Home / Romansa / Suami Miskinku Ternyata Konglomerat / Chapter 381 - Chapter 390

All Chapters of Suami Miskinku Ternyata Konglomerat: Chapter 381 - Chapter 390

395 Chapters

Cinta Pertama

Aku benar-benar tidak menyangka, jika Fadlan yang menjadi penghulu di acara pernikahan adikku, Naura dan Faudzan.Kupikir, selepas SMA tidak akan pernah bertemu Fadlan lagi.Fadlan adalah cinta pertamaku. Cinta terbaik yang pernah kujalani. Karena setelah itu, sulit rasanya untuk aku jatuh cinta lagi. Selalu saja Fadlan yang kujadikan bahan perbandingan.Fadlan, pria pertama yang pernah mengenggam tanganku, pernah mencium pipi, juga pria pertama yang pernah memelukku. Fadlan selalu jadi yang pertama dalam hidupku. Sulit rasanya untuk bangkit, memulai cinta dan cerita yang baru. Padahal, sudah terlewat puluhan tahun yang lalu. Saat Fadlan mulai duduk bersila dan tanpa sengaja bersitatap muka denganku. Terlihat, jika wajahnya pun menggambarkan keterkejutan yang luar biasa. Hal yang sama dengan yang kurasakan saat pertama melihat kehadirannya tadi. Sungguh tidak menyangka, setelah puluhan tahun berlalu, malah kami dipertemukan di saat momen-momen sakral seperti ini.Prosesi Ijab Qabul
last updateLast Updated : 2023-10-22
Read more

Part 381 Membuat Malu

Perhelatan hajatan pernikahan Naura dan Faudzan berjalan sangat meriah. Selain dihadiri dari kerabat dekat, juga tamu-tamu undangan mereka berdua. Teman-teman sekerjaku pun banyak yang datang untuk memberikan restu, karena tercetak di dalam kartu undangan jika namaku tertulis sebagai pihak yang turut mengundang.Mpok Minah datang bersama tetangga-tetanggaku yang lainnya, masing-masing dari mereka membawa anak-anaknya. Kedua anak Mpok Minah pun dia ajak semua. Satu anak satu piring, emaknya beda lagi. Semoga membawa keberkahan bagi semua. Akan tetapi, ada lagi yang lebih tidak mengenakkan hati. Saat si mpok pamit ingin pulang, dan di depan begitu banyak tamu undangan, sempat-sempatnya dia bertanya sama ibu tentang statusku yang belum juga menikah dengan suaranya yang nyablak. Sepertinya, dia memang sengaja ingin membuat aku malu. Karena ulahnya, hampir semua tamu undangan menatap kearahku. Sepertinya, mempermalukan aku di depan orang banyak mungkin sudah menjadi hobbynya.Memerah waj
last updateLast Updated : 2023-10-23
Read more

Part 382 Duda Tua

Sepulang kerja, jam 16:30 sore. Bergegas aku keluar kantor dari pintu belakang, setelah terlebih dulu absensi pulang. Memang agak memutari gedung kantor dan satu bagian pabrik jika lewat pintu belakang, tetapi itu jauh lebih baik dari pada harus bertemu dengan Pak Suminta. Seorang manager bagian produksi. Bapak Suminta, duda ber-anak dua yang sudah memiliki cucu. Duda genit yang kutahu dari dulu sudah menyukaiku, apalagi di tambah dengan meninggalnya istri beliau empat bulan yang lalu. Semakin intens saja kadar godaannya.Pak Suminta, jika dari pendapatannya memang bermasa depan cerah, dengan gaji puluhan juta setiap bulannya. Di tambah dua anaknya sudah bekerja dan punya usaha sendiri. Pasti saja Pak Suminta ini duitnya banyak. Karena gajinya hanya untuk dirinya sendiri. Rumahnya permanen dan hanya tinggal sendiri. dia punya mobil, juga beberapa kontrakkan. Tetapi sayangnya umurnya tidak berbeda jauh dengan bapakku.Sembari menoleh kiri dan kanan, cepat-cepat aku menyelinap ke luar
last updateLast Updated : 2023-10-23
Read more

