All Chapters of DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU: Chapter 171 - Chapter 180

190 Chapters

AKU BUKAN SIAPA-SIAPA

171“Ehemm!” Nakula berdehem cukup keras karena mereka terus saja berpelukan. Maksudnya laki-laki tinggi tegap terus memeluk Dinda seolah tidak ingin melepaskannya lagi. Bahkan terdengar permintaan maaf di antara tangisnya.“Maafkan Abang, Lita. Sungguh Abang menyesali semuanya. Andai Abang mempercayaimu waktu itu.”“Ehemmm!” Lagi Nakula berdehem. Kali ini lebih keras. Hingga terlihat pergerakkan Dinda di dalam dekapan sang lelaki. Sepertinya gadis itu berusaha melepaskan diri. Karena tidak lama, lelaki itu melepaskan tubuhnya.Dinda terlihat menjauhkan tubuhnya, melirik Nakula sebentar, lalu kembali menghadap laki-laki yang barusan memeluknya.“Lita, maafkan Abang, ya. Abang menyesali semuanya,” ujar laki-laki itu lagi tanpa mempedulikan keberadaan Nakula di sana. Tatapan memelasnya tak lepas dari wajah Dinda.“Andai tahu jika semua ini hanya akal-akalan Sakha dan ibunya, Abang tidak—”“Sudahlah, Bang. Yang lalu biar berlalu. Aku sudah melupakannya. Sekarang Abang pergilah, aku mau m
Read more

GALAU

172Nakula terduduk lemas di kursi kayu. Tatapannya nanar menatap makanan yang baru diantarkan Dinda. Makanan yang mengandung banyak history dan perjuangan panjang. Bagaimana tidak? Ada banyak peristiwa yang mengiringi hingga makanan itu terhidang. Rasanya terlalu sayang jika tidak ia makan. Tidak menghargai pembuatnya.Dinda sudah pergi. Meninggalkannya dengan berbagai perasaan yang bebaur dalam dada. Tadi ia menyusul ke depan setelah dapat mengusai perasaannya, tapi gadis itu sudah tidak ada di depan. Bahkan ponselnya sudah tidak aktif saat ia berusaha menghubungi.Apa Dinda sudah pergi dengan laki-laki yang tadi memeluknya? Apa laki-laki itu menunggunya sampai Dinda menyelesaikan semuanya? Ah, jika benar, kenapa juga Dinda tidak langsung pergi? Kenapa masih sempat membuatkan makanan untuknya?Nakula memasukkan makanan ke dalam mulutnya meski semua sistem pencernaannya seperti menolak. Ia lakukan hanya karena menghargai yang membuatnya. Bukan karena berselera.Manusia macam apa diri
Read more

TIDAK ADA YANG TULUS

173Dinda mengerjap dan mengalihkan pandangan. Lalu berusaha melepaskan tangannya yang digenggam Nakula. Namun, pemuda itu menahannya.“Din, bisa tidak kamu kabulkan permintaanku? Jangan terlalu dekat dengan laki-laki mana pun selain aku,” pinta Nakula lagi dengan suara semakin lirih. Tatapan semakin dalam meski gadis di hadapannya sudah memutuskan kontak mata lebih dulu.Dinda memejam sebentar. Menahan berbagai rasa dalam dada, sebelum akhirnya bicara.“Kenapa, Mas? Kenapa aku tidak boleh dekat dengan mereka?” tanya Dinda juga tak kalah lirih. Terpaksa ia kembali menatap pemuda itu hingga kembali tatapan mereka saling bertaut.Nakula menelan ludahnya. Dadanya juga sudah ramai dihiasi berbagai perasaan. Harusakah ia mengatakan jika dirinya cemburu melihat Dinda dengan laki-laki lain?“Aku …,” ujarnya kelu. Tak dapat melanjutkan ucapan.Dinda memiringkan kepala sebagai tanda ia menunggu. Tak ayal hatinya mendamba kalimat ajaib yang akan keluar dari mulut Nakula. Sebagai wanita, bohong
Read more

