Semua Bab Dikira Miskin Saat Pulang Kampung: Bab 281 - Bab 290

304 Bab

Jauhi Tirta, Jalang! Aku ... hamil.

***"Wow, kebetulan sekali kamu datang, Jalang! Ada angin apa sampai rela menginjakkan kaki di tempat yang kotor ini?"Sea menahan geram. Tuduhan jalang tidak lagi menyakitkan untuk dirinya karena melihat wajah segar Nayna sudah cukup membuatnya terluka. 'Kenapa dia terlihat senang sekali, apa Jangan-jangan karena Mas Tirta yang sudah menjenguknya lebih dulu?' batin Sea."Se!" Anita mengguncang tubuh Sea lembut. Wanita cantik itu segera menyadarkan dirinya dan kembali menatap Nayna dengan sinis.Nayna duduk di kursi kunjungan sementara Anita dan Sea duduk bersebelahan di depan tahanan. Tidak ada banding karena Nayna memang tidak punya siapa-siapa untuk dimintai tolong. Dan ... ada rencana lain yang sedang wanita licik itu siapkan. Dia yakin pasti bisa keluar dari penjara dengan caranya sendiri. Cara yang tidak akan bisa dilupakan oleh Sea dan keluarganya."Aku suka sekali melihat wajahmu yang lebam," cibir Nayna terkekeh. "Harusnya kemarin kubuat saja wajahmu hancur jika pada akhirny
Baca selengkapnya

Menyembunyikan bangkai

***"Lagipula belum tentu apa yang Nayna katakan itu benar. Sekarang tenanglah! Kita pulang," ajak Anita setelah merasa tangisan Sea mulai mereda. Keduanya berdiri meninggalkan kursi yang terletak di depan ruang tunggu Kantor Polisi pusat kota. Bisa Anita lihat dengan jelas betapa hancur wanita di sebelahnya saat ini. Bahkan mungkin jauh lebih hancur daripada dulu ia ditolak berulang kali oleh Bagas. Anita hendak memesan uber, tapi tepukan tangan Bagas pada pudaknya membuat wanita cantik itu seketika menoleh dengan terkejut."Mas ...?" "Lagi mikirin apa, aku panggil-panggil dari tadi kalian berdua diam saja," kata Bagas curiga. "Kenapa, Sayang?"Anita menoleh ke sejenak ke arah Sea, tapi wanita itu masih saja tak acuh dengan kedatangan Bagas seakan-akan terjebak pada pikirannya saat ini adalah sesuatu hal yang begitu sulit ia kendalikan. Bagas mengikuti arah mata Anita. Ditatapnya wajah Sea yang sendu dengan bekas air mata yang mulai mengering. "Kalah sama Nayna?"Sea membuang muka
Baca selengkapnya

Semua demi Nayna, bukan Sea!

***"Aku tidak mengijinkan!" tolak Bagas tegas. "Kamu meragukan penghasilanku dengan meminta Anita bekerja bersamamu, Sea!"Anita dan Sea dibuat melongo dengan jawaban Bagas. Entah mengapa, Anita merasa jika Bagas sekarang menjadi pria yang ... ah entahlah! Mungkin beginilah jadinya jika pria menikah tanpa pernah punya kenangan di masa muda dengan wanita-wanita cantik. Bagas terlalu kaku, kadang juga manis. Seringnya memang begitu memanjakan Anita selama ini. Dan Anita suka tanpa bisa mengelak. Tapi hari ini ... apakah efek dari semalam tidak tidur bersama?"Aku hanya ingin meminta bantuan Nita, Mas! Bukan mengajaknya bekerja denganku. Kamu kenapa sih, rese dari tadi!"Tomi dan Vano diam. Dua pria paruh baya itu seolah sedang menikmati perseteruan yang sudah lama tidak mereka dengarkan. "Aku tidak bisa bergerak sendiri, lagipula Anita pasti bosan seharian berada di rumah. Iya kan, Nit?""Se ... dengarkan Ayah!"Sea cemberut sementara Bagas menarik ujung bibirnya merasa menang. "Dia i
Baca selengkapnya

Tapi calon bayi itu tidak bersalah, Ayah!

