Semua Bab Harem milik Suamiku: Bab 71 - Bab 80

129 Bab

Bab 71 : Digrebek

"Pak, bisa saya minta tolong satu lagi?" pinta Marigold dengan mengerahkan semua aktingnya."Apa yang bisa saya bantu lagi?" tanya pak satpam yang menemaninya berjalan menuju lobi apartemen."Apa anda bisa mengantarkan saya ke lantai empat? Waktu saya muntah tadi, kartu kunciku jatuh entah dimana.""Lantai empat? Apa itu unit anda berada?" tanya pak satpam memastikan.Marigold mengangguk dengan tatapan memohon."Baiklah.""Terima kasih," ucap Marigold dengan mengangguk sopan, padahal dalam hati bersorak gembira, "Yes. Berhasil!"Jika bukan penghuni, tidak akan bisa mengakses lift. Jadi Marigold harus bisa merayu pak satpam untuk membantunya hingga ke lantai empat. Untung saja, tadi Marigold sempat melihat angka di atas kotak lift saat Nolan dan si tante itu masuk. Marigold sampai harus memicingkan mata hingga nyaris copot ketika memelototi angka berwarna merah di dinding."Itu dia," gumam Marigold setelah keluar dari kotak besi itu. Marigold berjalan cepat, menyusul Nolan yang berangk
Baca selengkapnya

Bab 72 : Jorok

Sroot-sroot... Marigold membuang ingus untuk kesekian kalinya. Air mata Marigold mengalir tanpa henti. Marigold menangisi hatinya yang patah karena Nolan ternyata benar-benar seorang gigolo. Marigold melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana mantan kekasihnya itu bersikap sangat romantis pada tante kaya itu. "Mbak, nanti waktu turun taksi, jangan lupa bekas tisunya tolong dibawa. Jangan dibuang di dalam mobil ya. Itu jorok," tegur ketus sopir taksi yang ditumpangi Marigold setelah meluncur keluar dari lobi apartemen Nolan si mantan luknut yang menjadi gigolo untuk tante kaya, menuju apartemen lamanya. Marigold memberikan pelototan jengkel pada sopir yang nyinyir. "Kalau bapak mau bantu buang bekas tisu ini, aku akan kasih uang tip yang banyak," semprotnya kesal. Dirinya tentu saja tahu sopan santun yaitu membuang sampah pada tempatnya. Marigold kesal diejek jorok oleh si sopir menyebalkan itu. "Ck, dasar orang kaya sombong." Marigold geram dengan komat-kamit mulut nyinyir si s
Baca selengkapnya

Bab 73 : Max yang resah

Di kantor Max.Max baru saja meletakkan ponselnya di meja, ketika tiba-tiba pintu ruangannya terbuka. Zahra, sekretarisnya berusaha mencegah seorang pria masuk ke dalam ruangannya."Maafkan saya, Tuan Max. Tuan ini memaksa masuk. Saya tidak bisa mencegahnya," ucap Zahra meminta maaf."Tidak apa. Sekarang keluarlah." Tanpa mengalihkan tatapannya dari tamu yang menerobos ruang kerjanya, Max mengibaskan tangannya menyuruh sekretarisnya pergi."Baik."Blam."Mau apa kamu datang kemari, Archie?" tanya Max dengan ketus sambil bersandar di kursi kerjanya, lalu menyatukan kesepuluh jarinya."Aku hanya ingin ngobrol denganmu.""Cepat katakan saja apa maumu!" gerutu Max sambil mengambil ponsel dan membuka games menyusun angka. Max tidak ingin Archie tahu bahwa dirinya tegang dan waspada. Max mengubah sikap tubuhnya sesantai mungkin, seolah kemunculan Archie tidak berarti apa pun untuknya.Archie tersenyum dingin melihat Max yang bersikap acuh tak acuh. "Aku yakin, kakek tentu sudah bilang padam
Baca selengkapnya

