All Chapters of Legenda Galuh Tapa: Chapter 181 - Chapter 190

244 Chapters

181. Membawa Sesuatu

Kinanti sangat setuju, dia mungkin sudah banyak kehilangan energi, memulihkan tenaga yang telah banyak terkuras butuh waktu beberapa hari agar energi itu kembali stabil kembali. Tapi yang penting adalah memulihkan perutnya yang selalu meronta.''Ini adalah ayam bakar ukuran besar. ''Kinanti memainkan moncong panglima kumbang yang terlihat sangat kesal. ''Ini bagianku, kau ambil ayam bakar yang ini. ''Gadis itu menyodorkan satu ayam bakar yang ukurannya lebih kecil dari miliknya, nyaris paling kecil diantara ayam bakar yang lain.''Bubur Tiran. ''Galuh Tapa mengeluarkan semangkok besar bubur itu. ''Ini lebih nikmat dari pada ayam bakar milik kalian.''''Gheer'' Panglima Kumbang mengejek.''wele-wele, itu karena kau pilih-pilih kumbang. ''Galuh Tapa balas mengejek.''GHeer...''***Ketika malam hari, panglima kumbang sudah terlebih dahulu tidur dan mendengkur. Galuh Tapa merebahkan kepalanya pada perut macan hitam itu, kemudian diikuti Kinanti disisi berlawanan.Mereka memandangi langit
Read more

182. Keputusan Galuh Tapa

''Mari semuanya masuk kedalam!" Jaya Negara kembali mengajak sesepuh untuk melanjutkan diskusi mereka.Namun tidak ada kursi yang yang dapat diduduki Galuh Tapa didalam ruangan itu, semua kursi hanya cukup untuk para jumlah sesepuh dan petinggi kerajaan.''Galuh, silakan duduk di kursiku! ''Bagas Sanjaya meminta pemuda itu untuk duduk, tapi Galuh Tapa menolaknya. Dia hanya berdiri sementara semua pasang mata memandangi dirinya tanpa berkedip, seolah tidak percaya dengan keberhasilan pemuda itu.Kinanti tidak berniat memasuki ruangan itu, dia tidak suka berdebat dengan orang-orang yang keras kepala. Jadi gadis itu telah pergi lebih dahulu bersama panglima kumbang menuju tenda perguruan Teratai Putih."Aku akan membagi kelompok para pendekar beserta prajurit kerajaan." Jaya Negara mulai menandai dua lingkaran pada kertas lebar didepan meja bundarnya.''Sekitar ratusan pendekar harus mengawal perjalanan rakyat ke dataran Bumi Besemah, mencukupi dan melindungi hampir lima ribu rakyat kit
Read more

183. Suban Darah

Namun kemudian ada beberapa orang lagi mendekati tenda itu.''Aku akan ikut bersamamu!'' Tiran Putih terkekeh kecil saat mengatakannya. ''Aku tidak ingin mati ditempat ini, lebih baik mati dalam medan petempuran.''Sehingga Galuh Tapa tersenyum kecil melihat keadaan pria itu, lalu dia menundukkan kepala untuk memberi penghormatan, tapi orang tua itu menepiskan tangannya. ''Kau adalah pemimpin kami saat ini, tidak perlu ada formalitas lagi''''Kanda Galuh, aku akan ikut pula besrsamamu.'' Kinanti membawa dua temannya yang lain, Cagar Alam dan Selasih. Tidak! Bukan dua tapi tiga, Panglima kumbang juga harus di perhitungkan.''Hanya sekitar ratusan lebih.'' Bagas Sanjaya tersenyum pahit, ketika dia mengetahui lebih banyak pengecut di Pasma Lebar.''Tidak masalah, lebih baik membawa seratus orang pemberani dari pada membawa seribu orang pengecut.''''Apa nama kelompok ini?'' Tanya Rangga Rajasa.''Apa?'' Sahut Bagas Sanjaya.''Kita harus punya nama yang bisa di ingat!'' Rangga Rajasa mel
Read more

