Home / Romansa / Nafsu Gelap Sang Majikan / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Nafsu Gelap Sang Majikan: Chapter 211 - Chapter 220

317 Chapters

Chapter 210

"Apa maksudmu? Apa maksudmu dia sedang ke pusat kota?" tanya Ibrahim saat tiba di rumah yang terletak di tengah hutan. Dia menggendong putranya dan berbicara dengan Sabina yang sedang memberi makan istri dari Pak Andi. "Ya, dia mengantar Randy ke kota, katanya Randy tersesat," jawab Nadira dengan balasan jujur dan masih fokus menyuapi wanita tua yang tak berbicara dan hanya menatap kosong ke depan. Mata Ibrahim nanar mendengarnya dan bertanya lagi, "Apa mereka sudah lama pergi?""Cukup lama, buktinya makanan nenek sudah mau habis," jawab Sabina. Ibrahim diam dan berpikir, dia bernapas cepat dan menelan ludah, dia mengembalikan Cihan pada kereta bayi dan sambil bersiap untuk pergi dia berkata lagi, "Aku akan pergi, dan kau, jaga nenek baik-baik ya." "Iya Om." Segera Ibrahim berjalan lincah keluar dari rumah kayu yang cukup luas dan enak dipandang itu, dia menancapkan laju mobilnya dan dia berharap agar Pak Andi sudah tidak terlalu jauh. "Sialan! Dasar Tua!" Dia memukul-mukul seti
Read more

Chapter 211

Mata Martin menatap Andira yang berada di ujung tangga, di atas sana dia menatap gadis itu berdiri menampilkan mata indahnya yang mungkin sedang cemburu. Dengan cepat-cepat Martin mulai melepas pelukan Sarah namun Sarah tetap mengeratkan pelukannya dan berkata, "Aku selalu merindukanmu Mart." Pelukan erat Sarah malah membuat Martin merasa tidak nyaman dan dengan kasar dia melepasnya. "Aku tidak merindukanmu Sarah!" ucapnya dengan suara keras, dia sengaja mengatakan dengan cukup keras karena dia ingin Andira mendengarnya. Gadi itu melangkah turun melalui tangga saat dia mendengar suara deringan telpon yang berjarak tidak jauh dari ujung tangga bagian bawah. Sarah yang tadinya menatap Martin dengan kecewa kini menoleh ke arah gadis yang berjalan itu, seketika hatinya begitu panas melihat gadis pembantunya berjalan dengan bebasnya. Martin juga hanya diam menatap Andira yang kini mengangkat gagang telepon. "Iya?... Randy?" matanya membulat, menganga, begitupun dengan Martin yang mendeng
Read more

Chapter 212

"Aku hanya ingin kau berhati-hati, Nak." Pak Andi menatap Martin dengan lekat-lekat dan penuh kecemasan, mereka berada di bagian belakang halaman rumah. "Apa Anda mengenal orang ini?" tanya Martin. "Aku tidak bisa mengatakannya, aku tidak bisa menyebut namanya, tapi dia sangat-sangat membencimu.""Tapi mengapa? Mengapa Anda tidak bisa mengatakan padaku? Dan apa alasannya dia membenciku." Martin terlihat mengernyit, kedua alisnya terangkat dan wajahnya penuh rasa penasaran. "Aku hanya tidak bisa Martin. Dan... Kenapa dia membencimu? Kau telah mengambil sesuatu yang berharga darinya. Aku hanya ingin mengatakan itu, aku tidak bisa mengatakan apapun lagi. Dia terlaku kuat dan terlalu mengancam, aku tidak tahu dimana anak dan adikmu di sekap Martin, hanya saja, kau adalah target utamanya, dan ini adalah permainannya, membuatmu menderita adalah tujuannya." Pak Andi menepuk pundak kanan Martin. Dimana Martin hanya diam. Dia diam dan terpaku tak bisa lagi berkata apa-apa. "Sebaiknya aku p
Read more

