Home / Romansa / Nafsu Gelap Sang Majikan / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Nafsu Gelap Sang Majikan: Chapter 191 - Chapter 200

317 Chapters

Chapter 190

Di ruangan utama di rumah Martin Dailuna, Syarif kembali datang dan duduk sebagai tamu. Dia bertanya apakah dia masih dibutuhkan? "Apa Anda masih membutuhkanku?" tanya Syarif pada Martin yang sedang membaca catatan Syarif tentang suspek utamanya, Ibrahim. Namun juga dia menulis Nigel sebagai suspeknya atas dendam dan hal-hal yang melibatkan kecemburuan. Martin menghela nafas kasar lalu menaruh kembali catatan milik Syarif di atas meja. "Aku rasa aku sudah menemukan siapa pelakunya," ucap Martin. "Benarkah?""Iya.""Siapa?""Nigel, sepupuku, aku yakin dia yang melakukannya, aku sangat yakin," ucapnya. "Lalu aku?" "Aku memberitahu beberapa anggota kepolisian yang berposisi penting untuk mempertimbangkan mu, kau polisi yang baik dan juga masuk akal, aku akan memberikan Andre upahnya lewat akun rekeningmu, dan, terimakasih," ucap Martin, dia menjabat tangan Syarif. Dan Syarif berkata, "Jika Nigel bukan pelakunya, maka pikirkan lagi tentang Ibrahim. Dan jika Anda tidak menemukannya,
Read more

Chapter 191

------------------------------------------------------------------Hatiku adalah miliknya, dan hatinya adalah milikku. Gadis impianku dalam setiap nafasku. Aku akan selalu merindukannya dalam setiap detak jantungku. Dia memilikiku bahkan saat aku tak dapat melihatnya. Dia adalah alasan setiap langkahku, aku akan selalu menanti untuk kembali bertemu, dengan dia yang kurindukan. --------------------------------------------------------------------Tangan Andira menyentuh tulisan dan gambar seorang gadis yang memang cukup mirip dengannya, bagaimana mungkin dia bisa semirip ini dengan orang yang bahkan tidak pernah ditemuinya. Seberapa cinta Martin pada gadis ini. Dan kenapa Ibrahim begitu ingin membalaskan dendam pada Martin. Kematian setragis apa yang membuat Ibrahim sangat-sangat dendam pada Martin. Dan apa hubungan Ibrahim dengan gadis ini. Andira berhenti memandang gambar wajah gadis ini, dia menyandarkan kepalanya di tempat tidur dan mulai membayangkan kembali masa dimana dia b
Read more

Chapter 192

Setalah puas memukuli pria yang menayangkan video tentangnya, juga beberapa kru yang lain, Martin dan Rami sekarang keluar dari gedung studio dan masuk ke dalam mobil. "Kau ini apa-apaan! Kau bilang kau tidak akan melakukan hal bodoh!" Rami, dia terus mengomel sejak tadi, dia sendiri yang mengemudikan mobilnya dan Martin, wajahnya sedikit terluka, hanya beberapa pecahan pada bibir dan area mata. "Itu sama sekali bukan hal bodoh! Mereka pantas mendapatkannya!" balas Martin, tangannya masih mengelus-elus pelipisnya dan juga kadang menyentuh pinggir bibirnya yang terlihat pecah. "Sekarang apa? Ha? Kau akan kembali viral! Namamu akan kembali disebut, video saat kau memukulinya akan tersebar! Ah, semaunya sia-sia!" keluh Rami, dia terlihat memukul-mukul setir mobil. "Sejak awal sudah sia-sia. Aku menyesal mendapatkan wawancara saat itu." Rami hanya menggeleng-geleng. Dia hanya terlihat fokus menyetir dan tak ingin lagi membalas perkataan Martin. "Sekarang aku ingin ke rumah Nigel."
Read more

