Semua Bab Di Atas Ranjang Dokter Sonya: Bab 161 - Bab 170

390 Bab

161. Mengenang Kesalahan

Sonya menatap Miska yang sedang duduk di hadapannya, ia melihat wanita muda yang terlihat kuyu dan tidak bercahaya lagi, seolah kecantikan miliknya ditarik entah ke mana. Loyo, mungkin hanya itu kata yang bisa mendeskripsikan Miska saat ini. Entah apa yang membuat wanita itu tampak tidak bersemangat dan kelelahan, seingatnya Miska sangat cantik dan selalu membuat dirinya rendah diri tapi, sekarang? Dirinya yakin bila ada pria acak yang ditanya siapa yang paling cantik semuanya akan menjawab Sonya karena Miska terlihat sangat loyo dan entahlah ... aneh. "Kamu mau ngomong apa? Apa yang mau kamu ceritai?" tanya Sonya. Miska melirik Nathan dengan pandangan takut, jantungnya seolah berdetak lebih cepat karena akan memberitahukan sebuah kebenaran yang sangat berpeluang untuk dirinya diamuk oleh Sonya. Miska yakin kalau Sonya akan memaki bahkan mencekiknya bila ia beritahukan apa yang sebenarnya terjadi pada Janu. 
Baca selengkapnya

162. Terkuaknya Kotak Pandora

Miska berjalan ke arah Emir dan duduk di antara kaki lelaki yang saat ini sedang mengacak pucuk kepalanya dengan kasar dan menarik kepalanya mendekati bagian pribadi milik Emir.   Tangan Miska meraih ujung celana Emir dengan pelan, jemarinya mengait di sana dengan pelan ia menurunkan celana itu hingga menunjukkan batang kenikmatan Emir yang sudah mengeras sempurna.   "Isap ...." Satu kata perintah yang langsung Miska patuhi, wanita itu dengan cepat memenuhi bibirnya dengan batang kenikmatan Emir.   Emir mengerang saat merasakan kecupan dan liukkan lidah Miska di batang kenikmatan miliknya, kepala Miska naik dan turun, lidahnya menyentuh setiap inci bagian pribadinya yang terus berkedut memecut gairahnya.   Tangan Emir menekan bagian kepala Miska dengan keras, memaksa wanita itu memasukkan lebih banyak batang kenikmatan miliknya, desahan Miska terdengar di kuping Emir seolah memecut birahi Emir. Kedua
Baca selengkapnya

163. Lonte Sialan!?

“Kamu butuh berapa?” tanya Emir sembari mengecup bagian belakang kepala Miska pelan, ia benar-benar merasa puas setelah melakukan hubungan badan dengan Miska. Wanita ini tidak seliar Sonya tapi, bisa memanjakan Ego Emir hingga ke nirwana.Miska berbalik dan mengecup dada Emir, kecupannya terus naik ke atas ke bagian rahang lalu berakhir di bibir Emir. Miska meliukkan lidahnya di dalam mulut Emir, menggoda lelaki itu dengan berbagai macam cara untuk menggelontorkan uang untuk dirinya, sebanyak bahkan kalau bisa lebih dari pada yang ia inginkan.“Berapa?” ulang Emir disela-sela ciumannya dengan Miska, tangannya menyusup ke bagian bokong wanita itu dan mencubitnya pelan.“Kaya yang aku chat,” ucap Miska sembari menggesekkan kakinya di antara sela-sela paha Emir, menyenggol bagian pribadi Emir yang sudah memasuki dirinya tadi.“Oke.” Emir mengambil ponselnya dan beranjak dari tidurnya, Ia berdiri kemudian mentransfer sejumlah uang pada rekening Miska.
Baca selengkapnya

