171“Ehemm!” Nakula berdehem cukup keras karena mereka terus saja berpelukan. Maksudnya laki-laki tinggi tegap terus memeluk Dinda seolah tidak ingin melepaskannya lagi. Bahkan terdengar permintaan maaf di antara tangisnya.“Maafkan Abang, Lita. Sungguh Abang menyesali semuanya. Andai Abang mempercayaimu waktu itu.”“Ehemmm!” Lagi Nakula berdehem. Kali ini lebih keras. Hingga terlihat pergerakkan Dinda di dalam dekapan sang lelaki. Sepertinya gadis itu berusaha melepaskan diri. Karena tidak lama, lelaki itu melepaskan tubuhnya.Dinda terlihat menjauhkan tubuhnya, melirik Nakula sebentar, lalu kembali menghadap laki-laki yang barusan memeluknya.“Lita, maafkan Abang, ya. Abang menyesali semuanya,” ujar laki-laki itu lagi tanpa mempedulikan keberadaan Nakula di sana. Tatapan memelasnya tak lepas dari wajah Dinda.“Andai tahu jika semua ini hanya akal-akalan Sakha dan ibunya, Abang tidak—”“Sudahlah, Bang. Yang lalu biar berlalu. Aku sudah melupakannya. Sekarang Abang pergilah, aku mau m
Read more