Chapter 213

Pak Andi terlihat menjalankan mobilnya dengan fokus tatapannya ke depan, dia tahu bahwa jika Ibrahim mengetahui apa yang telah dia lakukan maka pasti, Ibrahim akan melakukan hal buruk pada pria tua ini. Dan saat dia membelokkan mobilnya masuk ke dalam hutan, dan di tengah-tengah, dia melihat mobil hitam sudah berada di sana. Tentu saja Pak Andi tak dapat lewat, karena padatnya pohon dia tak dapat membelokkan mobilnya begitu saja. Saat berhenti, maka keluarlah Ibrahim dari mobil hitam miliknya. Dia berjalan ke arah Pak Andi yang sudah terlihat tak baik perasaannya. "Dimana bocah itu?" tanya Ibrahim. "Siapa?""Bocah Dailuna, dimana dia?" tanya Ibrahim lagi, nada suara berat, langkah yang semakin dekat dan tatapan tajam pada pria tua beruban ini. "Aku tidak paham dengan apa yang kau katakan, Nak." "Jangan panggil aku 'Nak!' Pak Tua!'' Tatapan Ibrahim begitu tajam, dan Pak Andi memundurkan tubuhnya hingga terbentur ringan dengan mobil. Pria tua ini beberapa kali menelan ludah. "Aku
Read more

Chapter 214

Matanya buram saat mulai terbuka, kepalanya agak pusing dan kepalanya mulai terangkat, dia memandang ke depan dan masih kabur-kabur. Tangannya terasa sakit, ya tentu, kedua tangannya terikat ke belakang. Dia merasakan suhu dingin pada tubuhnya dan menyadari bahwa pakaiannya sudah terlepas, tinggal celana dalam yang dikenakannya. Keningnya juga berdarah, dan saat matanya terbuka sempurna, tatapannya menatap ke depan, dan tak lagi buram, dia melihat Nigel berdiri tegak di hadapannya. "Halo keponakan." Nigel, dia melipat tangannya di depan dada dan berdiri tegak tepat di hadapan Raisi. "Bagaimana keadaanmu? Tidak ada masalah?" tanyanya, dia terlihat berwajah malas dan tidak suka. "Paman Nigel? Kenapa kau melakukan ini padaku?" tanya Raisi dengan nada pelan yang lemah. "Well... Aku tidak melakukan ini karenamu, tapi aku menunggu ayahmu untuk datang menjadi pahlawanmu," ucap Nigel. "Aku juga tidak akan menyiksamu, jika kau memberitahuku, tentang bisnis ilegal yang pernah dijalankan oleh
Read more

Chapter 215

"Kita harus bagaimana?" tanya Rami yang berada di samping Martin yang menunduk di dalam ruangan apartemen Raisi. "Entahlah, sebelum ini aku hanya merencanakan tentang liburan," ucapnya dengan sedih. "Liburan? Kau memikirkan liburan saat ini?""Aku begitu penat saat kasus tentangku melunjak di sosial media. Aku rasa aku akan pergi sendirian, namun Andira datang dan esoknya, Hatice menghilang, lalu anak-anakku, dan di sinilah aku," ujar Martin, nada bicaranya begitu sedih, dia menunduk dan tak tahu harus melakukan apa-apa, tubuhnya lemas dan kini hanya duduk di ujung ranjang milik Raisi. Rami ikut duduk di sampingnya. "Aku tidak tahu apa masalahmu Mart, dan apa aku bisa membantumu, namun ini terlalu rumit, sangat rumit jika kita tidak melibatkan polisi," balas Rami. "Polisi tidak akan bisa berbuat apa-apa. Lagi pula, mereka sudah mencari, Sarah sudah melaporkannya, apalagi yang bisa aku lakukan?""Itu tidak cukup jika kau tidak melaporkan Nigel!""Nigel memiliki adikku dan anak-anak
Read more

Chapter 216

"Semua ini tidak ada kaitannya dengan mantan suamiku, kalian tidak perlu cemas atas apa yang akan kami lalui, dengan doa dan dukungan serta bantuan para polisi, kami akan menemukan anak kami segera," ujar Sarah di depan kamera. Martin tidak mengizinkan Sarah untuk memberitahu media bahwa Randy sudah ditemukan, dia hanya menyuruh Sarah untuk berbicara dengan jurnalis tentang perkembangan pencarian. "Apa Anda mencurigai seseorang? Atau adakah petunjuk akan hilangnya anak Anda?" tanya salah seorang jurnalis wanita. "Aku tidak tahu harus mencurigai siapa, selama ini kami tidak memiliki seorang musuh, kami juga tidak dihubungi oleh seorang untuk meminta jaminan, kami sama sekali tak memiliki petunjuk selain jejak-jejak yang sering dilalui anak-anak kami ketika pulang sekolah. Mungkin hanya itu yang bisa saya jawab," jelasnya, berniat masuk ke dalam mobilnya. "Apa pembantu Anda masih berhubungan dengan Tuan Martin Dailuna?" Sarah menolak menjawab dan masuk ke dalam mobil, dia menutupnya
Read more

