“Jevan? Kamu ngapain disini?” tanya Ibu Windia, yang ternyata adalah Ibu Rara.”Kamu pakai baju apa? Kok sama kaya Naren?” “Oh ini,” Jevan menggaruk rambutnya yang tak gatal. Ia mengalihkan pandangannya ke sekitarnya, entah menatap permen, kotak rokok, atau produk kecantikan yang tesusun rapi di rak. Intinya, Jevan tidak ingin terlalu lama berkontak mata dengan Ibu Windia. Ibu Windia menatap Jevan dan Naren bergantian, menuntut penjelasan. Keduanya bingung harus menjelaskan seperti apa. “Naren,” panggil Ibu Windia. Naren yang sedari tadi menunduk, mengangkat wajahnya, “Ya?” “Kamu sekarang menjadi kasir?” tanya Ibu Windia menatap Naren jijik. “Tidak, Nyonya. Saya sebe-“ “Saya sedang belajar mengambil kerja sambilan, lalu Naren menemani saya,” sela Jevan cepat. Ibu Windia makin mengerutkan keningnya, “Bukannya Naren masih bekerja dengan Zarhan? Kalau saya tak salah, tugasnya menjaga anak saya.” Jevan salah menjawab
Baca selengkapnya