TUNGGU TANGGAL MAINNYA

174“Ehemm!”Nakula melepaskan pelukan dan menjauh. Pun dengan Dinda yang membuat jarak saat mendengar deheman dari pintu depan. Nakula langsung salah tingkah saat mendapati sang ayah memergoki mereka.“Iya, Pa,” ujarnya seraya menggaruk kepala yang tidak gatal.Pandu yang memasang wajah datar, berjalan menghampiri keduanya. Dinda terlihat ingin pamit dengan menganggukkan kepala, tetapi Pandu menahannya. Mengisyaratkan agar gadis itu tetap di sana dengan kedipan matanya.“Nanti siang kita fitting untuk seragam pernikahan Dewa.”Nakula tertegun. Sesuatu terasa memukul dadanya.Pandu menyentuh pundak sang anak. “Nanti Bunda ke sini, dan kita berangkat bersama.”“Kalau aku tidak ikut menggunakan seragam bagaimana, Pa?”Pandu menarik napas panjang dan mengembusnya perlahan. “Kamu tidak mau membuat Papa sama Bunda sedih, kan?”Nakula mengalihkan pandangan. Menghindari tatapan sang ayah yang memohon. Ia tahu akan membuat sedih hati kedua orang tuanya jika tidak terlihat kompak, terlebih tid
Read more

APA INI?

175 “Manager?” Nakula bergumam dengan mata memicing setelah gadis yang ia yakini sebagai karyawan sang ayah pergi dari hadapan mereka. Ditatapnya lamat-lamat wajah Dinda yang sangat kentara perubahannya. “Manager?” gumamnya lagi tak percaya. Tatapannya semakin dalam di mata yang terlihat bola matanya bergerak gelisah. Bukankah yang ia tahu Dinda karyawan baru yang masih training? Itu yang dikatakannya saat pertama kali mengantar makanan untuknya. Ia memohon agar tetap diizinkan karena takut dipecat. “Apa maksudnya ibu manager, Dinda?” Dinda terlihat memejam sebentar sebelum mengerjap gugup. “Mas ….” Namun saat ia berusaha ingin menjelaskan, sekonyong-konyong seseorang menghampirinya dengan antusias. “Lita, akhirnya aku menemukanmu di sini.” Dinda menol
Read more

PATAH HATI LAGI

176 Nakula menggeleng keras entah untuk ke berapa kalinya. Kepalanya benar-benar ingin meledak. Dadanya sesak seolah ribuan kilo beban menghimpit. Sakit tiada tara mendapati kenyataan di saat ia yakin bisa move on karena sudah menemukan wanita yang tepat, di saat itu ia merasa dilempar ke jurang terdalam. Dinda. Ia sudah menikah. Pantas saja laki-laki itu berani langsung memeluknya bahkan di tempat umum dan di hadapan orang lain. Ternyata laki-laki itu suaminya. Bahkan ini lebih menyakitkan daripada saat mengetahui Inggit lebih memilih Dewa. Dinda menipunya. Wanita itu telah membohonginya. Memberi harapan, membantu bangkit, tetapi kemudian menunjukkan siapa sebenarnya dia. “Arghhhh.” Entah untuk ke berapa kalinya Naluka berteriak menumpahkan sesak di dada. Rambutnya sudah kusut karena terus diacak dengan frustrasi. Rasanya ingin mengutuk dunia dan seisinya yang seolah mendukung wanita itu untuk menipunya. Ya, menipu. Dinda sudah menipunya selama ini. Bersikap baik dan polos seolah
Read more

KEKECEWAAN MENDALAM

177Keheningan menyelimuti ruangan cukup besar di mana Nakula duduk berhadapan dengan sepasang suami istri berwajah cemas. Tatapan pemuda itu tajam menghujam wajah pria paruh baya yang berkali-kali menarik napas dalam.Raut bersalah tergambar jelas di wajah sepasang suami istri demi melihat kondisi anak mereka. Pantas saja mereka ingin segera pulang, terlebih telepon dari Nadira yang mengabarkan Nakula pulang ke rumah.Entah berapa lama mereka saling terdiam pasca Nakula mengatakan ingin bicara, sesaat setelah mereka sampai di rumah.“Naku sayang, kami kira kamu tidak pulang ke sini. Makanya kami—”“Kalian bersenang-senang? Itu sudah biasa, kan? Hanya saja aku mau bicara dengan suami Bunda.” Nakula memotong. Suaranya datar, hanya saja karena diiringi tatapan tajam dan sebutannya yang tidak biasanya, membuat Pandu tertohok.“Naku—”“Aku mau meminta penjelasan Pak Bos ini apa yang sudah dilakukannya padaku. Jika Bunda tidak berkenan mendengarnya, silakan tinggalkan kami berdua. Aku taku
Read more

