Semua Bab Menikahi Lelaki Brengsek: Bab 41 - Bab 50

167 Bab

Bab 41 - Masih Saja Cemburu

Di ruangan kerjanya, Andre hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Nanda yang terlihat begitu santai dan banyak berdiam diri saat mereka semua membicarakan bisnis. “Tidak terasa, kita usdah ngobrol sampai jam makan siang. Gimana kalau kalian makan siang bersama kami saja?” tanya Andre sambil tersenyum menatap Yuna. Yuna tersenyum sambil menggenggam punggung tangan Yeriko. “Terima kasih, Ndre. Tapi kami tidak bisa karena sudah ada janji makan siang dengan anak kami. Si Okky bisa ngomel sampai besok kalau tiba-tiba kami membatalkan jadwal makan siang kami dengan dia.” “Oh. I see.” Andre manggut-manggut. “Kalian semua sangat sibuk. Waktu makan siang bersama keluarga jadi hal yang paling berharga untuk kalian. Kalau gitu, kami tidak akan mengganggu.” Yeriko mengangguk dan bangkit dari tempat duduknya. “Kami pulang dulu, Ndre! Jangan lupa tanda tangani perpanjangan kontrak perusahaan kita!” “Gampang,” sahut Andre santai sambil ikut bangkit dari
Baca selengkapnya

Bab 42 - Kerja Keras untuk Cinta Part.1

Di perusahaannya, Nanda tidak bisa berbuat apa-apa saat Ayu mulai ikut campur dan mengobrak-abrik management perusahaannya. Ia enggan berdebat dengan Ayu hanya karena ia memang enggan untuk berpikir dan lebih senang bersantai di kantornya. “Nan, aku bisa diskusi sebentar sama kamu?” tanya Ayu sambil melangkah masuk ke ruang kerja Nanda. Nanda mengangguk sambil memainkan penanya. Ayu langsung meletakkan tumpukan dokumen yang ia bawa ke hadapan Nanda. Nanda mengernyitkan dahi melihat dokumen yang ada di atas meja kerjanya. “Kamu nyuruh aku ngapain?” tanyanya sambil menelan saliva dengan susah payah. “Ada hal penting yang mau aku diskusikan. Ini laporan dari semua departemen yang udah aku kumpulkan.” Nanda memperhatikan judul map itu satu persatu. “Terus?” “Keuangan perusahaan kamu sering minus seperti ini? Apa kamu nggak pernah ngecek di mana cost yang terlalu tinggi?” tanya Ayu. “Aku pusing, Ay. Biar aja dicek sama manag
Baca selengkapnya

Bab 43 - Kerja Keras untuk Cinta Part.2

Nanda memutar kursinya menghadap Ayu. Ia langsung menarik pinggang wanita itu dan menjatuhkan ke pangkuannya. “Kamu tahu ini kantor ‘kan?” “Yes,” jawab Ayu sambil tersenyum. “Kamu sengaja godain aku, mau ngelayani aku di sini?” tanya Nanda. Ayu langsung mengangkat tubuhnya dari pangkuan Nanda. Nanda mengeratkan pelukannya ke perut Ayu. Ia langsung terdiam saat merasakan perut wanita itu sudah membuncit dan terasa begitu padat. Hatinya tiba-tiba bergetar hingga membuat kelopak matanya memanas. “It’s my baby?” batinnya sambil mengelus perut Ayu perlahan menggunakan jemari tangannya. Ayu terdiam dan menundukkan kepala, menatap perutnya yang sedang dielus lembut oleh Nanda. Ia tersenyum dalam hati dan merasa sangat nyaman ketika Nanda memperlakukan bayi di dalam perutnya dengan lembut. Air matanya menetes terharu. Ikatan batin antara bayi dan sang ayah benar-benar bisa ia rasakan. Ia ingin, bisa diperlakukan seperti ini terus. Meski ia tidak menci
Baca selengkapnya

