Home / Romansa / Cinta karena Balas Dendam / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Cinta karena Balas Dendam: Chapter 21 - Chapter 30

87 Chapters

Bertemu Seseorang

“Makanlah, biar aku yang jaga Tegar,” ucap Kienan memberikan 2 kotak nasi yang dia beli di kantin rumah sakit.Ziya tampak malas menerima kotak makanan itu. Sebenarnya Ziya masih tidak bernafsu untuk makan, mengingat Tegar yang masih belum sehat. Tadi sore sudah keluar test darahnya. Tegar yang masih bayi itu di diagnosis terkena deman berdarah.  “Ziya ...!” panggil Kienan lembut sambil menyentuh bahunya sebelum meletakkan nasi kotak tadi di nakas.Ziya mendongak menatap Kienan sebentar kemudian kembali menunduk. Dia tahu apa yang akan dilakukan Kienan, karena Ziya sudah meliriknya. Kienan menyendok nasi dan ikan dari kotak makan itu. Menyodorkannya di depan mulut Ziya.“Makanlah, aku suapi ya!”Perlahan Ziya menepis sendok itu dan menimbulkan decakan pada bibirnya. Melihat hal itu Kienan tidak sabar. Ziya yang sudah tidak bertenaga dan pastinya mungkin kelaparan. Semalam tidak makan dan harus menjaga Tegar
Read more

Menghukum Bibir Kamu

“Sudah lama saya mencari kamu, Ziya. Saya mendatangi rumah Zoya yang ternyata dia juga sudah bercerai dengan suaminya,” papar pria yang dulu dia kenal dengan baik sebagai orang kepercayaan keluarganya.“Iya, Pak. Kakak Zoya sudah bercerai.” Ziya membernarnya ucapan mantan pengacara keluarganya, yang bernama Pak Dirman.Sesaat Ziya sadar kalau meninggalkan Tegar makanya tidak bisa berlama-lama. “Maaf. Ada apa ya Bapak mencari saya?”“Ada yang ingin saya jelaskan sama kamu soal surat wasiat, tapi saya tidak bisa bicara di sini. Ah, ini ada kartu nama saya. Hubungi saya kapanpun kamu bisa, tapi secepatnya ya!” Pak Dirman memberikan sebuah kartu nama pada Ziya.Ziya menerima kartu nama tersebut dan langsung memasukkan ke dalam saku celananya meskipun banyak pertanyaan di pikirannya. “Baik, Pak.”“Tapi kalau bisa jangan sama Zoya ya! Karena ini antara saya dan kamu,” tambah Pak Dirm
Read more

Rencana Terselubung

“Ini permintaan kamu!” Suara tegas dan dingin Kienan. Menyodorkan map berwarna merah di hadapan Ziya.“Apaan?”“Terima, bukalah dan baca ... kalau mau tahu.”Ziya sengaja belum mau menerima map itu. Akhirnya Kienan hanya bisa meletakkan di hadapannya, di depan meja saat ini Ziya duduk.Tatapan mata Ziya seolah enggan bertemu dengan pemilik rumah itu. Mengingat kejadian semalam, yang membuat dia kesal dan marah. Dengan santainya Kienan melabuhkan bibirnya di semua sisi wajahnya. Kalau saja Tegar tidak terbangun mungkin pria itu akan meneruskan aksinya.“Kamu masih marah soal semalam?”Tanpa mau menjawab, sebenarnya Ziya tidak tertarik dengan yang Kienan tunjukan. Ziya lebih tertarik dengan pikirannya sendiri, bagaimana caranya agar dia bisa bertemu dengan Pak Dirman tanpa sepengetahuan Kienan. Kalau meminta waktu untuk keluar pasti tidak akan diijinkan.“Ayo, berpikirlah, Ziya! Mung
Read more

