Beranda / Fantasi / Bukan Cinta Biasa / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Bukan Cinta Biasa: Bab 31 - Bab 40

71 Bab

Kaivan Cemburu

"Nay, jalan yuk! Lagi libur, kan?"Aku yang memegang vakum cleaner untuk persiapan bersih-bersih sebentar lagi, terpaksa meletakkan benda itu di tempat semula---samping rak sepatu---saat mendengar teguran seseorang dari belakang.Siapa lagi kalau bukan Kaivan. Tahu aku libur, pasti ada saja alasan supaya mau diajak jalan."Emangnya mau ke mana?"Kutatap lekat Kaivan yang sangat rapi pagi ini. Memakai celana hitam dengan lilitan kain abu-abu, baju lurik lengan panjang yang masih dipadu ikat kepala warna senada. Ribet sih kalau orang sekarang. Tapi, bagaimana lagi, pakaian zaman dulu memang seperti itu."Keliling taman aja, nyari udara segar!" Kaivan menjawab penuh semangat.Udara segar, harusnya masuk kulkas dong bukan taman."Kamu nggak liat aku mau bersih-bersih?""Gampang. Aku bisa membantumu dengan sekali tring!""Iya, tapi--""Naya, jangan suka memelihara malas. Tidak baik! Selain menjauhkan dari rezeki, jauh
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-16
Baca selengkapnya

Berburu Hantu Kerajaan

Tuk! Tuk! Tuk!"Van, keluar dong dari lampu. Naya mau bicara nih!"Tidak memiliki pilihan lain, dengan gusar langsung kuketuk lampu tidur emas dekat vas bunga di ruang tengah. Kalau di dalam sana Kaivan bersamadi atau tidur, kemudian marah-marah, aku siap menanggung resiko.Tuk! Tuk! Tuk!"Van, Naya mau ngomong. Penting!"Sumpah, ini lampu tidur biasa berbentuk piala, ya. Diketuk berkali-kali pun kalau pemiliknya enggan ke luar, ya harus sabar. Tidak seperti lampu ajaib Aladin, gosok tiga kali jin penurut akan muncul di hadapan.Cling!"Ada apa, Nay. Sepertinya kesal sekali kamu?"Aku seketika menghela napas lega, Kaivan tidak marah kuminta ke luar dari lampu. Dia memang tahu kapan saat penting, kapan waktunya marahan."Ada hal penting yang harus kamu selesaikan. Naya bingung!" Aku memulai pembicaraan."Duduk dan ceritakan apa yang terjadi!" Kaivan merangkul pundakku, mengajak duduk di sofa depan tv s
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-16
Baca selengkapnya

Berita Editan

"Ular ... ular, ular!"Hanya itu yang bisa diucapkan remaja tanggung pemburu hantu. Keberanian setinggi Monas tadi lenyap, menjadi rasa takut sebagaimana manusia biasa. Mungkin Doni syok, perburuan hantu kali ini meleset dari ekspetasi.Hahaa, orang indigo ternyata takut sama siluman ular. Padahal tidak menyeramkan, tidak berdarah-darah. Malah sangat cantik."Ular?" Wanita bermahkota merah itu tertawa. "Aku bukan ular. Tapi, manusia sepertimu, Doni!"Tanpa mengubah wujud aslinya---maksudku tetap setengah manusia dan setengah ular---wanita itu meliuk mendekati Doni. Tidak ada kemarahan di wajah cantiknya, tetap lembut mendayu berusaha mempermainkan perasaan orang yang melihat.Doni semakin diliputi rasa takut, berkali-kali menoleh kepada dukun yang tetap fokus dengan mantra pemanggil jin---katanya tadi."Percuma minta tolong. Dukun itu kok yang menyuruhku datang menemuimu!"Kembali siluman ular itu bicara, menjawab arti tatapan Doni ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-16
Baca selengkapnya

