Home / Romansa / Nafsu Gelap Sang Majikan / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Nafsu Gelap Sang Majikan: Chapter 181 - Chapter 190

317 Chapters

Chapter 180

Martin berjalan masuk ke dalam gedung perusahaannya yang besar, kali ini dia hanya mengenakan kaos biasa tanpa setelan jas yang mewah, dan dengan hanya celana santai panjang biasa. Dia menjadi bahan pembicaraan di sana, tujuannya juga hanya satu, dia hanya ingin mengetahui apakah terjadi sesuatu pada bisnisnya, dan kini dia mengadakan rapat dadakan dimana dia akan menjalankan sesuatu yang tidak akan merugikan perusahaannya. "Dimana Ibrahim?" tanyanya saat dia sama sekali tidak menemukan Ibrahim di kursinya. "Dia meminta izin hari ini untuk tidak datang, Pak.""Lagi?""Ini hari pertamanya izin dalam waktu sebulan, Pak." "Baiklah kita mulai tanpa dia, rapatnya." Para karyawan sudah sudah duduk di kursinya masing-masing dan Martin memulai rapatnya. Ini adalah pertama kalinya Martin menghadiri rapat tanpa pakaian resmi, tidak masalah, siapa yang akan marah, toh dia pemilik utama perusahannya. Dan hal yang dia bicarakan adalah rencana yang akan dilakukan oleh perusahaannya jika kembali
Read more

Chapter 181

Sebuah kamar hotel yang terlihat berantakan, Raisi bersama Lizzia terlihat pulas tertidur di ranjangnya. Mereka sudah melalui malam yang liar dan hebat, juga menyenangkan, dan hal yang disukai Raisi adalah saat dia mampu melupakan Andira ketika bersama Lizzia. "Pagi," kata singkat yang diucapkan Lizzia saat dia membuka matanya dan Raisi sedang menatapnya. "Pagi," balas Raisi, mereka saling menatap dengan selimut yang menutupi separuh tubuh mereka.Dan mereka hanya saling bertatap-tatap hingga ponsel Lizzia kemudian berdering. "Tunggu," ucapnya, dia membangunkan tubuhnya dan mengambil ponselnya yang berada di atas meja kecil di samping tempat tidur. Dia melihat nama Nigel di dalam ponselnya. "Iya, ayah?" "Kau dimana? Ha? Kenapa tidak pulang dan tidak memberitahuku?!" Suaranya membentak, mendengar itu, Lizzia merasa sedikit panik, tubuh eksotis yang indah itu turun dari ranjang, dia nampak tak memakai busana apapun, dia menghindar dari Raisi, dan masuk ke dalam kamar mandi. "Aku s
Read more

Chapter 182

Lizzia beberapa kali menelan ludahnya saat dia menemukan bahwa Nigel saat ini tepat berada di hadapannya. Matanya cukup membulat dan rasa takut muncul dalam dirinya akan dihukum. Dia sedikit memundurkan tubuhnya dan bibirnya sedikit menganga, kedua kelopak matanya juga berkaca-kaca. "Hello sayang," ucap Nigel, tersenyum pada Lizzia yang kini berusaha menggerakkan tangannya dan ingin menutup pintu, namun tangan Nigel dengan cepat menahan pintunya dari depan dan dia juga melangkah masuk hingga ke bingkai pintu. "Dengan siapa lagi kau tidur malam ini? Kenapa tidak memberitahu ayah? Sayangku?" Lizzia tidak menjawab, dia hanya menelan ludah, bibirnya kaku, dan tiba-tiba, Raisi yang terlihat mengenakan handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya kini muncul dan berkata, "Ada apa? Zia? Kenapa berhenti?" Raisi bertanya namun pertanyaan itu terjawab saat dia sendiri melihat Nigel di hadapan Lizzia. "Halo Raisi, bagaimana kabarmu keponakanku? Bagaimana dengan ayahmu?" tanyanya, dia masih be
Read more