Perlakuan Manis Ziya

Ziya terbangun karena dering suara adzan dari ponselnya. Buru-buru dia raih supaya Tegar tidak terbagun, karena Ziya akan melakukan sholat Subuh dulu. 10 menit kemudian Ziya sudah selesai dengan kewajibannya sebagai umat muslim.Kakinya berjalan mondar-mandir untuk berpikir, mewujudkan rencananya. Dia mulai menuju balkon di luar kamarnya. Berdiri di sana yang menghubungkan dengan pemandangan luar rumah. Pemandangan yang harusnya indah, namun hanya di batas luar saja. Saat memasuki rumahnya, hanya dendam yang ada.Ziya menuju outdoor AC di kamarnya yang kebetulan terletak di samping balkonnya. Entah apa yang dia tarik hingga kabel di sana terlepas. Tak lupa dia menancapkan kembali tetapi dengan tidak benar. Setelah itu dia akan coba menyalakan AC-nya, alhasil suhunya tidak dingin sama sekali. Mungkin yang dia cabut tadi adalah yang membuat menjadi dingin.Senyum mengembang, setelah ini dia akan bilang pada Kienan kalau AC nya tidak dingin dan memanggil tukang AC.
Read more

Terjawab Rasa Penasaran

Seorang pria tampan sedang berulang kali melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu yang disepakati telah berlalu. Tak tanggung-tanggung, telatnya hampir 1 jam. Sedangkan sang asisten terlihat gusar dengan ponsel yang masih tertanjam di telinganya.Ya, pria itu adalah Kienan dan Arman. Pertemuannya dengan pimpinan Gemilang Group mengalami keterlambatan.“Gimana, Man?” tanya Kienan frustasi, sudah hilang kesabaran. Mungkin benar yang orang bicarakan. Pekerjaan paling membosankan adalah menunggu.Arman mengelengkan kepala. “Belum bisa tersambung, Pak!”“Oke, batalkan saja!” perintah Kienan tegas. Dia sudah terlanjur kecewa.Hendak berdiri dan melangkah pergi. Namun, kedatangan Bian menghentikannya.“Maaf, saya terlambat! Tadi ada sedikit masalah di jalan,” ujar Bian dengan mengatur napasnya. Dia yakin pimpinan Moreno Group itu pasti kecewa dengan keterlambatannya.&
Read more

Menjinakkan Macan Hidup

Ziya berhasil keluar dari kamar Kienan, setelah dia berhasil menendang senjata pria itu dengan lututnya. “Hem ... siapa suruh main-main denganku. Tunggu saja kalau kamu berani berbuat macam-macam lagi, akan aku keluarkan jurus-jurus andalan!” desis Ziya  yang tidak bisa hanya pasrah terhadap semua perlakuan Kienan. Meskipun tidak pernah digunakan lagi, Ziya dulu pernah mengikuti beladiri sewaktu sekolah SMA.Biarlah malam ini tidur tanpa AC dan dia akan memakai kipas tangan saja, toh besok siang pasti AC nya sudah selesai diperbaiki. Ziya tadi mendapatkan informasi dari sang ART kalau tukang AC nya datang sekitar jam 11an. Ziya juga sudah memberitahu Pak Dirman agar stanby jam itu.“Ya Allah, lancarkanlah rencana hamba ini!” mohon Ziya pada Allah. Pemberi semua keputusan di dunia ini.Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, tiba-tiba pintu kamar diketuk seseorang. Ziya berpikir tidak mungkin ART akan berani, dan hanya satu orang yang bi
Read more

27. Kenyataan Lain

“Bagaimana kabarnya, Pak?” satu pertanyaan Ziya ketika berhasil bertemu dengan Pak Dirman-mantan pengacara mendiang sang Papa.Ternyata Pak Dirman berhasil menjalankan sesuai rencana keduanya. Sebelum masuk ke rumah ini dia sengaja menghadang tukang AC yang sebenarnya kemudian meminjam bajunya dan peralatannya. Kemudian memberikan imbalan uang yang banyak, agar memuluskan rencananya.Tentunya, tidak sulit bagi seorang Pengacara yang sudah banyak menangani banyak masalah. Meski caranya ini terlalu extrem. Namun keinginan nya untuk bertemu Ziya sangat besar. Tidak beda jauh dari Ziya juga sangat ingin sekali bertemu Pak Dirman.“Baik, Ziya. Saya sudah menunggu kamu lama supaya bisa bertemu. Karena jujur saya sangat berdosa kalau sampai tidak bisa menemukanmu!” aku P.Dirman dengan tatapan kehabagiaan sekaligus kesedihan.Belum lama keduanya mengobrol, tiba-tiba pintu diketuk. Ziya terkejut dan menoleh ke arah pintu yang sengaja dia tu
Read more