***Semua mata menatap heran ke arah Sea yang saat ini sedang berdiri di depan semua orang. Ayah dan anak itu saling pandang dengan tatapan yang sulit diartikan. Gina menggeleng samar sembari menipiskan bibirnya menahan tangis."Ayah tidak bisa, Se," tolak Tomi sambil membuang muka. "Jika kali ini kita biarkan wanita kurang ajar itu bebas, itu artinya Ayah memberikan kesempatan untuk dia bisa menyakiti kamu lagi. Ayah tidak bisa!"Sea berjalan mendekati Tirta yang saat ini sedang terduduk lemas dengan memegang rahangnya yang terasa nyeri. Satu uluran tangan dari Sea membuat Tirta semakin merasakan nyeri di hatinya. Bagaimana bisa pria brengsek itu menyakiti wanita sebaik Sea? Kurang apa dia sampai-sampai hidup Nayna terasa lebih berarti daripada kebahagiaan Sea?Tirta menerima uluran tangan Sea dengan ragu. Setelah wanita berwajah tenang itu mengangguk, barulah Tirta mengamit jemari lentik dan lembut itu untuk membantunya berdiri. "Katakan yang jelas pada Ayah, Mas.""A-- apa maksudm
Baca selengkapnya

Jadilah istriku, Sea!

***Setelah kepergian Tirta, Tomi membawa semua anggota keluarganya untuk kembali pulang. Terlalu lama menginap di rumah Halimah juga tidak baik mengingat ada Bagas dan Anita yang notabenenya masih pengantin baru."Aku masih ingin bersama Anita, Bu ....""Kamu sudah memberikan keputusan tentang hatimu, itu artinya saat ini sharusnya baik-baik saja bukan?"Pertanyaan Tomi membuat Sea mati kutu. Wanita itu menggigit bibirnya getir karena tidak bisa menyembunyikan kebohongan tentang perasaannya saat ini. "Pulang! Anita dan Bagas juga butuh ketenangan, jangan recoki mereka dengan urusan hatimu yang sudah selesai. Semua sudah selesai kan, Se?"Mau tidak mau Sea mengangguk. Ingin rasanya dia menangis dengan kencang saat ini karena Tomi ternyata tidak bisa ia tipu. Berulang kali wanita itu menarik napas dan menghembuskannya perlahan berharap sesak di dalam dada berangsur berkurang. Tapi ternyata semakin ia meraup udara dengan rakus, semakin rongga dadanya terasa berdesakan. Sesakit ini mere
Baca selengkapnya

Hamka ... atau Nando ...?

***"Ngomong, Se! Jangan diam saja, ini seperti bukan kamu," gurau Nando tanpa memalingkan wajahnya dari setir di depannya. "Masih kepikiran sama Tirta dan Nayna?"Sea tertawa lirih. Tawa yang mengandung kegetiran jika saja orang lain bisa mengartikan tawanya kali ini. Tentu saja mustahil jika Sea sudah bisa melupakan Tirta dalam waktu yang cukup singkat sekalipun cinta yang datang padanya saat itu benar-benar dalam waktu yang singkat. Tapi ... cinta pertama bukan berarti siapa orang yang pertama kali dicinta bukan? Cinta pertama adalah cinta yang teramat melekat dan teramat sulit dilupakan meskipun mati-matian dia sudah mencoba. "Kenapa kamu belum menikah, Bang?""Mengalihkan pembicaraan?"Sea mengedikkan bahu. "Aku hanya penasaran saja. Pria tampan dan pekerjaan mapan sepertimu belum memiliki pendamping hidup.""Atau mungkin hanya kamu yang melihatku seperti pria tampan dan mapan?" sahut Nando terkekeh. Sea menggeleng tidak percaya. Dia menatap wajah Nando dengan tajam dan berucap
Baca selengkapnya

Duda ... atau pria tua yang lajang?

***Plak ....Sebuah tamparan yang sangat keras terdengar dari ruangan Mami Hanin. Beberapa anak dagang wanita yang disebut Mami itu berlari menjauhi ruangan karena takut jika si empunya keluar dan mendapati mereka sedang menguping apa yang terjadi. Mami Hanin menarik rambut Nayna hingga kepala wanita itu mendongak. Sedikit meringis Nayna menahan rasa nyeri di kepalanya juga ... sudut bibirnya yang berdarah."Sudah kubilang jangan bertindak bodoh!" teriak Mami Hanin seraya menghempas kepala anak kesayangannya itu. "Apa yang kamu pikirkan, Nayna? Bagaimana bisa kamu ... argh!"Nayna mengusap darah yang membekas di sudut bibirnya. Wanita cantik itu tidak memperlihatkan rasa takutnya sama sekali. Baginya, hidup dalam kekerasan seperti ini sudah biasa. Nayna bahkan pernah mendapatkan yang lebih dari ini. Masa lalunya ... sangat buruk!"Siapa pria itu?"Nayna bergeming. Lalu menjawab dengan lirih. "Mami tidak perlu tahu. Yang harus Mami lakukan hanyalah mengatakan pada Tirta jika janin in
Baca selengkapnya