Part 383 Kejadian Memalukan

Meja kosong di pojok ruko menjadi tempat, aku dan Awan menikmati bakso sore ini. Dengan es teh manis sebagai minumannya.Awan terperangah saat aku menambahkan sambal ke dalam mangkuk baksoku."Itu makan sambal pakai bakso, Mbak," ucapnya sambil tertawa. Aku tersenyum saja, sembari menambahkan saus ke dalam mangkok. Makin terperangah dia."Itu perutnya ngga sakit Mbak, makan pedas gitu," ujarnya, sembari memasukkan bakso ukuran kecil ke dalam mulutnya."Laki-laki ceriwis banget sih," sinisku dalam hati. Lalu menambahkan sedikit bumbu lada.Awan hanya menggeleng-geleng saja."Mas Awan tidak kerja?" tanyaku, sesendok kuah bakso kuhirup pelan. Hampir saja terbatuk, kuambil cepat es teh dan meminumnya."Pedes banget." Ngebathin."Kenapa Mbak Irma, kepedasan ya?" tanya Awan, dengan tatapan menyelidik."Ngga, Mas. Sudah terbiasa," jawabku. Padahal memang pedas banget. Pasti cabe rawit Nomor satu yang dipakai.Mas Awan mengambil kerupuk kaleng, sembari memberikan kode, apa aku mau juga.Aku
last updateLast Updated : 2023-10-23
Read more

Part 384 Salah Tingkah

Irma bergegas turun dari tempat tidurnya, lalu menghampiri meja riasnya. Bersisir dan memakaikan bedak tipis-tipis ke wajahnya, kemudian tersenyum-senyum sendiri. Mematut-matut paras wajahnya di cermin rias. Tidak sadar ia, jika adik bungsunya Naura terus saja memperhatikan sembari tersenyum geli menyaksikan tingkah laku kakak tertuanya tersebut, yang bersikap seolah-olah seperti gadis yang masih ABG.Naura mengerti dan menyadari, jika kakak tertuanya itu sedang dalam keadaan grogi dan serba salah. Antara senang, bingung, dan bahagia, mendengar cinta pertamanya datang berkunjung ke rumahnya, dan sepertinya juga bingung harus bicara dan cerita apa nanti.Terlihat Irma menarik nafas sejenak, mengembuskan perlahan, lalu mulai berdiri, setelah sebelumnya bibirnya berucap, Bismillah. Tegang yang dia rasakan saat ini melebihi jika harus bertemu kepala pabrik tempat dimana dia bekerja. Berjalan pelan menuju ke arah ruang tamu, diikuti oleh Naura di belakangnya yang sembari tersenyum-senyu
last updateLast Updated : 2023-10-24
Read more

Part 385 Tempat Kenangan

Benda berbentuk cincin baja anti karat berinisial nama mereka berdua masih berada digenggaman Fadlan.Cincin yang mereka pesan dulu di pedagang pas depan pasar darurat, yang tidak jauh dari tempat mereka bersekolah.Saat itu, memang sedang menjadi trend di kalangan anak muda remaja memakai cincin dengan tulisan nama si pemakainya, tulisan couple. Tatapan Fadlan mulai beralih kembali ke arah Irma, yang langsung tertunduk saat Fadlan menatapnya. Masih dalam keadaan sedikit menunduk, Irma kembali bicara, "Apa masih harus aku jelaskan tentang perasaanku padamu, Fad?" tanya Irma, menatap Fadlan sesaat, lalu kembali tertunduk.Fadlan terdiam, lalu meletakkan cincin itu di atas meja. "Kamu mau 'kan pergi sebentar denganku? Jika kamu bersedia, aku akan meminta ijin sama bapak.""Mau pergi ke mana?" tanya Irma, memperjelas. "Cari udara segar saja, Irma. Kamu mau 'kan?" jawab Fadlan, sekaligus kembali mengajukkan ajakan. Irma melihat jam yang ada di handphone-nya. "Masih jam delapan kurang,"
last updateLast Updated : 2023-10-24
Read more

Part 386 Menyimpan Amarah

Terlihat dari raut wajah dan tatapan matanya, jika wanita yang menganggap Irma sebagai perempuan gatel itu sedang menyimpan amarah, ada dua wanita lagi di belakangnya, sepertinya kawan dari calon mantan istrinya Fadlan.Irma hanya diam termangu, saat perempuan itu melabraknya. Fadlan langsung berdiri."Udah, Nes. Perempuan perusak mah, jambak aja rambutnya," ucap salah satu kawannya."Iya, ga usah takut, apa perlu gue bantuin hajar nih pelakor," tuduh kawannya yang satu lagi kepada Irma. Dua orang kawan-kawannya, malah memanas-manasi calon mantan Fadlan tersebut."Hai ... hai, kerjaan kalian jangan bisanya manas-manasin ya. Hai ... Agnes! Irma tidak ada hubungannya dengan masalah pribadi kita, aku bertemu Irma, baru seminggu ini. Sedangkan masalah di antara kita berdua, sudah berjalan berbulan-bulan. Jadi jika kamu menuduh Irma sebagai orang ke tiga di antara hubungan kita, kamu salah alamat," ucap Fadlan tegas. Irma tetap terdiam, dia bingung, harus bersikap seperti apa."Gue seperti
last updateLast Updated : 2023-10-25
Read more