164. Kalkulasi Ledakan Amarah Sonya

“Sonya?!” Awan dengan cepat meloncat dari duduknya dan memeluk pinggang Sonya, berusaha untuk meredam amarah Sonya, namun terlambat Sonya sudah menggerakkan tangannya.“Aw ....” Suara pekikkan Miska terdengar memenuhi ruang keluarga itu, daras segar dengan cepat mengalir dari lengan Miska, wanita hamil itu dengan cepat memundurkan tubuhnya menjauhi Sonya yang kembali mengangkat tangannya bersiap menghunuskan pisau dapur di tangannya untuk kedua kalinya.“Sonya?!” teriak Awan sembari memeluk tubuh Sonya dan berusaha untuk menahan tangan Sonya yang kembali wanita itu gerakkan untuk mengenai Miska. “Sonya, Sayang sadar?!”“Ibu Sonya harap tidak melakukan tindakan yang merugikan Anda, Anda bisa di penjara.” Nathan memperingatkan Sonya.Sonya seolah tidak mendengar teriakkan Awan dan Miska juga ancaman yang Nathan berikan pada dirinya, kupingnya benar-benar menuli dan tidak mau mendengar apa pun lagi.
Baca selengkapnya

165. Mama Ikut Janu

“Kamu nggak apa-apa?” tanya Awan sambil mengusap punggung Sonya yang dari tadi hanya bisa menyembunyikan wajahnya di dada Awan.Sonya sama sekali tidak menjawab pertanyaan Awan, ia hanya diam menatap dada Awan yang sudah basah karena air matanya yang terus bercucuran, hampir sepuluh menit Sonya menangis di dada Awan, ia menangis seperti orang gila dan berteriak ingin dibawa ke kamar Janu. Awan dengan cepat menggendongnya dan membawanya ke kamar Janu lalu memeluknya tanpa melepaskannya sama sekali.Sesekali Sonya merasakan kecupan di bagian pucuk rambutnya, ia merasakan tangan Awan yang hangat memeluknya dan membelai punggungnya, lelaki itu sama sekali tidak berkata apa pun kecuali kalimat yang baru saja ia tanyakan tadi. Selebihnya Awan hanya diam dan terus memeluknya, seolah paham kalau saat ini Sonya tidak membutuhkan apa pun selain keberadaannya yang memeluknya dengan erat.“Sonya, aku keluar sebentar, boleh?” tanya Awan sembari mendor
Baca selengkapnya

166. Partner Hidup

"Sonya, kamu ngapain?" tanya Awan panik saat melihat Sonya menarik selang dan menyalakan air untuk memenuhi isi kolam."Aku mau isi air kolam," ucap Sonya sembari melemparkan selang air ke dasar kolam dan mengambil ember.Sonya mengisi ember dengan air, setelah penuh ia masukan air kedalam kolam dan kembali mengisi air diember berkali-kali seperti orang kurang waras, bibirnya terus meracau berkali-kali, "Bentar, yah, Janu.""Sonya ... buat apa kamu isi kolam renangnya?" tanya Awan sembari mengikuti Sonya hilir mudik mengisi kolam dengan air. "Janu mau berenang, jadi, kolamnya harus diisi," ucap Sonya sembari mengambil ember secara serampangan hingga membasahi tubuhnya dan menuangkan air ke kolam terburu-buru.Awan menggeleng dan berusaha untuk mengambil ember dari tangan Sonya, "Sonya Janu nggak ada, Janu udah meninggal."Sonya tertawa pelan dan mengusap ujung hidungnya, ia berusaha untuk bernapas dengan susah payah, "Janu tadi bilang ke aku dia mau berenang sama aku, dia mau ajak ak
Baca selengkapnya

167. Centimeter

"Kamu nggak salah ngomong!?" teriak Lidya kaget.Sonya menggeleng pelan sembari menggenggam gelas berisikan teh hangat dengan kedua tangannya. Sudah hari kedua semenjak Miska mengatakan pengakuannya tentang apa yang terjadi pada Janu dan selama dua hari itu Sonya meminta izin untuk tidak bekerja dengan alasan sakit.Selama dua hari itu Awan selalu menemani dirinya dan memaksa Sonya tinggal di rumahnya yang tidak memiliki kolam renang, kebetulan hari ini Awan harus kembali bekerja dan ia meminta Sonya ditemani Lidya karena Awan yakin bila Sonya di tinggal sendirian Sonya akan kembali berhalusinasi dan mulai melakukan tindakan yang bisa membuat jantung Awan copot."Sonya, cerita kamu itu benar?" tanya Lidya yang kesal karena Sonya tidak menjawab pertanyaannya, malah menatap isi cangkir, "Sonya.""Nggak aku nggak bohong, itu yang Miska ceritain sama aku. Batute sialan itu ceritain semua yang terjadi di hari Janu meninggal. Sebuah fakta yang selalu Emir tutupi sampai hari ini." Sonya memi
Baca selengkapnya