Bab 44 - Pura-Pura Cinta

Usai pulang kerja, Nanda melangkahkan kakinya perlahan, memasuki rumah dan menyusuri anak tangga menuju ke kamarnya dengan santai. Pandangannya langsung tertuju pada Ayu yang sedang duduk di depan meja rias. “Udah siap?” tanya Nanda sambil menyentuh lembut pundak Ayu. Ayu mengangguk. “Kamu mandi dulu! Aku sudah siapkan pakaian ganti untukmu.” Nanda langsung menoleh ke atas ranjang, tempat Ayu biasa menyiapkan pakaian ganti untuknya. Ia pikir, Ayu akan bersikap baik kepadanya jika ia bisa memperlakukan wanita ini dengan manis. Ia tidak ingin wanita ini menghancurkan keluarganya dan harus bisa membuat keluarga keraton itu menarik surat perjanjian yang jelas-jelas mencekik keluarganya. Jika seperti ini terus, ia tidak akan bisa bebas melakukan apa pun di luar sana. Ia sangat kesal dengan Ayu yang terlalu cerdik dan licik. Tapi tetap saja tidak bisa berbuat apa-apa. “Kamu mau cari gaun di mana dulu?” tanya Nanda sambil tersenyum ke arah Ayu. “Gala
Baca selengkapnya

Bab 45 - Air Mata Seorang Istri

 “Mmh ... Nan, aku ada ambil job pemotretan. Aku ...” Arlita menatap Nanda penuh harap. “Ambil aja baju yang kamu mau. Jangan sampai Ayu tahu! Aku bayarin,” perintah Nanda seolah ia sudah tahu maksud Arlita. Ia memang sudah sering memanjakan wanita-wanitanya dengan uang dan semua keperluan Arlita saat mereka masih pacaran, selalu ia penuhi. “Beneran?” tanya Arlita sambil bangkit dari sofa dan mengecup pipi Nanda. “Makasih, ya! Kalau butuh aku, kamu call aja!” Ia tersenyum manis dan melenggang pergi. Nanda menghela napas sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia menjadi serba salah. Di satu sisi, ia masih menyayangi dan membutuhkan Arlita. Di sisi lain, ia harus bertanggung jawab dengan rumah tangganya. Nanda bergegas mencari sosok Ayu yang ada di butik itu. Ruang butik yang besar dan bersekat kaca, membuatnya tidak mudah menemukan Ayu. Ia hanya bisa mencari Ayu dari warna pakaian yang dikenakan istrinya itu saat pergi ke sana. Begit
Baca selengkapnya

Bab 46 - Lebih Mahal Traktir Pacar

Ayu menarik napas dalam-dalam sambil mengusap air matanya. Ia mengeluarkan kotak bedak dari tas tangannya dan memoleskan ke pipinya yang baru saja basah dengan air mata. Make-up, memang cara yang paling sempurna untuk menutupi kesedihan seorang wanita.  Ia langsung mengenakan gaun yang dipilihkan Nanda untuknya, kemudian keluar dari kamar pass. “Gimana? Bagus?” tanya Ayu sambil menatap wajah Nanda. Nanda langsung tersenyum sambil mengacungkan jempolnya. “Kamu beli semuanya juga boleh.” Ayu menggeleng sambil tersenyum kecil. “Aku mau yang ini aja,” jawabnya. “Yang lain, kembalikan ke tempatnya aja ya, Mbak!” perintahnya pada pelayan yang melayaninya. Pelayan itu mengangguk dan segera undur diri dari hadapan Ayu. Ayu tersenyum kecil. Ekor matanya mengawasi tubuh seorang wanita muda yang mengenakan rok mini ala artis korea dan kaos ketat yang membuat pusarnya terbuka. Ia sudah tidak asing dengan wanita cantik dan seksi itu. Tubuhnya memang i
Baca selengkapnya

Bab 47 - Tak Mau Melepasnya

Nanda tersenyum sambil menyodorkan kartu ke arah kasir tersebut. Ia harus memastikan kalau kasir itu tidak bicara macam-macam kepada istrinya. Asalkan Ayu tidak mengecek mutasi bank-nya, semua akan aman di bawah kendalinya. “Kamu mau belanja apa lagi?” tanya Nanda setelah ia selesai membayar gaun yang dipilih Ayu. Ayu menggeleng. “Nggak ada.” “Keperluan rumah, nggak ada yang mau dibeli?” tanya Nanda. Ayu menggeleng. “Semuanya masih ada.” “Sayur, ikan, daging atau apa gitu?” tanya Nanda lagi. Ayu menggeleng lagi. “Semua masih ada stoknya di kulkas.” “Kapan kamu belanjanya, Ay? Kamu nggak pernah ngajak aku belanja,” tanya Nanda. “Aku suruh bibi di rumahku buat belanja. Kadang, aku belanja online aja. Kenapa?” tanya Ayu balik. “Oh.” Nanda manggut-manggut. Ia merasa lega karena istrinya itu tidak melakukan banyak hal di luar dan lebih banyak berada di rumah. “Kamu mau makan apa? Gimana, kalau kita makan dulu
Baca selengkapnya

