tinggal kita berangkat,” ucapnya.Sepulang dari hotel yang ada di Bogor, Byan langsung membawa Aisyah pindah ke rumah yang memang disiapkan Byan untuk Aisyah. Rumah itu pun sudah ditempati pengajian menjelang akad nikah dengan mengundang ibu-ibu pengajian komunitas Arumi dan juga anak yatim di bawah asuhan Arumi dan Aida.“Sayang hari ini aku masih ada jadwal operasi. Aku bisa melakukannya cepat karena ini hanya operasi kecil. Waktu kita untuk pergi ke bandara masih lama,” ucap Byan bersiap.“Hm ... Kakak segera bersiap. Selesaikan tugasmu gabus itu cepat pulang supaya kita tidak telat.” Aisyah tersenyum turut membantu mengancingi k
***Pagi pun menyapa. Sejuknya udara pegunungan sangat terasa. Apalagi saat ini musim penghujan. Udara pagi semakin dingin, sedangkan mentari masih bersembunyi di balik peraduannya. Aisyah mengajak Byan berjalan pagi mengitari hotel setelah salat subuh. Jaket tebal milik Byan bertengger di tubuh wanita cantik itu. Sebelum sarapan, mereka ingin berkeliling mencari kuliner khas Jawa Barat yang dijual di pagi hari.Dengan memakai gamis soft pink dan hijab senada, Aisyah semakin terlihat cantik memesona. Sedangkan Byan menggunakan celana pendek selutut berwarna abu dan sweater tebal berwarna putih tampil nyantai tetap tak mengurangi ketampanannya. Mereka terlihat sangat serasi, membuat beberapa pasang mata melihat kagum ke arah pasangan itu. Byan menggandeng erat tangan Aisyah yang sedikit kedinginan padahal sudah memakai jaket milik Byan. "Sayang, pagi-pagi gini enak minum yang hangat-hangat, ya," ucap Kenzo saat sudah keluar jauh dari hotel. "Iya ... Eh lihat itu ada penjual ronde. P
Pagi pun tiba, Byan dan Aisyah diminta Arumi turun ke restoran mewah yang ada di hotel ini untuk sarapan bersama. Di sana sudah ada Bagas, Erland, Aida, Rendra, dan Anton juga calon istri Anton.Erland yang jahil berusaha menggoda pengantin baru itu. Pria tampan yang sudah akan menjadi ayah lagi itu sengaja memprovokasi sang kakak."Wangi banget, Bro, udah keramas berapa kali, nih?" ucap Erland menggoda sambil menaik turunkan alisnya memandang Byan. Aida yang merasa sungkan mencubit paha sang suami supaya tidak ngomong aneh-aneh."Apaan, sih, Er. May tau saja atau mau tau baget?" balas Byan melirik Aisyah yang langsung merona menahan malu."Widiih, udah nggak sabar aja, langsung belah duren, cus langsung sikat," goda Erland lagi sedikit vulgar. Erland memang berbeda dengan Byan yang masih sering canggung. Erland lebih terbuka dan ceplas-ceplos. "Bisa diem enggak?" cibir Byan malu bercampur kesal pada sepupu rasa saudara dan rasa sahabat itu.Aisyah sejak tadi hanya menunduk malu, mu
Ketika kamu mencintai seseorang, kamu tidak akan menyerah dalam hal apapun untuk memperjuangkannya. Karena cinta butuh perjuangan dan pengorbanan.(Byan- Aisyah ~ Dicintai Kakak Ipar season 2)***Tiga bulan berlalu. Saat ini Aisyah berada di Lembang. Di sana ia tinggal bersama sang nenek.Aisyah mengisi hari-harinya dengan mengajar santri Tahfiz di pesantren tempatnya dulu belajar menghafal Alquran dari kecil.Kini Aisyah lebih tenang dalam menjalani hidupnya. Setiap hari ia juga tidak berhenti menghubungi sang ibu.Meskipun kadang kala saat sendirian ia kembali memikirkan Byan. Ia ingin sekali tahu bagaimana keadaan laki-laki yang namanya masih bertahta di hatinya. Ya, Aisyah tidak bisa melupakan Byan meskipun ia berusaha. Berbeda dengan Lucky yang tidak sulit melupakan laki-laki itu, tapi tidak dengan Byan.***Byan bahagia setelah dua bulan ikut terapi. Ia sudah bisa berjalan. Setelah ia bisa berjalan dengan sedikit pincang, satu bulan berikutnya ia menjalani operasi untuk menorm
Kepercayaan bukanlah sesuatu hal yang dapat kita janjikan, tapi sesuatu hal yang harus kita buktikan agar mereka mendapatkannya.(Byan❤️ Aisyah – Dicintai Kakak Ipar 2)***Aisyah berusaha tenang. Ia ingin menjadi kekuatan untuk Byan, supaya laki-laki yang ada di depannya ini tidak semakin terpuruk.“Aku di sini. Insyaallah akan menemani Mas Byan sampai sembuh. A-aku tidak akan meninggalkanmu, Mas,” ucapnya mantap. Arumi dan Bagas melihat ketulusan dari gadis itu.“Kamu tidak akan pergi ‘kan, Sya? Ka-kamu tidak akan membatalkan pernikahan kita ‘kan?” tanya Byan penuh harap.Aisyah diam tidak menjawab. Ia masih dilema untuk membahas pernikahan saat ini, ia memang memutuskan untuk menemani Byan, karena ia merasa ikut andil dalam kecelakaan ini. Kalau saja Byan tidak mencarinya ke Bandung, Byan tidak akan kecelakaan.“Sya, kamu masih ada di sini ‘kan?” tanya Byan lagi.“Ya, aku ada di sini. Jangan pikirkan apa-apa lagi, pikirkan kesembuhanmu saja,” ujar Aisyah.Arumi dan Bagas memahami s