Semua Bab DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU: Bab 161 - Bab 170

190 Bab

KAMU KENAPA?

161Sejak hari itu, Nakula benar-benar melarang Dinda untuk datang ke tempatnya mengantar makanan. Ia mewanti-wanti Indra agar tidak mengizinkan gadis itu masuk. Pandu juga tidak bisa berbuat banyak. Meski sangat ingin melihat anaknya yang satu itu segera move on dan membuka hati untuk perempuan lain, tetapi ia tidak bisa memaksa.Hanya anehnya, setelah melarang Dinda mengantar makanan, ia juga tidak datang untuk mengambilnya. Malah lebih sering memesan makanan via jasa antar.“Pak Bos, sejak melarang saya mengantar makanan, Mas Nakula juga tidak datang ke sini mengambil makanannya. Padahal dari awal ia mengatakan bisa mengambil sendiri, bukan?” Dinda yang duduk di hadapan pria paruh baya menyampaikan laporannya.Pandu menarik napas dalam lalu mengembusnya perlahan. “Anak itu memang susah. Kaku, tidak mudah menerima orang baru, apalagi hatinya baru saja terluka. Mohon dimaafkan, ya. Maaf sudah menyusahkanmu. Din.”“Saya minta maaf, Pak Bos. Saya tidak bisa menjalankan tugas dengan bai
Baca selengkapnya

DEMAM

162“Mas Naku demam.” Dinda bergumam setelah meraba kening pemuda yang tergolek lemah di atas tempat tidur.“Mas Indra, bisa minta tolong belikan obat ke apotek?” Gadis itu berbalik menghadap Indra yang berdiri di sampingnya.Indra mengangguk seraya menerima uang yang disodorkan Dinda. Lalu pergi setengah berlari.Dinda sendiri langsung kembali ke resto, mengambil handuk kecil dan baskom untuk mengompres Nakula. Tak lupa membuatkan bubur untuk makan pemuda itu. Ia yakin jika Nakula terkena typus. Terbukti dari suhu tubuhnya yang tinggi, juga kebiasaan hanya menyantap masakan instan kemasan.“Apa perlu saya telepon Pak Bos, Mbak?” tanya Indra setelah menyerahkan obat yang dipesan Dinda. Untunglah di dekat lokasi itu terdapat apotek yang buka 24 jam hingga Indra tidak perlu mencari jauh.Dinda sendiri tengah menempelkan handuk kecil di kening Nakula untuk mengompresnya.“Sepertinya jangan sekarang, Mas. Besok Pak Bos ada acara lamaran anaknya yang lain. Pasti konsentrasi mereka akan ter
Baca selengkapnya

AKU TIDAK MAU MAKAN

163“Dindanya ke mana?” tanya Nakula pagi ini saat tak mendapati wanita itu di sofa. Namun, semangkuk bubur yang masih mengepulkan asap sudah tersaji di meja. Sementara Indra masih setia menemaninya di sana.“Mbak Dinda mau pulang dulu katanya, Bang. Semalaman kan, nggak ganti baju. Katanya nanti waktunya makan siang ke sini lagi.” Indra menjelaskan seraya menaruh gelas berisi air mineral di dekat mangkuk bubur.“Mbak Dinda berpesan, Abang harus habiskan makanannya. Obatnya juga jangan lupa dinimun biar cepat sembuh. Dan satu lagi, Abang jangan ke kampus dulu katanya. Istirahat saja.”Nakula tertegun mendengar ucapan Indra. Entah apa benar itu amanah dari Dinda, atau hanya perhatian dari karyawannya saja yang mengatasnamakan Dinda. Tidak ayahnya, tidak Indra memang terlihat sangat menyukai gadis itu, dan selalu berdiri di pihaknya seolah Dinda punya hipnotis yang dapat mempengaruhi orang.Tapi jika dipikir-pikir, gadis itu memang baik. Buktinya semalam mengurusinya dengan telaten. Pad
Baca selengkapnya