Bab 48 - Perih

Dua jam sebelum pergi ke pesta ulang tahun Mr. & Mr. Ye, Nadine yang sudah berada di kota Surabaya, mengajak Ayu untuk merias diri di salah satu salon ternama di pusat kota Surabaya. “Mbak, teman saya ini lagi hamil. Pakai make-up khusus untuk bumil, ya!” pinta Nadine saat ia dan Ayu sudah duduk di salah satu meja rias yang ada di sana. “Oh ya? Tapi, harga untuk make-up ibu hamil itu jauh lebih mahal, Mbak.” “Kami nggak permasalahkan harga. Yang penting kandungan dia aman. Emangnya, kami kelihatan kayak orang susah?” sambar Nadine dengan cepat. Karyawan itu menggeleng. “Baik, Mbak.” Ia segera menyiapkan make-up khusus dengan merk ternama yang memang diproduksi khusus untuk ibu hamil dan menyusui. Nadine menghela napas sambil melipat kedua tangan di dadanya. “Emangnya kita kelihatan kayak orang susah, ya?” tanyanya sambil menoleh ke arah Ayu yang duduk di sebelahnya. Ayu tertawa kecil. “Sabar! Jangan emosi gitu, dong!” ucapnya sambi
Baca selengkapnya

Bab 49 - Teman Lama

Nadine langsung memeluk tubuh Ayu. “Yang kuat, ya! Yang kuat, yang sabar, Ay! Aku percaya kamu kuat. Nggak boleh benci anak ini. Seperti apa pun papanya, dia sudah hidup dalam dirimu. Dia hidup dari darahmu, dari hatimu dan dari cintamu, Ay. Jangan benci anak ini! Dia nggak salah,” bisik Nadine tanpa bisa menahan air matanya untuk menetes. “Hiks ... hiks ... hiks ...!” Ayu semakin menangis sesenggukan saat Nadine memeluknya. Semua sesak di dadanya selama ini, rasanya bisa terlepas saat air mata itu bisa tumpah di dalam dekapan Nadine. Nadine mengusap lembut punggung Ayu. Ini pertama kalinya ia melihat Ayu menangis sesenggukan dalam pelukannya. Ia rasa, beban yang sedang ditanggung Ayu memang sungguh berat. Tidak ada hal yang bisa ia lakukan selain memeluk Ayu. Sebab, kata-kata bijak tidak akan bisa membuat masalah Ayu selesai begitu saja. “Kamu kuat, Yu! Kamu kuat. Jangan sedih lagi, ya!” bisik Nadine. “Hiks ... hiks ... hiks ... Aku pengen balik ke Sonny, Na
Baca selengkapnya

Bab 50 - Kemarahan Mr. Rocky

Rocky langsung melangkah masuk ke dalam salon tempat Nadine dan Roro Ayu merias dirinya. Ia menghampiri Nadine yang sedang berdiri di depan cermin sambil memperhatikan hasil make-up di wajahnya. “Udah selesai make-up?” tanya Rocky. Ia langsung merangkul pinggang Nadine tanpa meminta izin terlebih dahulu. “Udah,” jawab Nadine sambil melepas lengan Rocky perlahan dari pinggangnya. “Gimana, cantik atau nggak?” tanyanya sembari memutar tubuh menghadap Rocky. “Cantik banget,” jawab Rocky sambil tersenyum. “Temen kamu mana?” “Lagi ke toilet. Katanya kebelet,” jawab Nadine sambil menoleh ke arah Nanda yang berdiri tak jauh di belakang Rocky. Ia tidak menyapa pria itu, ia tidak tahu apa yang akan dilakukan Rocky jika mengetahui kalau Nanda adalah suami Roro Ayu. Tidak tahu mengapa, mereka berdua bisa datang bersamaan. “Oh ya ... kenalin, ini Nanda. Anaknya Oom Andre.” Rocky menunjuk Nanda yang tak jauh darinya. “Kebetulan, dia mau jemput istrinya juga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
17
DMCA.com Protection Status