Setangkai mawar merah

 ***Plak .... Plak ....Mami Hanin berkali-kali menampar pipi Brenda yang masih saja mencoba membela diri jika tindakan yang ia lakukan adalah benar. Tidak ada rasa takut pada wanita yang dulu sempat menjadi anak emasnya di rumah bordir. Sebelum ... semua posisinya di geser dengan cepat oleh Nayna. Brenda tertawa di antara bibirnya yang berdarah. Pipinya memerah dan mungkin juga terasa sangat nyeri karena tamparan Mami Hanin lebih mengarah pada sebuah pukulan. Sementara di depan pintu yang tertutup, Nayna bersedekap dada sembari melayangkan senyum yang mengerikan. Sinis. Penuh percaya diri dan ... angkuh!"Berapa kali harus kubilang, jangan pernah mencampuri urusan anak-anak yang lain!" bentak Mami Hanin frustrasi. Jika dengan kekerasan Brenda tidak juga bisa mengerti, lalu apa yang bisa dia lakukan saat ini agar anak-anak yang berada dalam naungannya tidak terlibat pertikaian panas. "Kamu melangkah terlalu jauh! Aku sangat
Baca selengkapnya

Musuh Hati yang Terluka adalah Sepi, Sea!

***"Bang Nando?"Nando menaikkan kedua alisnya sembari tersenyum tipis. Ia meletakkan setangkai mawar merah di depan Sea yang sudah bersimbah air mata."Jangan menyendiri kalau tidak ingin menangis," tegur Nando prihatin. Wajah Sea terlihat berantakan tapi tetap cantik. "Musuh hati yang terluka adalah kesendirian, Se. Sepi akan membuatmu selalu merasa sedih.""Lalu ... aku harus bagaimana, Bang?""Kamu butuh teman. Mau aku temani?"Sea tersenyum getir. Benar apa kata Nando, semakin dia menyendiri, semakin sering bayangan Tirta muncul di depan matanya. Tapi jangan katakan jika dalam keramaian wanita itu bisa sepenuhnya melupakan sosok pria yang sudah berhasil mencuri hatinya. Tidak pernah! Sea tidak pernah bisa membuang bayang-bayang Tirta dalam suasana apapun. "Sudah siang dan kamu masih berkeliaran di sini? Sebegitu menarik kah toko bungaku, Bang?"Nando mengangguk dan tersenyum simpul. "Tepat!" jawabnya singkat. "Toko bunga yang indah," sambungnya seraya menatap pada kedua mata Se
Baca selengkapnya

Apa rencana Tirta?

***"Apa Nando dari sini, Se?"Sea mengangguk. Dia berlari kecil dan segera membuka pintu toko ketika melihat mobil Tomi parkir di sebelah toko bunga miliknya."Sejak pagi dia sudah di sini, Yah. Kenapa? Ayah ada urusan dengan Bang Nando?""Panggil Paman, Nak ... bukan Abang," tegur Tomi riskan. "Dia hanya beberapa tahun lebih muda dari Ayah. Paman Nando dan Ayah berteman baik. Kamu tau itu kan?""Kenapa Ayah tiba-tiba mengatakan hal ini?" selidik Sea. "Tidak, Ayah hanya ingin kamu menghormati orang-orang yang usianya berada di atas kamu."Sea mengangguk mengerti meskipun dalam hati ia merasa sedikit heran dengan jawaban yang Tomi berikan. Tidak biasanya pria paruh baya itu mengingatkan tentang dirinya dan Nando. "Apa Ayah sedang menginterogasiku karena melihat Bang Nando baru saja keluar dari toko ini?""Tidak," sahut Tomi cepat. "Tidak, Se. Ayah ... ayah tidak ingin kamu terluka lagi karena memilih pria yang salah.""Jadi Bang Nando adalah pria yang salah menurut Ayah?"Tomi menge
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
262728293031
DMCA.com Protection Status