AKU DI SINI SAJA

164Dinda menahan napas hanya agar udara yang keluar dari mulutnya tidak langsung menerpa wajah seseorang di hadapannya. Tangannya yang memegang sendok sedikit gemetar saat mengangkat benda berisi bubur itu untuk disodorkan ke arah mulut seseorang. Untunglah ini suapan terakhir. Bubur dalam mangkuk di tangannya sudah tandas. Seseorang yang katanya tadi tidak mau makan itu, kini sudah menghabiskan bubur dengan lahapnya.Dinda mengembuskan napas lega seraya membalikkan tubuh menjadi membelakangi pemuda yang baru selesai disuapinya. Kemudian meletakkan mangkuk kosong dan mengambil botol air mineral. Ia memejam sebentar sebelum kembali berbalik dan menyodorkan botol itu. Beberapa butir obat tidak lupa ia sodorkan juga.Seharusnya pekerjaannya sudah selesai, tapi sisa bubur yang menempel di sudut bibir pemuda itu membuat pandangan Dinda tidak nyaman. Ia mengambil selembar tisu yang juga ikut disodorkan.“Ada yang tertinggal, Mas,” ujarnya seraya menunjuk bibirnya sendiri sebagai kode agar
Baca selengkapnya

PAKSA PULANG ATAU....

165“Dewa tidak ikut?” tanya Nakula saat mereka berkumpul melingkari meja besar di resto Pandu.Sore ini Pandu sengaja memerintahkan agar resto ditutup lebih awal. Ia mengajak keluarganya untuk makan bersama. Juga agar seluruh karyawan bisa istirahat lebih awal.“Dewa masih di rumah keluarga Inggit.” Nadira yang menjawab.“Sudahlah, kami datang untuk menjengukmu dan menemani kamu makan, Naku. Kamu senang kan, kami datang?” Alvina mengalihkan lagi obrolan untuk menghindarkan Nakula terbawa perasaan karena raut wajahnya mendadak berubah.Nakula menoleh dan menatap sang ibu, kemudiam tersenyum tipis untuk membuktikan jika dirinya baik-baik saja. Ia tidak mau terus-terusan membuat sang ibu khawatir hingga berujung memaksanya kembali ke rumah.Susah payah ia meyakinkan ibunya jika dirinya di sana sangat betah. Tadi, Nakula sampai harus melobi Dinda yang malah menunduk dengan wajah merahnya.“Dinda, tolong bilang kalau kamu akan terus ngurusin aku biar Bunda tetap ngizinin aku di sini.” Nak
Baca selengkapnya

AKU TIDAK MAU

166“Apa?” Dua gadis berseru bersamaan. Dinda dan Nadira.Nakula sendiri menelan ludah sebelum menekuri mangkuk buburnya. Entah bagaimana bisa ia mengucapkan kalimat barusan di depan seluruh keluarganya. Pemuda itu memejam. Sungguh, ia hanya ingin menghindari perjodohan yang mungkin akan dilakukan orang tuanya agar dirinya tidak lagi sendiri.Dinda? Yang benar saja. Ia bahkan baru mengenal gadis itu beberapa hari. Bertemu di galeri dalan waktu yang singkat-singkat kecuali tadi malam. Itu pun ia dalam keadaan tidak sadar. Tidak pernah ada obrolan pribadi. Apalagi rencana pernikahan.Siapa tahu gadis itu sudah punya kekasih, atau lebih parahnya suami. Ah, bodohnya dia. Tapi yang penting untuk sekarang ini bisa terlepas jadi jodoh-jodohan itu dan juga paksaan untuk kembali ke rumah.“Beneran nih? Bukan cuma akal-akalan kamu saja, Naku?” Alvina yang sangsi malah sengaja menggoda.Bola mata Nakula bergerak gelisah.“Beneran lho, ya. Karena kalau kami tahu ini cuma akal-akalan kamu aja. Kam
Baca selengkapnya

LUKA YANG KEMBALI BASAH

167Nakula mengikat tali sepatunya. Lalu berdiri seraya merenggangkan otot-ototnya. Kedua kakinya dibuka lebar. Tubuh bagian atasnya diputar ke kiri dan kanan. Berlari-lari kecil di tempat, sebelum akhirnya mulai berlari mengitari area restoran dan galeri.Sejak sembuh dari sakitnya, pemuda itu mulai rajin berolahraga walaupun hanya jogging di pagi hari sebelum mulai beraktivitas.Benarlah pepatah mengatakan jika nikmat sehat akan terasa sangat berharga setelah kita diserang sakit. Nakula kini lebih menghargai tubuhnya setelah merasakan jika sakit itu sama sekali tidak enak. Ia kini lebih memperhatikan asupan makanan dengan makan teratur dan makan makanan sehat. Juga rajin berolahraga mesksi hanya yang ringan-ringan.Skripsi yang tengah disusunnya jadi sedikit terbengkalai gegara sakit ini karena ia harus istirahat. Untungkah kini ia sudah pulih. Sang pemuda bukan hanya merasa tubuhnya yang kembali sehat, lebih dari itu ia merasa dilahirkan kembali. Bagaimana tidak? Di sisinya kini ad
Baca selengkapnya

SIAPA DIA?

