Semua Bab Di Atas Ranjang Dokter Sonya: Bab 151 - Bab 160

390 Bab

151. Persidangan

Persidangan berjalan sangat alot, Sonya sampai sakit kepala saat mendengar perkataan Emir yang benar-benar memojokkan dirinya. Berkali-kali ia harus menahan diri untuk tidak memaki atau meloncat ke tempat Emir dan mencekik leher suaminya itu. Perkataan Emir benar-benar membuat dirinya sakit hati luar biasa, ia bahkan diucapkan tidak tau diuntung karena berselingkuh padahal Emir mau menerimanya dalam keadaan tanpa rahim. Sonya bersyukur Awan sudah mendengar masalah itu hingga lelaki itu tampak tenang duduk di belakang Sonya dan tersenyum. Emir pun tanpa malu menunjuk Awan sebagai orang yang menghancurkan rumah tangganya, mungkin ini salah Sonya karena mengizinkan Awan untuk ikut dan masuk ke ruang sidang tapi, yang membuat Sonya menahan senyumnya adalah betapa santainya Awan menghadapi Emir. Ia hanya tersenyum pada Emir dan tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga membuat Emir kesal bukan main. Sesekali Sonya merasakan tatapan penuh amarah dari mertuany
Baca selengkapnya

152. Tamu Tak Diundang

Sonya berjalan hilir mudik di hadapan Lidya membuat sahabatnya itu kesal bukan main, ditambah Sonya menggigiti kuku jempolnya hingga membuat Lidya makin gemas."Sonya, duduk astaga ... nggak bisa kamu duduk manis dan nggak bergerak gitu?" Lidya menepuk kursi di sampingnya berharap Sonya duduk di sana dan tidak membuat kepalanya pusing."Aku pusing aku kesel aku ... argh ... galau," ucap Sonya sembari menghempaskan bokongnya di sebelah Lidya. Seharian ini ia gundah karena mendapatkan sebuah kabar dari Wendy pengacaranya."Kenapa? Gugatan Emir di tolak dan bikin kamu harus kembali mengarungi bahtera rumah tangga sama dia?" tebak Lidya yang tahu kalau itu akan menjadi sebuah mimpi paling buruk bagi Sonya. "Nggak, gugatannya diterima apa lagi kemarin aku bawa masuk Awan ke ruang sidang. Seolah aku membawa bukti nyata kalau aku selingkuh dari Emir." Sonya melipat kedua tangannya di dada. "Sinting, yah. Kayanya cuman kamu di Indonesia yang da
Baca selengkapnya

153. Salah Tingkah

Tuk .... Terdengar suara cangkir yang mengenai tatakan cangkir, Sonya berjuang untuk menjaga tata kramanya saat ini karena saat ini sedang minum teh bersama Kakek Awan, ternyata lelaki tua yang datang untuk menanyakan rumah miliknya itu adalah orang yang selalu Awan ceritakan pada dirinya. “Minum, Pak,” ucap Sonya kikuk sambil mengangkat cangkirnya dengan canggung, Sonya benar-benar tidak tahu harus bersikap seperti apa pada lelaki itu semuanya makin diperparah karena ia hanya mengenakan celana kain rumah biasa dan kaus oversize, sangat tidak sopan sama sekali. “Lah ... dari tadi saya minum, Sonya, kalau kebanyakan minum saya kembung,” kekeh Romli sembari menurunkan cangkirnya dan melihat pemandangan di luar rumah Sonya, menikmati hembusan angin yang membuat dirinya tenang. “Sonya,” panggil Romli pelan dan membuat Sonya menoleh pada dirinya. “Iya, kenapa? Bapak mau apa?” tanya Sonya masih dalam mode kikuk, Sonya benar-benar berjuang untuk tida
Baca selengkapnya