28. Bertemu Teman Lama

“Oh, ada tukang AC ya? Gimana apa yang rusak, Pak?” tanya Kienan berjalan mendekat ke arah Pak Dirman.“Ada apa?” tanya Ziya ketus dan menghampiri Kienan sebelum sampai di hadapan Pak Dirman. Dia takut penyamaran itu akan diketahui oleh Kienan.“Ketus banget kamu!” balas Kienan menatap Ziya dengan senyuman mengembang seraya menjentikan telunjuk pelan ke hidung Ziya.Tepisan tangan diberikan Ziya pada Kienan sembari menghembuskan napas lelah, “Ada apa cari aku, Mas?” ulang Ziya karena belum mendapatkan jawaban dari Kienan. Ziya sampai mengubah nada bicaranya sedikit lembut.Sementara di sisi lain. Pak Dirman memandang dengan serius interaksi kedua orang yang dulu sangat dikenalnya. Sudut bibirnya melengkung ke atas sedikit. Terlihat Kienan sangat bahagia beda dengan saat masih menikah dengan Zoya.“Kita lunch ya! Kemarin ada yang nawarin untuk nyoba menu di restorannya,” ungkap Kienan berja
Read more

29. Calon Istri Saya

“Tia ...!” seru Ziya merentangkan tangannya seraya memeluk teman lamanya dulu.Tia mengurai pelukannya itu dan menatap Ziya intens, “Kamu sama siapa? Tidak ada kabar, tahu-tahu kamu jalan sama pria. Pak Bian seperti orang gila tahu, sejak kamu menghilang!” cecar Tia masih belum mengalihkan pandangan dari Ziya.“Kenapa gila?” Ziya terlihat kaget tapi juga penasaran.“Iya, karena tidak menemukanmu!” sahut Tia cepat.“Wah, aku merasa bersalah sekali. Tapi dari tadi aku koq gak melihatnya! Apa sekarang Pak Bian ada?”“Ada, sebentar lagi pasti akan menemuimu,” jawab Tia. Membantu Ziya membuka pintu toilet.Baru akan melangkah, di ujung pintu berdiri seorang pria dengan senyuman tipis seraya melipat kedua tangannya di depan dada. Terlihat sekali kebahagiaan di matanya.Ziya membalas senyuman itu dengan berucap, “Pak Bian ...!”“Gimana kabar kamu
Read more

30. Persiapan Pernikahan

Hari pernikahan semakin dekat dan persiapan sudah mulai dilakukan di rumah Kienan. Tepatnya 2 hari lagi. Ziya yang tidak seberapa antusias menganggap biasa saja. Lain lagi dengan Kienan, buat pria itu sangat berharga sekali. Saat ini dia sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan segalanya. Bahkan dia sendiri yang turun tangan untuk memberi arahan kepada beberapa ART dan sengaja dia menggunakan jasa wedding organizer.Ziya berada di kamar, saat semua orang sibuk mempersiapkan pernikahannya. Karena dia sedang sibuk juga menyusun rencana dengan Bian. Kienan tidak tahu kalau Ziya berhubungan dengan rekan kerjasamanya itu. Beberapa kali juga Kienan, meminjam ponsel Ziya tapi tidak menemukan hal yang mencurigakan.Semua itu sudah diantisipasi oleh Ziya. Dia tahu suatu saat Kienan pasti akan mengecek ponselnya. Makanya setelah dia saling mengirim pesan dengan Bian langsung dihapus, pastinya sudah dipahami dan dimengerti isinya. Sedang kontaknya Bian juga langsung dihapus setelah di
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status