Part 387 Sudah Berselingkuh

Part 12Fadlan terdiam, mendengar pertanyaan Irma, tatapannya masih menghadap ke tengah lautan yang terlihat temaram, terkena pantulan cahaya rembulan. Angin laut masih berembus kencang. Terlihat Fadlan menarik nafasnya sejenak, sembari matanya terpejam, lalu dilepaskan perlahan."Agnes sudah berselingkuh," jawabnya singkat.Lalu mengambil kopinya, dan menghirupnya perlahan."Kamu menyaksikan sendiri?" tanya Irma."Maksudnya?" jawab Fadlan"Maksudku, kamu menyaksikan sendiri perselingkuhan tersebut?" tanya Irma lagi."Tidak," jawab Fadlan, masih singkat. Tatapannya lalu beralih ke arah Irma."Aku menemukan chat-chat pribadinya dengan pria lain," jelas Fadlan."Maksud chat pribadi, seperti apa?""Chat-chat mesranya dengan pria lain." Jemarinya mengusap pelan wajahnya."Kamu kenal, siapa pria yang kamu maksud?" Irma masih terus mengejar. Bukannya Irma ingin kepo dengan masalah orang lain, tetapi ... Fadlan sendiri yang sudah berjanji, ingin menceritakan tentang masalah keluarganya."Ya,
last updateLast Updated : 2023-10-25
Read more

Part 388 Tangisan Seorang Ibu

"Mengapa sampai saat ini kamu belum juga menikah, Ir. Apakah itu semua karena aku?"Udara malam di pantai ini semakin dingin, ditambah lagi dengan anginnya yang kencang. Irma sampai mensidakepkan kedua tangannya karena hawa dingin tersebut, ditambah terkena basahan cokelat tadi, walaupun dia sudah berganti pakaian. Setelah cukup lama terdiam, Irma mulai menjawab pertanyaan Fadlan. "Aku harus menjawab apa, Fad? Jika aku bilang mungkin memang sudah garis hidupku dari Allah seperti ini, salah tidak?"Sesaat Fadlan terdiam, karena memang apa yang Irma katakan itu benar adanya. "Tidak, Ir, kamu tidak salah. Hidup, mati, dan jodoh memang urusan Allah 'kan?" "Hmm ... hanya satu hal yang bisa aku jawab dengan jujur dan sebenarnya. Dan itu sudah kujawab saat di rumah tadi. Apa aku harus mengulanginya lagi?" tanya Irma lagi. "Jika kamu tidak keberatan?""Kamu adalah kekasih yang pertama, Fad, dan sampai saat ini aku belum pernah berteman dekat lagi dengan pria lain," jawab Irma, ada nada get
last updateLast Updated : 2023-10-27
Read more

Part 389 Tamu Yang Ingin Bertemu

[ Assalamu'alaikum, Fad. Aku sudah memutuskan, sebelum urusan dengan istrimu selesai, aku minta, jangan temui aku dulu. Aku harap, kamu bisa memahami dan mengerti dengan keputusan yang sudah kuambil ini.]Selesai mengirimkan pesan, Irma lantas memblokir nomor Fadlan di aplikasi WA miliknya, bahkan memblokirnya juga di kontak teleponnya. Padahal, baru hari ini Irma memiliki nomor handphone mantan cinta pertamanya itu. Meletakkan hapenya di atas meja rias samping tempat tidurnya, lalu membaringkan tubuhnya di dipan tidur miliknya. Kembali teringat peristiwa saat di ropang tadi, betapa hatinya sangat sakit dianggap sebagai penyebab rusaknya rumah tangga seseorang. Pelakor, demi Tuhan Irma bukan seperti itu, dia lebih baik tetap menyendiri seperti ini daripada jadi perusak rumah tangga orang. Dalam perasaan yang resah, rasa kantuk mulai datang menyergap, karena Irma memang tidak terbiasa tidur terlalu telat. ÷÷÷Tiga hari setelah peristiwa penyiraman kopi oleh Agnes, dan akhirnya beru
last updateLast Updated : 2023-10-27
Read more
PREV
1
...
353637383940
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status