154. OTW Karma

“Jadi dia jual rumahnya?” tanya Emir sembari tersenyum saat mendengarkan berita baru dari Nathan pengacaranya yang mengatakan kalau Sonya sudah menjual rumah miliknya dan akan membagi dua hasil penjualannya dengan Emir. “Betul Bu Sonya menjual rumahnya dan perhiasannya, dia akan membagi dua hasil penjualannya dan untuk mobil dan aset lainnya, Bu Sonya akan menyerahkannya tanpa menuntut apa pun juga,” terang Nathan sembari menyerahkan perjanjian baru ke pada Emir, meminta kliennya itu untuk menandatangani surat perjanjian yang baru untuk perceraiannya. “Tumben perempuan itu mau ngelakuin apa yang aku minta dan mau,” ucap Emir yang merasa sangat senang karena akhirnya ia mendapatkan apa yang ia inginkan, uang dan kebahagiaan melihat Sonya kehilangan rumah yang sangat ia sayangi. Nathan hanya bisa memberikan senyuman palsu saat mendengar perkataan Emir, karena jujur seandainya Nathan adalah seorang wanita yang menikah dengan lelaki seperti Emir, Nathan juga akan
Baca selengkapnya

155. Awal Karma

"Kak ... Kakak yakin pacar Kakak itu bakal tanggung jawab atas bayi yang Kakak kandung?" tanya Lya yang menatap perut Miska yang sudah mulai terlihat seperti wanita hamil. "Dia harus tanggung jawab, Kakak nggak bakal lepasin dia sampai kapan pun," ungkap Miska sembari memilih baju tidur yang cocok untuk bentuk tubuhnya saat ini yang sudah naik 7 kilo semenjak ia hamil. "Tapi, Kak ... perut Kaka udah gede banget dan sampai detik ini pacar Kaka belum datang buat nemuin Mama sama Papa? Kak, Mama udah curiga karena Kaka selalu pakai baju kebesaran dan menolak untuk datang ke rumah." Lya mengingatkan Miska dengan situasi yang menurut Lya sudah sangat genting ini, ia tidak ingin Kakaknya di sia-siakan oleh kekasihnya yang sampai detik ini belum pernah Lya lihat batang hidungnya. Tangan Miska terhenti saat sedang memilih pakaian untuk ia kenakan, pikirannya melayang pada pertemuan terakhir dirinya dan Emir yang entah sudah bera
Baca selengkapnya

156. Gigitan Pembawa Petaka

Tiara membuka pintu kamar dengan cepat karena sudah merasakan tangan Emir menyentuh bagian-bagian sensitif di tubuhnya. Lelaki itu benar-benar memiliki nafsu yang sangat tinggi bila sudah mulai bercinta, tangannya akan dengan kasar menggerayangi tubuhnya yang mulus.Emir adalah seseorang sosok sempurna bagi Tiara, ia sangat gampang memberikan uang dan suka memberikan kenikmatan bagi Tiara walaupun terkadang saat bercinta dengan Emir, Tiara sangat jarang sekali mendapatkan pelepasan karena Emir adalah sosok pria egois yang tidak mau memanjakan dirinya."Sebentar Emir," bisik Tiara yang sudah merasakan jemari Emir di ceruk kenikmatan miliknya, mengusapnya dengan kasar hingga membuat Tiara mengaduh kesakitan.Tiara membuka pintu dan masuk, sedetik ia menutup pintu Tiara merasakan tubuhnya ditekan ke arah pintu hingga membuat, pintu
Baca selengkapnya

157. Nathan

“Iya, halo Pak Emir.”“Nathan ….” Emir langsung memanggil nama pengacaranya itu sesaat ia mendengar suaranya di telepon. “Iya, ada yang bisa saya bantu Pak Emir?” tanya Nathan yang waswas dengan permintaan apa lagi yang akan kliennya ajukan ini. Rasanya umur makin pendek saat menangani klien satunya ini, andai dia bukan junior di biro pengacaranya dan ia bisa menolaknya mungkin dia sudah tolak klien bernama Emir ini.“Kamu bisa tolong saya untuk mengusir orang yang mendiami apartemen saya? Dan tolong saya untuk menjualnya?” tanya Emir sembari mengacak isi laci meja kerjanya untuk mencari surat apartemen milik Miska. Ia benar-benar ingin sesegera mungkin mengenyahkan wanita itu dari kehidupannya. Dia muak.“Bisa Pak, untuk kapan dan apartemennya di mana?” tanya Nathan sembari menghela napasnya sepelan mungkin karena saat ini pekerjaannya makin banyak. “Segera mungkin, pagi ini kalau bisa,” ucap Emir sembari mengambil surat apartemen yang
Baca selengkapnya