GUNDAH

178 Dengan membawa luka hati baru, Nakula mengendarai mobilnya menuju galeri. Sebenarnya, ia malas ke sana karena peluang bertemu Dinda pasti besar. Tapi ia tidak tahu lagi harus ke mana. Berkali-kali pemuda itu memukul handel stir untuk meluapkan sesak di dada. Berkali-kali juga ia hampir lost control. Beruntung logikanya masih bekerja. Ia sedang berkendara dan kemungkinan celaka sangat besar jika tidak bisa mengendalikan diri. Nakula tidak ingin terjadi sesuatu dengan dirinya. Karena jika sampai celaka, maka pihak yang pertama dihubungi pasti orang tuanya. Ia tidak mau merepotkan mereka lagi. Nakula memejam sebentar, terbayang sang ibu yang mengejarnya keluar sambil berurai air mata. Memanggil-manggil namanya dan menahannya agar tidak pergi dalam keadaan seperti ini. Namun, hatinya terlanjur sakit. Terlalu besar kekecewaan yang diberikan sang ayah, hingga saat ini sangat sulit memaafkannya. Nakula melepaskan pelukan sang ibu yang terus menahannya agar tidak pergi. Ia tidak mungki
Read more

JANGAN LAKUKAN!

179“Mas Naku, kamu mau ke mana?” Sekonyong-konyong sebuah pertanyaan menyapa dengan lantang, saat kaki Nakula hampir mencapai pintu utama bangunan gemerlap itu.Nakula membalikkan tubuhnya dengan cepat hingga mendapati seorang wanita berlari menghampirinya. Dari wajahnya tergambar jelas ada kekhawatiran di sana.“Mas Naku mau apa ke sini? Ini tidak baik, Mas,” ujar wanita yang baru datang lagi.Nakula tidak berniat meladeni wanita itu karena hatinya terlanjur sakit. Ia berbalik lagi, tetapi wanita yang tidak lain Dinda menahan dengan cara menarik tangannya.“Mas Naku, aku tahu Mas Naku kecewa. Aku minta maaf untuk semuanya, aku mohon jangan seperti ini. Jangan merusak dirimu, Mas. Ini tidak benar. Kalau Pak Bos dan ibunya Mas Naku tahu, mereka akan sedih.”Nakula menatap tajam wanita yang dengan tidak tahu malu memegang tangannya dan memberikan nasihat. Entah dari mana pula wanita itu datang. Ia yakin jika Dinda membuntutinya dari resto. Dengan kasar pemuda itu berusaha melepaskan ta
Read more

AKU AKAN MENGURUSNYA

180Nadira tak bisa lagi mencegah. Bahkan kebawelannya tak berarti lagi. Nakula benar-benar sudah lost control. Ia tak lagi bisa mengendalikan dirinya. Pemuda itu sudah tenggelam dalam keputusasaan. Entah berapa banyak minuman ia habiskan malam itu.Sesuatu yang tidak pernah ia sentuh sama sekali, membuatnya cepat kalah. Tak butuh waktu lama untuknya hingga akhirnya teler. Kepalanya menyuruk di atas meja bar.Nadira baru menyadari saudara ibunya itu mabuk berat, karena ia sibuk menolak banyak laki-laki yang mencoba merayunya. Ia sadar di tempat seperti ini rawan godaan. Dan saat ia berusaha melepaskan diri dari laki-laki ke sekian yang mengajaknya bersenang-senang, sudah dilihatnya seorang wanita berpakaian seksi mencoba membangunkan Nakula.Gadis itu bergegas menghampiri dan menjauhkan wanita seksi dari Nakula. Ia yakin jika wanita seksi itu ingin mengambil keuntungan dari mabuknya sang paman.“Hei, kamu mau apa? Jangan nyerobot, dong. Dia targetku.” Wanita seksi itu tidak terima Nad
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status