184. Sebuah Markas

"Kita akan mempelajari situasinya ketika berada di wilayah itu.'' Galuh Tapa tersenyum penuh arti. ''Tempat itu merupakan pemasok beras bagi desa-desa lain yang dikuasai pasukan Kelabang Iblis."Mengurangi jatah makan mereka, sama dengan mengurangi kekuatan musuh,'' Tiran Putih terkekeh kecil, satu-satunya orang yang mengerti maksud Galuh Tapa.Tentu saja hal yang dikatakan Tiran Putih adalah benar. Di dalam perang musuh yang tidak bermartabat akan mati tanpa makanan, tapi orang yang tidak bermartabat tidak akan mati di karenakan sudah biasa menghadapi situasi genteng seperti itu. Sementara kuda melaju dengan cepat menyelusuri jalan itu. Rumput-rumput yang tumbuh sepanjang badan jalan terpaksa harus layu setelah dua jam kaki kuda mematahkan mereka.Hingga sesekali Galuh Tapa melirik pasukan yang dia pimpin, menanyakan pada diri sendiri akankah yang dia lakukan benar.Namun kemudian kemantapan dalam jiwanya kembali bergelora, dan ketika saat ini mereka menemukan puluhan mayat yang mul
Read more

185. Menambah Pasukan Baru

Sangat jelas, tembok itu di kelilingi dengan rumah-rumah yang nyaris hancur tanpa tersisa, kecuali rumah dalam tembok yang berukuran besar dan kecil."Matamu sangat tajam.'' Pria itu memuji Galuh Tapa. "Didalam anggotaku, hanya aku yang dapat melihat markas Kelabang Iblis itu dari bukit ini.''Tempat yang di katakan Galuh Tapa tersebut lumayan jauh jika di lihat dari bukit ini. Bagas Sanjaya sudah berusaha menajamkan pandangan matanya, menyipit dan melotot, tapi dia tidak bisa melihat satu bentuk bangunan yang mereka berdua katakan. hal itu membuat ia sangat kesal."Aku sudah pernah melihat langsung markas itu," Pria melanjutkan. ''Ada sekitar lima ratus prajurit yang berada didalam tembok. Mereka memperkerjakan wanita desa menanam padi dan ubi-ubian. Kemudian memaksa pria membangun bangunan tembok.''''Dalam radius empat hari perjalanan, markas itu paling penting di wilayah ini." Sunting Sirih memberanikan diri suara, ''karena mereka memiliki pusat makanan yang paling melimpah. Padi
Read more

186. Membebaskan Tahanan

Ketika malam hari, Galuh Tapa membawa pasukannya berjalan menuju desa kecil yang paling dekat dari tempat ini. Juga paling subur.Ini nampaknya awalan bagus untuk menaklukan musuh. Sekarang ada seratus kuda berjalan melewati medan terjal. Pemimpin jalan adalah Buja Surut.Setelah berhasil tiba dijalan yang sedikit landai, mereka sudah bisa melihat lampu-lampu obor bersinar terang hampir di setiap sisi desa itu.Namun ada banyak lampu obor berada yang mengelilingi bangunan yang sekarang dijaga dua puluh atau mungkin sekitar dua puluh lima prajurit.Sedikit ke sisi barat desa itu, tanaman padi sudah terlihat menguning hampir sedikit lagi panen, tidak! Tapi mulai sudah panen, terbukti ada beberapa tumpukan jerami setinggi rumah ditengah ladang uma itu."Aku ingin kalian semua membakar uma ini!'' Galuh Tapa memberi perintah pada beberapa orang prajurit."Apa yang kau lakukan?'' Buja Surut membantah, "Jika kita bisa menguasai perkebunan ini, semua rakyat akan makan nasi."Tiran putih terke
Read more

187. Memberi Kesempatan kedua

Cagar Alam mengeluarkan tendangannya, dengan dua kali tendangan akhirnya pintu terbuka. Tapi dia segera menutup kembali pintunya. ''Apa yang terjadi?'' Selasih mendekati kekasihnya itu."Aku akan menyerang di sisi lain, kau ajak para wanita untuk mengurus mereka, tiga detik setelah mengatakan hal itu, Cagar Alam bergerak lebih brutal dari biasanya.Entah kenapa pria itu bersikap begitu, tapi Selasih segera tahu alasannya ketika menemukan hampir dua puluh gadis belia diantara para wanita tanpa menggunakan sehelai pakaian.Didalam rumah itu, masih ada beberapa orang anggota Kelabang Iblis yang terlelap dengan cawan-cawan arak di tangan mereka. Hingga membuat meledak pula kemarahan Selasih, dia dengan kuat menyeret beberapa orang pria hidung belang keluar dari tempat itu."Kalian semua carikan pakaian untuk mereka!'' teriak selasih meminta semua pendekar wanita untuk bergerak cepat. "Para...ini tidak layak untuk diberi kehidupan, aku akan membuat mereka menderita sebelum ajal mereka men
Read more