Bab 74 : Mood Marigold

"Marigold, kamu baik-baik saja?" seru Max yang berlari mendekati istrinya. Max memegang erat kedua bahunya dan sedikit mengguncangnya."Aku.." Marigold tidak bisa meneruskan jawabannya karena tubuhnya dipeluk erat tuan milyader."Aku mengkhawatirkanmu."Marigold terkejut mendengar Tuan Max memberikan perhatian padanya. Dengan sedikit panik, mata Marigold bergerak liar mencari Nina, seolah ingin meminta kepastian bahwa apa yang didengarnya itu bukan karena telinganya berdenging, melainkan sebuah ungkapan isi hati.Tetapi... sialan!Nina tidak ada dimana pun. Dimana sepupunya itu? Masa dia menghilang begitu saja?"Eng.. Tuan Max," cicit Marigold yang merasa gelisah dipeluk tuan milyader. "To-long lepas. A-aku ti-tidak bisa nafas."Merasakan gerakan protes dari Marigold, Max melonggarkan pelukannya. "Maafkan aku. Aku hanya ingin memastikan bahwa kamu benar-benar dalam pelukanku. Aku mencarimu kemana-mana. Kamu baik-baik saja kan, Marigold?" tanyanya memastikan sambil menelusuri sekujur t
Baca selengkapnya

Bab 75 : Mood Nina

Reaksi Martin berbeda dengan reaksi Max setelah berhasil mendobrak pintu apartemen Marigold. Max yang panik segera menghampiri istrinya dan mencecarnya dengan kekhawatirannya. Sedangkan Martin.. berdiri dengan syok saat melihat kondisi apartemen yang porak poranda, seolah diterjang angin puting beliung.Kres..Sepatu pantofel Martin yang mengkilap tidak sengaja menginjak bungkus camilan. Martin berdecak kesal saat sisa selai camilan itu terciprat ke sepatu hitamnya. Dengan jijik, Martin mencoba melewati lautan kekacauan ini hingga duduk di sofa, dimana Nina sedang duduk dan memandanginya dengan sebal."Kamu ini wanita kan?" omel Martin sambil memasang wajah jengkel pada Nina yang dengan polosnya menjilat ujung jari telunjuknya. "Kenapa jorok sekali?""Satu menit yang lalu aku sudah memastikan diriku, kalau aku adalah wanita tulen. Tapi entah satu menit ke depan, aku tidak tahu akan berubah menjadi spesies apa," jawab Nina acuh tak acuh sambil melemparkan dua butir kacang ke mulutnya.
Baca selengkapnya

Bab 76 : Frustasi

Kemudian...Kedua pria tampan yang duduk bersebelahan di mobil, saling melirik satu sama lain. Martin duduk di kursi pengemudi dan Max di kursi penumpang depan. Mobil itu sedang melaju ke Edelweis Mansion. Max mengizinkan Marigold untuk menghabiskan waktu beberapa hari di apartemen lamanya."Kenapa dengan wajahmu?"Pertanyaan itu dilontarkan bersamaan.Max tergelak melihat ekspresi Martin yang cemberut seperti habis menikmati semangkuk penuh pecahan beling dan paku. Sedangkan Martin, dengan muram memperhatikan ekspresi ceria Max yang membuat silau dan bercahaya bak aura orang suci dan para santa."Kita perlu mampir ke IGD?" tanya Max dengan menahan gelak tawa. "Luka di bibirmu membutuhkan perawatan ekstra dari suster cantik nan seksi supaya cepat sembuh.""Brengsek! Tidak perlu mengejekku," geram Martin jengkel sambil mengelus sudut bibirnya yang pecah. "Berapa ronde yang diberikan istrimu? Wajahmu terlihat terlalu sombong, tidak mungkin hanya satu ronde permainan.""Ha-ha-ha.."Marti
Baca selengkapnya

Bab 77 : Si playboy Martin

Setelah mengantarkan Max ke Edelwise Mansion, Martin pulang ke apartemennya.Drrrtt-drrtt-drrrtt.Martin menggeser tombol hijau. Sejurus kemudian nampaklah seraut wajah cantik di layar ponselnya. Sebuah panggilan video call membuat senyum Martin mengembang."Halo Nina?" sapa Martin sambil meletakkan kotak p3k beserta kompres es di atas meja, lalu duduk di kursi menghadap ke arah layar ponsel yang disandarkan pada sebuah toples biskuit. "Ada apa meneleponku?""Martin, apa wajahmu baik-baik saja?" tanya Nina yang ekspresi wajahnya terlihat khawatir di layar ponsel. "Kenapa tadi kamu buru-buru pulang? Harusnya kamu membiarkan aku mengobati lukamu, Martin.""Jangan khawatir," ucap Martin menenangkan Nina yang mencemaskan dirinya. Perhatian gadis cantik itu membuat dirinya merasa.. senang. "Lihat, sekarang aku sedang merawat lukaku. Aduh..""Apakah sakit?" desak Nina dengan raut wajah yang berkerut cemas melihat Martin yang tiba-tiba mengaduh kesakitan saat mengompres sudut bibirnya dengan
Baca selengkapnya