Perampok Apes 1

Senin pagi yang cerah dan sibuk ini, aku sengaja mengajak Kaivan ke Bank. Selain untuk mengembalikan isi dompet yang menipis jelang akhir bulan, aku juga ingin laki-laki dari masa pemerintahan kerajaan ratusan tahun lalu itu, menyaksikan sendiri transaksi orang-orang  modern.Sebenarnya bisa saja semua kebutuhan terpenuhi dari handphone, atau mengambil uang di pusat perbelanjaan yang ada mesin ATM. Tapi, ya seperti yang kubilang tadi; ingin Kaivan memiliki pengalaman sekaligus pengetahuan baru."Ramai banget sih, Nay! Mana harus antri lagi!" gerutu Kaivan. Sepertinya dia bosan menunggu."Kenapa? Bosan, ya?" ledekku pelan.Iya pelan, bisa dikira gila aku sampai ada yang menyadari tengah bercakap-cakap sendiri. Kaivan kan tidak bisa dilihat orang.Jin tampan itu mengangguk. "Boleh nggak aku tring mesin ATM khusus buat kamu?""Trang, tring, trang, tring. Ini dunia manusia, Van. Ada aturan yang harus dipatuhi." Aku coba memberi pengertian.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-16
Baca selengkapnya

Perampok Apes 2

Jeep abu-abu yang sejak tadi mengikuti mobilku dari jarak tertentu, menyelip. Kemudian berhenti beberapa depa menghalangi jalan. Lokasi semacam ini memang membuat orang-orang jahat lebih aji mumpung.Tring!Kaivan sigap menghentikan mobilku, tanpa efek rem mendadak. Sementara dari Jeep itu, empat orang berwajah sangar mendekat.Dok! Dok! Dok!Salah satu dari mereka menggedor kaca dengan gagang senjata tajam, memaksa tanganku yang gemetar ketakutan menurunkan pelindung angin dan hujan itu sedikit."Ke luar!" bentuknya."I-iya ba-baik," jawabku terbata.Aku yang sudah pias hanya sanggup menurut, membuka pintu kemudi dan ke luar sesuai perintah. Tidak lupa, tas tangan berwarna merah menyala kugenggam seerat mungkin."Bawa apa aja Lo?" bentaknya lagi."Handphone, ATM, dan uang cash seratus juta," jelasku dengan suara bergetar."Semua ada di tas tangan Lo itu?"Aku mengangguk. Membuat tawa keempat orang jahat di
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-17
Baca selengkapnya

Posesif

Cling!"Naya, mau pergi?"Aku yang hendak memoles lipstik, langsung mengurungkan niat. Kembali menutup benda itu supaya kalau gugup sewaktu-waktu tidak tercoret ke sembarang tempat."Eh, kamu, Van. Ngagetin tahu!" selorohku dengan senyum."Kamu mau pergi?" Kaivan kembali mengulang pertanyaan."Iya.""Ke?""Pesta ulang tahun teman.""Undangan manggung?"Ish, dia kenapa sih tumben pakai sesi interogasi? Biasanya kalau aku pergi pergi juga tidak dipermasalahkan, sesekali ikut malahan."Enggak, undangan harus hadir aja!"Kaivan berdecak, terlihat tidak suka. "Kalau gitu nggak usah berangkat!"Aku tersentak, bingung yang campur aduk menjelma lalu lalang pertanyaan. Kaivan melarangku secara tiba-tiba, lain dari biasanya."Kenapa?" Kuputuskan merangkum beberapa pertanyaan itu menjadi satu kata.Kivan yang sejak tadi melipat kedua tangan di dada, memilih duduk di tepi ranjang. Membuat aku terpa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-17
Baca selengkapnya

Negri Dongeng Keong Mas

Kaivan lantas men-tring baju pesta yang kukenakan, menjadi pakaian pendekar zaman dulu dengan selendang tosca yang tersampir di pundak. Sementara itu, dia juga mengubah pakaian emasnya menjadi baju para pengembara.Kami serasi, mirip pemain film kolosal tahun 2000an yang kadang aku lihat di YouTube.Tanpa membuang waktu, segera kami menyusuri jalan desa dari tanah dan bebatuan, berbaur di antara orang-orang yang entah era kapan."Maaf, Pak. Bisa kami bertanya sedikit?"Tiba di salah satu rumah joglo dan mendapati seorang laki-laki paruh baya duduk bersantai di teras rumah, Kaivan menghampiri orang itu untuk bertanya.Tidak langsung mendapat jawaban, laki-laki yang sepertinya juragan---atau barangkali lurah---itu justru menatap aku dan Kaivan bergantian. Memindai dari ujung kepala sampai kaki."Hmm, sepertinya kalian bukan orang sini?"Kaivan langsung mengangguk. "Kami datang dari jauh, kami sedang mencari seseorang."Orang itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-18
Baca selengkapnya