188. Awal Yang Baik

"Konsepnya sama, kita akan membiarkan mereka menanam padi untuk kita." Bagas Sanjaya mendekati para tawanan itu sembari menekuk jari jemarinya. "Sekarang aku tanya pada kalian, aku memiliki dua buah pilihan, tentukan dengan cepat. Menjadi budak atau mati?''"Menjadi budak'' Kedua puluh orang itu serentak berkata, "Tidak masalah jika harus menjadi budak, asalkan kalian tetap membiarkan kami hidup."Galuh Tapa kemudian mengernyitkan kening, lalu kemudian menatap wajah pria yang berbadan kekar tersebut."Kau berniat melarikan diri dari sini?'' Galuh Tapa mengejutkan pria itu. "Berusaha mencari kesempatan, lalu kabur.""Ti...tidak, mana mungkin aku berani melakukan hal itu?" ucapnya."Apa? Bagas Sanjaya mencekik leher pria itu hingga tubuhnya terangkat dan kakinya menjuntai. "Pimpinan kami bisa mengetahui apa yang ada di kepalamu, apa kau ingin mati?''"aku mohon ampuni hamba...Aku mengaku salah...""Ceh...kau pikir setelah kegagalan kalian, apa Kelabang Iblis akan memaafkan dirimu. Buka
Read more

189. Mengetahui Penyerangan

Sehingga Galuh Tapa duduk dekat batu besar, ada sebuah obor yang menyalah di atas kepalanya. Karena semua orang berkumpul di sini, jadi mereka tidak bisa istirahat ke dalam gubuk.Tapi demikian, semua prajurit masih bisa mendengkur, tertidur pulas. Untuk mengusir dingin mereka tidur tumpang tindih.Panglima kumbang berada di dekat Galuh Tapa, Macan Hitam itu sudah dari tadi tadi rebahan karena lelah. Pemuda itu tidak berniat mengusiknya, jadi dia sengaja tidak merebahkan tubuhnya kepada temannya tersebut, meski terlihat sangat nyaman.Hingga kemudian dia kembali membuka kitab strategi perang, dibacanya sangat seksama, sangat teliti.Namun strategi perang terkesan sangat licik, tapi tentu saja berhasil dengan kemenangan gemilang.Wajah Galuh Tapa berubah-ubah setiap membaca lembaran buku itu. Terkadang dia terlihat mengerutkan keningnya, tapi tak jarang mata terbuka lebar dengan kepala mengangguk-angguk.Setelah beberapa lama, mungkin sudah empat jam lebih dia membaca buku itu, pemuda
Read more

190. Mencari Kelemahan Musuh

Nampaknya ucapan Bagas Sanjaya ada benarnya, dengan penjagaan ketat seperti ini tentu saja musuh telah merencanakan sesuatu untuk menyambut kedatangan mereka."Kanda, Galuh, kita akan bermalam disni." Kinanti memberi solusi. "Kita akan mempelajari situasinya."Galuh Tapa setuju, jadi mereka kembali menarik mundur sekitar lima ratus dari wilayah markas kecil Kelabang Iblis."Malam ini tidak boleh ada yang tidur, kita sudah sangat dekat dengan markas itu." Bagas Sanjaya memberi peringatan.Sementara Galuh Tapa pergi menyendiri, dia tidak ingin di ganggu. Kemudian dia merapalkan ajian Raja Nyawa."Paman Andaran, maafkan aku mengganggumu waktumu." Galuh Tapa tersenyum kecil kepada pria berbadan kekar yang menggunakan pakaian ala kerajaan laut. "Tapi aku sangat membutuhkan bantuanmu.""Tidak masalah sekarang apa yang harus aku lakukan?'' Andaran menoleh ke kiri, pada prajurit yang sedang mengasah pedang atau membuat busur panah. "Apa kau sedang memulainya, Galuh?''"Ya kami sudah berhasil
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
25
DMCA.com Protection Status