Bab 78 : Istri kembar Max (1)

Akhir pekan.Max menarik-narik dasi kupu yang mencekik lehernya. Mobil membawanya menuju rumah keluarga Lily dan Peony, istri Max yang kembar. Mereka berdua akan merayakan ulang tahun di kediaman mewah keluarga mereka. Pesta meriah ini diadakan sore hari hingga malam nanti.Cklek."Silakan Tuan Max," ucap Pak Umar sopir pribadinya membukakan pintu mobil untuknya.Max sambil keluar dari mobil, memandang ke sekeliling taman hingga ke teras yang sudah penuh dengan para tamu. Max merapikan jas tuxedo nya agar tidak ada lipatan serta kerutan kain yang terlihat."Anda bisa menghubungi saya jika ingin meninggalkan tempat ini," lanjut Pak Umar sambil menutup pintu mobil."Hm-hm." Max mengangguk samar atas informasi yang diberikan sopirnya.Rencananya, Max akan berada di pesta ini selama satu hingga dua jam ke depan. Berbasa-basi sedikit dengan keluarga mertua, mengucapkan selamat ulang tahun pada kedua istri kembarnya, serta menikmati sedikit menu hidangan disana sekedar menunjukkan sopan san
Baca selengkapnya

Bab 79 : Istri kembar Max (2)

Tiba-tiba..Sebuah dering ponsel terdengar nyaring, membuat Lily dan Peony yang sedang bersiap untuk keluar dari kamar untuk menghadiri pesta ulang tahun mereka, seketika menjadi panik. Keduanya bergegas kembali mendekati tubuh maskulin yang tergeletak lemas di ranjang akibat obat tidur yang diberikan Lily dan Peony. Keduanya segera menggeledah jas dan saku celana untuk menemukan ponsel Max yang terus berdering nyaring tanpa henti. Si kembar tidak ingin apa pun dan siapa pun yang boleh mengganggu rencana mereka."Ini dia ponselnya.""Cepat matikan."Belum sempat tombol off ditekan, dering itu berhenti dengan sendirinya. Syukurlah ponsel itu tidak berisik lagi. Lily dan Peony menghembuskan nafas sangat lega. Dan sebelum si kembar menekan tombol daya mati, masuklah sebuah pesan ke ponsel Max."Dari siapa?""Tuan Martin.""Jawab saja, kalau tuan Max sedang bersama kita. Dia tidak perlu menunggu. Atau.. bilang saja kalau Tuan Max akan menginap bersama kita. Akh, terserah kamu saja mau ket
Baca selengkapnya

Bab 80 : Kejengkelan Marigold

Sudah hampir empat jam Marigold menunggu dengan super-super jengkel, kedatangan tuan milyader di apartemen lamanya. Kepala Marigold yang sudah mengeluarkan tanduk kejengkelan, membanting marah pintu apartemennya, lalu berjalan mondar-mandir tidak sabar di lobi apartemennya. Marigold sudahh tidak tahan lagi menunggu Max yang benar-benar seperti karet molor."Sebenarnya ada dimana bosmu itu, hah?! Kenapa dia lama sekali datangnya? Tuan milyader tidak mungkin tersesat kan?! GPS yang dimiliki Tuan Max pasti yang paling canggih sedunia. Lagian, kenapa kamu tidak datang bersamanya?" sembur Marigold marah pada Martin yang duduk tenang sambil membaca koran di sofa lobi. Marigold berkacak pinggang, memandang kesal pada asisten pribadi Tuan Max itu. Bukan suami tampannya yang datang, eh... malah asisten julid nya yang nongol. Bikin bete saja!"Tuan Max menyuruhku datang lebih dahulu untuk membawa koper dan keperluannya selama menginap di kampung halaman anda, Nyonya Marigold. Tuan Max bilang ak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status