Chapter 183

Martin dan Syarif saat ini menuju ke rumah Ibrahim, dia sudah menghubungi Ibrahim berkali-kali, namun Ibrahim tidak menjawab bahkan beberapa saat yang lalu ponselnya sudah tidak dapat dihubungi. Martin terlihat tenang, namun dalam benaknya betul-betul berpikir keras, dimana adiknya? Dimana Hatice? Kenapa harus Hatice? Apa salah adiknya? Pertanyaan itu terus menjelma dalam benak Martin. Bukan hanya ke rumah Ibrahim, namun Martin juga akan ke suatu tempat yang lain.Dia akan ke rumah teman Syarif, seorang pengangguran yang pandai dalam semua hal yang berbau teknologi, komputer, dan bahkan meretas, walau Martin tau bahwa Ibrahim juga cukup pandai dalam melakukan hal yang berbau teknologi dan sebagainya, namun dia tidak ingin bekerjasama dengan Ibrahim, dia sudah muak dengan pria yang satu ini. "Martin?" Ibrahim saat membuka pintu dan melihat Martin tepat berada di hadapannya. "Sore, Ibrahim," sapa Martin. Ibrahim, dia terlihat menampilkan wajah lusuh dsn terkejut, rambutnya agak berant
Read more

Chapter 184

"Apa kau yakin melihat bercak darah di sini?" tanya Ibrahim pada Syarif yang sedang membungkuk memeriksa, dimana bercak darahnya? Dimana pecahan belingnya? Kenapa semuanya hilang? Beberapa helai rambut, kenapa bisa menghilang secara tiba-tiba? "Aku yakin.""Aku rasa kau hanya melamun sejak tadi, ayo, kita masih punya banyak urusan," ucap Martin. Sementara Syarif, dia menatap Ibrahim dengan tatapan curiga, dia semakin curiga saat dia melihat leher Ibrahim seperti berkeringat. Namun tanpa bukti, dia tidak bisa menuduhnya, apalagi, Martin sudah terlanjur percaya dengan Ibrahim. "Bukan percaya, hanya saja tidak mungkin dia melakukannya, dia," kata Martin, mereka berjalan ke arah mobil. Syarif hanya menggeleng, dia terlihat mengambil catatannya, dia menulis sesuatu. "Tersangka pertama, Ibrahim." Dia mengucapkannya sambil menulisnya di dalam catatannya. "Kenapa menjadikan Ibrahim sebagai tersangka?" "Siapa saja bisa menjadi tersangka, bahkan Anda Tuan," kata Syarif, kemudian membuat
Read more

Chapter 185

"Kau bisa melacaknya? Aku hanya ingin tahu siapa yang melakukan semua ini padaku. Meretas dan selalu menghubungiku, dia bahkan tidak mengancamku atau memberinya uang yang banyak, apa yang dia inginkan dariku," keluh Martin, dia terlihat seperti sangat lelah. "Aku bisa, tapi Anda seharusnya memberiku uang dimuka," balasnya. Saat ini, mereka telah tiba di rumah seorang peretas, atau seorang ahli yang tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan keahliannya selain bermain video game, mengancam seseorang dengan mencuri akunnya, dan sebagainya, dia tidak bisa memanfaatkan keahliannya dalam hal yang lebih berguna, daripada pada hal kebaikan. Syarif harus berusaha agar temannya ini tak ketahuan polisi lain. "Ayolah, Andre, lakukan saja dulu, kau tidak usah menanyakan tentang uangnya. Jangan cemas tentang uangnya!" Syarif menatap temannya itu dengan tatapan yang mengancam. Andre sendiri memiliki badan yang cukup berisi, atau mungkin sudah sangat berisi, wajahnya masih terlihat muda dan juga leba
Read more

Chapter 186

Mobil Martin Dailuna melaju kencang di jalan raya, dia meninggalkan Syarif di belakang. Di sini Syarif dan juga teman gendutnya berdiri menatap mobil Martin yang seketika melaju kencang. "Apa dia akan membayarku?" tanya Andre. "Dia membayarku dengan sangat banyak tapi aku tidak terlalu melakukan apa-apa, kau jangan cemas masalah uang.""Ha? Ya, kau benar, aku tidak perlu cemas masalah uang, karena kau tahu rumahnya bukan?" Mendengarnya, Syarif menoleh ke arah Andre dan hanya bisa menggeleng. Dan Martin, dia tentu saja marah besar, kenapa media yang dia percaya ternyata telah mengkhianatinya. Apa Rami tahu semua ini? Itulah yang ingin diketahui oleh Martin, kenapa Rami tidak begitu berhati-hatilah. Wajah Martin saat ini berada di setiap halaman koran, dan sosial media, bahkan dalam waktu sepakan penuh dirinyalah yang terus dibicarakan. Media banyak mendapatkan uang dari kasusnya, bukan masalah uangnya, namun nama dirinya semakin dibicarakan keburukannya. Kini mobil Martin berada
Read more