158. Strike Back

Sonya memulas bibirnya dengan lipstik berwarna nude, ia sekali lagi mengamati pantulan bayangannya di cermin berusaha untuk melihat apakah ada cela di riasannya hari ini. Hari ini adalab hari di mana ia harus kembali ke persidangan dan menghadapi Emir, memberikan kunci mobilnya pada Emir karena lelaki gila itu menginginkan segalanya milik Sonya.Kelakuan Emir membuat Sonya sadar kalau mantan suaminya itu sangat menginginkan dirinya terlunta-lunta dan sengsara setelah meninggalkan Emir, untungnya rumah yang saat ini Sonya tempati dibeli Kakek Awan dan seluruh perhiasannya juga. "Sonya ...." Suara bariton terdengar dari arah pintu kamar Sonya membuat Sonya menoleh melewati bahunya dan mendapati Awan sedang menatapnya."Awan, kamu kok bisa masuk?" Sebuah pertanyaan bodoh Sonya lontarkan, padahal ia sendiri yang memberikan nomer kombinasi pintu rumahnya pada Awan, tentu saja Awan bisa masuk ke dalam rumahnya dengan sangat leluasa tanpa perlu meminta izin pada
Baca selengkapnya

159. Dikira Vespa Ternyata Tesla

"Awan?" Sonya hanya bisa mengedipkan kelopak matanya dan melihat tidak percaya saat melihat Awan keluar dari mobil Tesla.   "Udah? Pulang sekarang atau makan dulu?" tanya Awan santai sembari berjalan keluar mobil dan mendekati Sonya.   Sonya hanya bisa melihat Awan dengan pandangan tidak percaya dan belum sanggup berkata apa pun juga, rasanya ia ingin mencubit pahanya sendiri karena bila ini hanya mimpi maka cubitannya itu tidak akan menyakiti dirinya sama sekali.   "Sonya ...." Awan melambaikan tangannya di depan wajah Sonya karena wanita itu tidak membalas panggilannya sama sekali. "Sonya kamu kenapa?"   "Hah ... apa?" tanya Sonya kaget sembari bergidik pelan, berusaha mengembalikan kesadarannya.   "Udah? Mau pulang atau mau makan?" tanya Awan santai sambil berjuang untuk tidak melirik Emir yang saat ini sedang menatapnya dengan tatapan bingung dan kaget.  
Baca selengkapnya

160. Roller Coaster Kehidupan

Sepanjang jalan Awan tertawa terbahak-bahak dengan perkataan Sonya yang menganggap dirinya menjual ginjal, "Kamu kok bisa mikir aku jual ginjal?" Sonya mengerucutkan bibirnya sembari memilin pakaiannya salah tingkah karena tebakannya salah, "Ya ... habis, aku anggap kamu jual ginjal karena nggak masuk akal, dengan pekerjaan kamu yang penata anestesi kamu beli mobil seharga rumah, Wan." "Hahaha ... emang kalau penata anestesi nggak boleh punya Tesla? Aku harus punya mobil apa?" tanya Awan sembari tertawa, rasanya lucu dengan pikiran Sonya, memang apa salahnya seorang penata anestesi memiliki mobil Tesla? Selama dia mampu membelinya kenapa nggak. "Yah, mobil normal ... kaya mobil aku atau mobil itu," ucap Sonya sembari menunjuk mobil sejuta umat yang sedang melewati mereka. "Hahaha ... nggak enak pakai mobil kaya gitu, nggak bisa gini," ucap Awan sembari menekan tuas di bagian kanan atas setir mobil mi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
39
DMCA.com Protection Status