Lagu Salah Sambung

'Kita sudah kenal lamaSeperti kakak adikApakah kita hanya segini sajaAku ingin buat kamu tertawa bersamakuKarena kata mereka ketawa bisa bikin sayangTapi apa yang telah terjadiLihat tawamu ku yang menjadiSayang kepadamu'Aku tersenyum sendiri begitu membaca ulang hasil tulisan di laptop. Lirik lagu penuh cinta itu, sesuai apa yang kurasakan sebenarnya. Sudah terbayang juga bagaimana mengaransemen nanti, nadanya harus disesuaikan.Bayangan aktor film yang bertemu saat jumpa pers beberapa waktu lalu kembali melintasi benak, apalagi melihat foto foto Instagramnya. Alamat ada doa menjadi istrinya.Kembali menatap barisan kalimat di layar, seperti ada yang kurang. Tapi apa ...Oh iya, aku belum menyisipkan 'menembak' hatinya secara terselubung.Beberapa menit berpikir mencari kata unik lagi rapi, tanganku kembali berkutat di papan ketik.'Ikan apa yang terindahIkan not live without you in my life
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-18
Baca selengkapnya

Lampu Tidur Lagi

Setelah menyelesaikan setrikaan dan beres-beres rumah, aku tergesa mengetuk lampu tidur berwarna emas di meja samping televisi. Ada hal penting yang harus Kaivan ketahui.Tuk! Tuk! Tuk!"Van, bisa ke luar dari lampu sebentar, nggak?" Aku mulai memanggil.Hening tidak ada jawaban.Tuk! Tuk! Tuk!"Kaivan, Naya mau ngomong nih!" ulangku untuk kedua kali.Tetap nihil. Entah melakukan apa jin di dalam lampu ini. Atau jangan-jangan ... orangnya tidak ada.Tuk! Tuk! Tuk!"Van!"Sliiing!Pendar cahaya emas di hadapanku membuat rasa kaget sekaligus lega mengembang bersamaan. Ternyata penghuni lampu ada, tidak otewe ke mana-mana.Aku mundur beberapa langkah, saat cahaya lampu tidur itu kian meredup disusul wangi parfum meskulin, dan munculnya seorang laki-laki berpakaian biru lurik.Dia tersenyum, berusaha menutupi pucat yang terpancar dari wajah sambil melepas tangan yang tadinya menangkup di depan dada.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-20
Baca selengkapnya

Lampu Tidur Lagi 2

Ya ampun, bagaimana ini?Kaivan pasti sudah tidur dalam lampu, luka dalam yang semakin parah sebab tidak ada dokter jin di dunia manusia, membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa selain bertahan. Dan, kalau benda rumah tinggalnya dipegang orang, diputar-putar karena ingin mengamati dengan seksama ... Kaivan bisa mabuk."Lampu? Kok unik ya?"Mampoos, April sudah memegang benda itu sekarang."April, jangan. Itu cuma lampu tidur, nggak ada bagus-bagusnya," cegahku.Gagal, April menepis kasar tanganku. Kembali mengamati benda di tangannya dengan seksama."Apaan, sih! Aku tu cuma mau liat!"Mungkin karena tidak nyaman ditinggal sendirian, dan mendengar suara ribut ribut dari ruang tengah, Shella menghampiri kami. Menanyakan baik-baik perselisihan yang hampir meledak."Ada apa sih pada ribut di sini?"April langsung mendahului bicara. "Kak Naya, Shell. Masa lampu tidur begini aja dipinjam nggak boleh. Emangnya aku ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status