Chapter 187

"Aku tidak tahu kalau dia akan ke rumahmu! Dia tidak memberitahuku!" Andira, suaranya terdengar tegas namun berbisik-bisik, dia berada di dalam dapur dan berniat untuk memasak sesuatu, untuk Martin. Saat ini, ras lelahnya sudah hampir menghilang dan yang dia inginkan adalah menyidangkan makanan yang lezat untuk Martin. "Tidak! Aku tidak ingin lagi melakukannya!" Suaranya semakin tegas dan berbisik. "Baiklah Ibrahim! Aku akan melakukannya!" Lalu dia mematikan ponselnya tiba-tiba juga kemudian melanjutkan pekerjaannya. Saat makanan sudah siap, dia kembali masuk ke dalam kamarnya, dia berlutut di samping ranjang dan mencari sesuatu di dalam sana, sebuah tas dengan berisikan, sebuah kabel dan kamera tersembunyi. Dia dengan hati bimbang kembali memasang kamera itu, di dalam kamarnya, di dalam kamar Martin, dan di dalam ruangan Martin Dailuna, dia juga diperintahkan untuk mencari dokumen penting, apa saja, di dalam ruangan Martin, yang mungkin dapat berguna. Namun Andira tak ingin mel
Read more

Chapter 188

Gadis itu melangkah cepat-cepat, keluar dari ruangan Martin dan menuruni tangga, dia melihat Martin sedang mencarinya, dengan cepat dan gugup dia berkata, "Martin!" Martin yang mendengar itu langsung berhenti dan diam dari tempatnya, ini pertama kalinya Andira tidak memanggulnya dengan sebutan Tuan di depan namanya. Martin berbalik dengan senyum tipis yang sedikit melengkung di pipinya. Saat Martin berbalik, segera Andira loncat dan memekik tubuh Martin yang jangkung. Dia memeluknya dengan erat. Martin membalas pelukan itu. "Terjadi sesuatu?" tanya Martin, tangannya berada pada pinggang Andira, gadis ini berjinjit, tangannya erat memeluk Martin, rasa penyesalan terdapat dalam hatinya. Dia tidak ingin jika terjadi sesuatu pada Martin nantinya, rasa cemas mulai muncul dalam hatinya. "Aku melihat seseorang."Mendengarnya, Martin langsung melepas pelukan tubuh Andira. "Seseorang?"Andira mengangguk. Tangannya berada di kedua wajah Martin, dia menatap kedua mata Martin yang terbingkai
Read more

Chapter 189

"Aku ingin bertemu dengannya," ucap Ibrahim pada Nigel saat dia tiba di sebuah tempat terpencil, bangunan tua di dalam hutan. "Ingat, kau menjanjikan padaku saham yang disembunyikan Martin, jika aku tidak mendapatkannya, maka kau akan berada dalam masalah!" Ancam Nigel, bangunan tua yang berbentuk seperti sebuah labirin, dan di sana terdapat banyak sekali anak buah dari Nigel. "Andira adalah anak yang penurut, kau tidak peduli kuatir," ucap Ibrahim. "Ya, memang penurut, dia bahkan mau mengisap batang keriput Martin yang tau, hanya karena kau menyuruhnya!" Nigel menyinggung. Membuat Ibrahim sedikit tersinggung dan berkata, "Itu lebih baik, Martin bahkan lebih baik karena tidak menyiksa kekasih gelapnya!" Mendengarnya, Nigel merasa lebih tersinggung, dia lalu mendorong tubuh Ibrahim yang lebih kecil darinya dan sedikit mencekiknya lalu dia berkata, "Aku rasa kita hanya satu rekan dalam hal Martin saja, bukan dalam urusan pribadi, bukan begitu, Ibrahim?" Terlihat nyali Ibrahim sedik
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
32
DMCA.com Protection Status