"Sepertinya, kau selalu beruntung, Burhan. Setiap aku ingin menghabisimu, selalu ada saja yang membatalkan," ucapku, sembari duduk di ujung dipan kasur, kembali menatap Burhan tajam.Kubuka sekaleng biskuit pemberian Mpok Usman tadi, mengambilnya satu, memakannya perlahan, mataku tetap menatap Burhan tajam."Kamu tidak lapar, Burhan?" tanyaku, mengambil biscuit ke dua, dan kembali memakannya."Kamu mau kusuapi, Burhan?" tanyaku pelan."Hamm, humm, humm." Hanya itu yang keluar dari mulutnya. Terhalang kaus dalam yang membungkam mulutnya."Akan kulepas penyumpal mulutmu, jika kau berjanji tidak akan teriak-teriak macam orang yang tidak waras," ancamku, Burhan mengangguk. Kuturuti maunya."Ampuni aku, Sih," ucapnya memohon, aku acuhkan, seolah-olah aku tidak mendengar."Kamu tidak lapar, Burhan? Jika mau, aku suapi biscuit." Sembari memakan biscuit ketiga. Laki-laki bia*ab itu mengangguk. Kuhampiri Burhan yang masih tergeletak lemah."Buka mulutmu, jika ingin kusuapi." Burhan lantas memb
Last Updated : 2023-09-03 Read more