Chapter 193

Lembaran demi lembaran, Andira, yang berusia dua belas tahun sedang membaca sebuah buku, namun dia sama tidak terlihat membaca, hanya membuka lembaran-lembaran tanpa membacanya. Dia juga terlihat bosan di dalam perpustakaan, toh perpustakaan sepi dan kini hanya tinggal dirinya saja, temannya yang lain sudah kembali ke kelas, dan dia yang tidak ingin mengikuti pembelajaran tetap tinggal di perpustakaan. Dan saat dia menyimpan buku yang sempat dibacanya, dia melihat lembaran koran yang sempat dibaca oleh seorang pegawai perpustakaan. Gadis pendiam ini melangkah ke arah penjaga perpustakaan yang sedang membaca itu. "Apa aku bisa meminjamnya, Pak?" Pria dengan rambut yang sudah kehilangan rambut yang berlebih itu memandang gadis berkulit putih pucat itu, terlihat polos dan senyap. "Kau ingin ini?" Andira mengangguk dengan wajah tanpa ekspresi, hanya mengangguk memandang korannya. "Kalau begitu ambillah." Dia mengulurkan koran yang dibacanya, sambil memandang Andira dengan tatapan yan
Read more

Chapter 194

"Martin! Martin! Aku menjalankan bisnis haram ayahmu! Kau tidak ingin menolongku sekarang? Ha!" Nigel terlihat mendesak dan menatap Martin dengan sangat kecewa bercampur marah. Saat ini mereka berdua berada di ruang kerja Martin di perusahaan besar Dailuna. "Kau harus menolongku Mart!" Dia berdiri dari duduknya, menatap Martin yang masih terlihat tenang dan acuh tak acuh dengan apa yang dikatakan Nigel. "Apa yang harus aku lakukan, ini kesepakatan kau dengan ayahku, bukan aku denganmu! Ini bukan urusanku Nigel!" Martin hanya menatap Nigel tanpa harus berdiri, tatapannya sama tajam, pria berkacamata ini tampak sangat menyebalkan di mata Nigel. "Benarkah? Benarkah sekarang kau mengatakan itu? Kau tidak ingat rencana mu? Saat kau menyuruhku untuk membunuh ayahmu sendiri bajingan! Kau tidak ingat itu?" "Apa kau membunuhnya? Apa kau berhasil membunuhnya? Ha! Tidak bukan!""Tapi dia meninggal ketika itu juga Martin. Aku bisa mengatakan bahwa kaulah yang memerintahkan pembunuhan ayahmu,
Read more

Chapter 195

Nigel terlihat duduk di kursi kebesarannya, dengan kaki di atas meja, dia menyuruh Lizzia untuk segera menghubungi Martin, karena dia sudah berada di rumahnya dan sudah siap untuk berbicara dengan Martin. Nigel sendiri tidak akan pernah melupakan bagaimana dia diabaikan oleh Martin, rasa dendam dalam dirinya tidak akan pernah hilang. Martin telah menghancurkan kepercayaan Nigel, dan telah membuat Nigel membusuk di dalam penjara, kali ini, dia akan membuat Martin betul-betul hidup tidak tenang dalam masa-masa kehilangan. Karena larut dalam lamunannya dan masa lalu yang dia bayangkan, Nigel tidak mendengar ketukan dari pintu yang tak tertutup. Hingga pelayannya betul-betul masuk dan berkata, "Tuan, sepupu Anda sudah tiba." Pelayanannya tanpa berani menatap Nigel. Kini Nigel sudah terbangun dari lamunan masa lalunya dan berkata dia, "Antar dia kemari." Tidak lama kemudian, Martin datang dan pintu tertutup. Nigel berdiri dari duduknya, terlihat ruangan itu agak pengap dan gelap, tak a
Read more

Chapter 196

"Aku akan pergi, di sini hanya buang-buang waktu." Martin, dia memasukkan ponselnya ke dalam saku miliknya. Dia berdiri dan berniat pergi. "Minuman mu bahkan belum datang, kenapa buru-buru?" Nigel ikut berdiri seiring berdirinya Martin. "Aku adalah seorang pebisnis, aku punya banyak urusan, jika bukan kau yang melakukan ini padaku maka berarti ada yang lain. Jadi aku mohon, biarkan aku pergi," ucap Martin lagi, dia berniat pergi dari sana namun kembali Nigel masih bersikeras menahannya. "Ayolah Mart. Kenapa harus buru-buru, apa ad sesuatu yang mengganggu?" Nigel, dia masih berdiri di belakang meja menatap ke arah Martin. Martin yang kesal sekaligus mulai cemas kini memilih untuk berbalik dan berkata lagi, "Apa yang kau inginkan dariku? Katakan, katakan Nigel, kenapa kau melakukan semua ini?""Semua apa?" Mereka saling bertatap curiga, Nigel berpikir, apa Martin mengetahui sesuatu? Namun Martin hanya berkata, "Biarkan aku pergi," ucapnya, dan kembali berbalik membelakangi Nigel. K
Read more