168. Pembalasan Dendam Sonya

Sonya diam menatap gedung pengadilan agama di hadapannya, ini adalah hari di mana Sonya melakukan sidang terakhir dan hari di mana ia mungkin akan mendapatkan status janda, itu juga bila pengadilan memutuskan ia bisa bercerai dengan Emir. Kalau tidak, dia harus berkutat dengan beberapa kali lagi pengadilan yang sangat melelahkan. "Sonya, Sayang ... ayo, turun," ucap Awan sambil membuka sabuk pengaman yang Sonya kenakan. "Oh ... ayo," jawab Sonya lemah sembari membuka pintu dengan wajah lesu. "Sonya kamu kenapa?" tanya Awan yang sadar kalau Sonya terlihat murung. "Kalau pengadilan nggak meluluskan semuanya gimana? Kalau aku masih harus nikah sama Emir gimana? Aku nggak mau," ucap Sonya sembari memainkan map cokelat di pahanya. Awan mengusap bagian belakang rambut Sonya pelan, berusaha menenangkan Sonya, "Aku yakin orang pengadilan juga sadar dan tahu mana yang baik dan mana yang buruk." Sonya mengangguk pelan, tubuhnya berbalik dan menarik kemeja Awan hingga mendekati dirinya. Son
Baca selengkapnya

169. Hempaskan Semua Cerita

"Ada yang ingin tertuntut sampaikan sebelum kami sampaikan hal lainnya?" tanya Hakim pada Sonya. Seumur hidupnya dia menjadi hakim baru kali ini yang datang ke sidang perceraian dengan membawa selingkuhannya seperti Sonya. Aneh tapi nyata.Sonya melirik Emir yang ternyata sedang melihat dirinya, spontan Sonya memberikan senyum terbaiknya untuk Emir. Sonya menoleh melewati bahunya melihat Parwati yang juga sedang melihatnya. Mata Sonya sama sekali tidak melepaskan tatapan mata Parwati, Sonya seolah mengunci tatapan mata Parwati. "Saya ingin menyampaikan sesuatu.""Apa? Anda ingin mengubah keputusan Anda dan tetap mempertahankan pernikahan?" tanya hakim.Tawa Sonya hampir meledak saat mendengar perkataan hakim, "Saya hanya ingin memberikan bukti-bukti perselingkuhan yang dilakukan oleh Emir Sulaiman jauh sebelum saya melakukan kesalahan." Sonya tersenyum manis melihat wajah Parwati yang tersentak kaget."Sonya!?" teriak Emir kaget karena mendengar perkataan Sonya, jantungnya bergetar h
Baca selengkapnya

170. Tragedi Celana Dalam

"Celana dalam?" tanya Hakim bingung, intusia macam apa yang menitik beratkan pada celana dalam? Astaga ... kepalanya makin sakit mengurusi kasus perceraian ini, ada-ada saja pikiran wanita cantik di depannya ini. "Iya celana dalam, saya ini tipe yang menyiapkan semua pakaian suami saya setiap pagi. Dari ujung rambut sampai kaki dan saya hapal semuanya, itu kewajiban saya dulu sebelum lelaki di samping saya ini membuat ulah." Sonya menyelipkan rambutnya ke telinga."Lalu ...." Hakim makin penasaran dengan apa yang akan diceritakan oleh Sonya."Dan beberapa kali ... oh ... tidak, sering kali setiap dia pergi saya kasih celana dalam warna biru tapi, saat pulang celana dalamnya berubah warna jadi putih, hitam, cream, dipakai terbalik bahkan ... dia pernah pulang dalam keadaan tidak mengenakan celana dalam, bisa bapak bayangkan? Saya sebagai istrinya bagaimana tidak bingung, rasanya saya ingin berteriak kalau dia kurang ahli dalam menutupi ketololannya itu." Sonya menjelaskan dengan santa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
39
DMCA.com Protection Status