168Nakula mengusap wajah dengan kasar entah untuk ke berapa kalinya. Sungguh, hari ini ia tidak bisa fokus. Percakapan tadi pagi dengan saudara kembarnya cukup mengganggu konsentrasinya. Bagaimana tidak? Dewa mengatakan jika sebenarnya Inggit tidak pernah menaruh perasaan apa pun terhadapnya. Semua gadis itu lakukan hanya karena mengira dirinya Sadewa.Diakuinya Dewa memang cukup populer di kampus walaupun ia mahasiswa yang malas dan minus prestasi. Pembawaannya yang ramah, supel dan ditunjang dengan fisik yang goodlooking serta fasilitas dari orang tua yang mentereng, membuat banyak mahasiswi tertarik padanya.Suatu kebanggan bagi para gadis jika mereka disukai Dewa dan ditembak menjadi pacarnya. Nakula baru menyadari itu. Ia memang tak sepopuler saudara kembarnya karena kepribadian mereka yang bertolak nelakang.Nakula tidak suka keramaian dan cenderung introvert. Tidak memiliki banyak teman karena ia lebih suka menyendiri. Ia juga tidak mudah dekat dengan seseorang apalagi seorang
Baca selengkapnya

AKU TIDAK AKAN MAKAN

169[Makanannya basi. Kamu balik ke sini, masakin aku lagi.][Kalau nggak, aku nggak makan malam ini.]Akhirnya pesan itu Nakula kirimkan ke nomor Dinda setelah beberapa lama ia hanya duduk seraya menutup wajah dan mengacak-ngacak rambutnya. Sungguh, ia butuh teman malam ini. Ia butuh seseorang di sisinya setidaknya menemaninya makan. Dan ia tidak tahu harus minta tolong siapa lagi selain Dinda.Hanya saja kebetulan, Dinda punya urusan di saat ia membutuhkan seorang teman.Dinda punya urusan, itu wajar. Sebagai makhluk individu, ia punya urusan pribadi yang tidak harus diberitakan kepada orang lain.Apa Nakula egois ingin gadis itu datang menemaninya malam ini? Ya, ia sadar itu. Tapi ia benar-benar tidak tahu harus bicara dengan siapa. Pulang ke rumah orang tuanya juga tidak mungkin. Ia malas harus bertemu Dewa saat ini. Ia juga tidak ingin kedua orang tuanya melihat Nakula yang mengenaskan. Karena yang mereka tahu ia anak yang kuat dan mandiri.Cukup lama Nakula menunggu pesannya unt
Baca selengkapnya

SIAPA LAGI?

170“Jangan mengada-ngada, Bang!” Dinda mendesis seraya lebih mendekatkan wajahnya ke wajah laki-laki yang mengaku calon suaminya. Suaranya nyata-nyata tertahan. “Aku tidak pernah bilang setuju.”Wanita yang ikut keluar dari bangunan kantor itu menarik tangan Dinda setelah menempatkan dirinya di tengah-tengah antara Dinda dan pemuda itu.“Tapi itu memang benar, Lita. Setuju atau tidak, kalian akan menikah. Kamu akan menikah dengan Sakha.” Suara wanita itu sangat tegas bahkan terkesan mengintimidasi.“Kalau aku tidak mau?” tantang Dinda berani seraya menatap tajam wanita usia awal lima puluhan yang terlihat masih cantik.“Kamu tidak akan mendapatkan sepeser pun—”“Kita masih di depan kantor pengacara ayahku, Bu. Untuk apa kita datang ke sini kalau kalian berdua masih saja mempermasalahkan ini?”“Lita, kamu memang anak tidak bisa diatur. Pantas jika ayahmu dulu mengusirmu.” Wanita itu terlihat tidak terima Dinda menentangnya.“Ayah tidak pernah mengusirku. Aku pergi dari rumah atas kema
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status