Chapter 217

"Sabina, kita akan kembali ke rumah sebelumnya, kau harus merawatnya ya?" tanya Ibrahim pada Sabina yang berdiri di hadapannya. "Kita tidak berada di sini lagi? Bagaimana dengan Kakek?" tanya Sabina. "Dia ada urusan dan akan kembali dalam waktu yang lama, di sini tidak lagi aman," ujar Ibrahim. "Baiklah, apa lagi yang bisa aku katakan, kata ibu, aku harus mendengarkan apa yang Paman katakan, bukan." Ibrahim tersenyum, dia menepuk lembut pipi Sabina. Mereka segera berkemas, Ibrahim melihat ibunya yang hanya duduk diam dengan uban di kepalanya. Dia mencium pucuk kepala sang ibu dan berbisik, "Aku akan membawakan Martin ke hadapan mu, dan dalam keadaan tak berdaya, ibu." Mendengar apa yang dikatakan oleh Ibrahim, wanita tua ini menampilkan senyum tipis dengan mata yang masih tak berkedip. Dia lalu menggendong tubuh si wanita tua, membawanya masuk ke dalam mobil, begitupun Sabina yang menggendong putra Ibrahim. Ibrahim sendiri mengemas dan saat berada dalam kamar orang taunya, dia m
Read more

Chapter 218

"Bagaimana caraku membantumu?" tanya Martin pada Lizzia yang berada di hadapannya. "Sembunyikan aku, aku mohon, jauhkan aku dari ayahku," ucap Lizzia terlihat penuh pengharapan. "Paman, hanya paman yang bisa menyelamatkanku dari ayahku...,""Apa yang telah dia lakukan padamu?" tanya Rami memotong pembicaraan Lizzia. Mendengar pertanyaan itu, mata Lizzia berkaca-kaca, dia terlalu malu mengatakannya. Karena tak ingin menyinggung perasaan gadis ini, Martin dan Rami langsung saja mengajak Lizzia untuk ikut dengan mereka."Berikan ponselmu," ucap Martin, mengulurkan tangannya ke belakang, ke arah Lizzia duduk di kursi belakang mobil dan Lizzia pun memberikannya. "Kau sudah mengirimkan rekaman itu padaku?" tanya Martin lagi. "Sudah aku kirim."Setelah mendengar jawaban itu, dengan cepat Martin melempar ponsel milik Lizzia pinggir jalan setelah menonaktifkan ponselnya. "Kau ingin disembunyikan, maka ponselmu harus disingkirkan." Lizzia hanya diam mendengarnya, dia tahu bahwa hanya Marti
Read more

Chapter 219

Nigel terlihat begitu kesal saat dia beberapa kali menghubungi nomor Lizzia namun tidak dapat dia hubungi, dia juga kini mengunjungi tempat-tempat yang sering dikunjungi gadis itu. Dan saat dia tidak menemukannya, dia terus saja memukul-mukul setir mobilnya. "Aku betul-betul akan membunuhnya jika aku menemukannya!" Dia kini mengarahkan mobilnya pulang ke rumahnya, dia mengamuk di sana, memarahi para pelayan yang tak bersalah. Dan setelah puas memarahi para pelayan yang tak bersalah karena menuduh salah satu dari mereka menyembunyikan Lizzia, kini Nigel bergegas ke rumah ayahnya. Ryan Dailuna yang tengah menikmati masa pensiunannya di rumah sederhana yang nyaman. "Apa ayah yang menyembunyikan Lizzi?" Mata Nigel nanar menatap sang ayah. "Kenapa aku harus menyembunyikan pelacur mu?" Si tua Ryan membalas tatapan Nigel yang sama tajamnya. "Dengar! Kau pernah sekali menyembunyikan dia, kenapa sekarang aku harus berpikir bahwa bukan kau yang melakukannya!" Dia mengangkat kera baju pria
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
32
DMCA.com Protection Status