Chapter 197

Tidak sia-sia Andira menceritakan pada Martin tentang senjata pensil runcing, bagaimana gadis itu terlepas dari pria yang pernah berniat jahat padanya, dan kini Martin, dia berdiri di depan mobilnya, bersandar dan membiarkan kaki telanjang miliknya dibasahi oleh ombak. Dia menatap laut ke depan, dia juga tidak mengobati wajah yang terluka. Perkelahian antara Nigel dan dirinya bukanlah hal yang menyakitkan baginya, sudah biasa dia dipukuli, dicambuk dan disiksa, dan pukulan Nigel bukanlah apa-apa. Benaknya, kini dipusingkan oleh adiknya, dan siapa pria utama yang telah melakukan ini padanya. Dia hanya diam menatap laut lepas beserta kapal-kapal laut yang berlayar jauh di sore hari. Martin mengingat Andira, dan segera menghubungi gadis yang selalu berhasil membuatnya lupa akan masalah-masalah yang dia hadapi. Dia juga berharap tidak terjadi apa-apa pada anak-anaknya yang tidak bersalah. Mungkin saat ini anak-anak Martin malu bertemu dengan ayah mereka. Martin sadar betul, bahwa untuk
Read more

Chapter 198

Andira terlihat membersihkan wajah Martin dan mengobati luka wajah Martin, dengan kapas dan beberapa bahan kimia. Martin bahkan tidak mengeluh sakit saat Andira mengobatinya. Rasa perih dari luka itu mungkin sudah tidak begitu berpengaruh dalam tubuh Martin, dia sudah sering mengalaminya, ibunya sering kali mengobati luka pada wajahnya dan dokter sering kali mengobati luka pukul dan cambuk dari tubuh Martin. "Kau tidak menggunakan kacamata?" tanya Andira, tangannya masih sibuk mengobati luka Martin. "Aku tinggalkan di ruangan Nigel, itu sudah pecah, sudah tidak bisa digunakan." Martin menjawab dengan nada suara pelan, dia menatap Andira dengan senyum di bibirnya dan berkata lagi, "Jangan cemas, tanpa kacamata pun wajahmu masih terlihat begitu jelas," ucapnya, sekali lagi membuat Andira tersenyum malu. "Lalu? Apa dia yang melakukan semua ini, menculik Nyonya Hatice dan masalah lainnya?" Tangan Andira terlihat sudah selesai dan sedikit perban pada wajah Martin, dia kembali memasukkan
Read more

Chapter 199

Martin tidur menyamping di samping Andira, sikutnya berpijak pada ranjang dan tangannya menopang kepala milik Martin, dia menatap Andira dengan perlahan melihat bahwa gadis ini adalah gadis lain yang telah meninggalkannya dua puluh dua tahun yang lalu. Martin menyentuh lembut helaian rambut Andira, gadis ini hanya menatap pria yang sedang menatap ke arahnya, tangan kanan Martin bermain pada ujung rambut kecil Andia tang berdekatan dengan telinga. "Kau milikku, dan kau akan selalu menjadi milikku," ucap Martin sebelum dia mendaratkan bibirnya pada bibir gadis ini. Andira membalas sentuhan bibir itu, tangannya berada pada kepala Martin dan dengan lembut dia meremas rambut Martin. Martin melepas sentuhan bibirnya, memperbaiki posisi Andira dan mulai mendominasikan diri, dia meletakkan tubuh kecil Andira agar sejajar pada tubuh Martin yang panjang. Martin kini menatap gadis itu sangat-sangat berhasrat tinggi, dan dengan begitu lembut dia melepas pakaian milik Andira, seperti biasa, pri
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
32
DMCA.com Protection Status