"Awan?" Sonya hanya bisa mengedipkan kelopak matanya dan melihat tidak percaya saat melihat Awan keluar dari mobil Tesla.
"Udah? Pulang sekarang atau makan dulu?" tanya Awan santai sembari berjalan keluar mobil dan mendekati Sonya.
Sonya hanya bisa melihat Awan dengan pandangan tidak percaya dan belum sanggup berkata apa pun juga, rasanya ia ingin mencubit pahanya sendiri karena bila ini hanya mimpi maka cubitannya itu tidak akan menyakiti dirinya sama sekali.
"Sonya ...." Awan melambaikan tangannya di depan wajah Sonya karena wanita itu tidak membalas panggilannya sama sekali. "Sonya kamu kenapa?"
"Hah ... apa?" tanya Sonya kaget sembari bergidik pelan, berusaha mengembalikan kesadarannya.
"Udah? Mau pulang atau mau makan?" tanya Awan santai sambil berjuang untuk tidak melirik Emir yang saat ini sedang menatapnya dengan tatapan bingung dan kaget.
Sonya mulai ngaco, ya kali Awan jual ginjal, hahahaha ..... Karma Emir belum selesai, yah. Tidak semudah itu Emir terlepas dari jeratan karma, tidak semudah itu Ferguso hahahha *ketawa jahat Xoxo Gallon yang Hobi Kellon
Sepanjang jalan Awan tertawa terbahak-bahak dengan perkataan Sonya yang menganggap dirinya menjual ginjal, "Kamu kok bisa mikir aku jual ginjal?"Sonya mengerucutkan bibirnya sembari memilin pakaiannya salah tingkah karena tebakannya salah, "Ya ... habis, aku anggap kamu jual ginjal karena nggak masuk akal, dengan pekerjaan kamu yang penata anestesi kamu beli mobil seharga rumah, Wan.""Hahaha ... emang kalau penata anestesi nggak boleh punya Tesla? Aku harus punya mobil apa?" tanya Awan sembari tertawa, rasanya lucu dengan pikiran Sonya, memang apa salahnya seorang penata anestesi memiliki mobil Tesla? Selama dia mampu membelinya kenapa nggak."Yah, mobil normal ... kaya mobil aku atau mobil itu," ucap Sonya sembari menunjuk mobil sejuta umat yang sedang melewati mereka."Hahaha ... nggak enak pakai mobil kaya gitu, nggak bisa gini," ucap Awan sembari menekan tuas di bagian kanan atas setir mobil mi
Sonya menatap Miska yang sedang duduk di hadapannya, ia melihat wanita muda yang terlihat kuyu dan tidak bercahaya lagi, seolah kecantikan miliknya ditarik entah ke mana. Loyo, mungkin hanya itu kata yang bisa mendeskripsikan Miska saat ini.Entah apa yang membuat wanita itu tampak tidak bersemangat dan kelelahan, seingatnya Miska sangat cantik dan selalu membuat dirinya rendah diri tapi, sekarang? Dirinya yakin bila ada pria acak yang ditanya siapa yang paling cantik semuanya akan menjawab Sonya karena Miska terlihat sangat loyo dan entahlah ... aneh."Kamu mau ngomong apa? Apa yang mau kamu ceritai?" tanya Sonya.Miska melirik Nathan dengan pandangan takut, jantungnya seolah berdetak lebih cepat karena akan memberitahukan sebuah kebenaran yang sangat berpeluang untuk dirinya diamuk oleh Sonya. Miska yakin kalau Sonya akan memaki bahkan mencekiknya bila ia beritahukan apa yang sebenarnya terjadi pada Janu.
Miska berjalan ke arah Emir dan duduk di antara kaki lelaki yang saat ini sedang mengacak pucuk kepalanya dengan kasar dan menarik kepalanya mendekati bagian pribadi milik Emir. Tangan Miska meraih ujung celana Emir dengan pelan, jemarinya mengait di sana dengan pelan ia menurunkan celana itu hingga menunjukkan batang kenikmatan Emir yang sudah mengeras sempurna. "Isap ...." Satu kata perintah yang langsung Miska patuhi, wanita itu dengan cepat memenuhi bibirnya dengan batang kenikmatan Emir. Emir mengerang saat merasakan kecupan dan liukkan lidah Miska di batang kenikmatan miliknya, kepala Miska naik dan turun, lidahnya menyentuh setiap inci bagian pribadinya yang terus berkedut memecut gairahnya. Tangan Emir menekan bagian kepala Miska dengan keras, memaksa wanita itu memasukkan lebih banyak batang kenikmatan miliknya, desahan Miska terdengar di kuping Emir seolah memecut birahi Emir. Kedua
“Kamu butuh berapa?” tanya Emir sembari mengecup bagian belakang kepala Miska pelan, ia benar-benar merasa puas setelah melakukan hubungan badan dengan Miska. Wanita ini tidak seliar Sonya tapi, bisa memanjakan Ego Emir hingga ke nirwana.Miska berbalik dan mengecup dada Emir, kecupannya terus naik ke atas ke bagian rahang lalu berakhir di bibir Emir. Miska meliukkan lidahnya di dalam mulut Emir, menggoda lelaki itu dengan berbagai macam cara untuk menggelontorkan uang untuk dirinya, sebanyak bahkan kalau bisa lebih dari pada yang ia inginkan.“Berapa?” ulang Emir disela-sela ciumannya dengan Miska, tangannya menyusup ke bagian bokong wanita itu dan mencubitnya pelan.“Kaya yang aku chat,” ucap Miska sembari menggesekkan kakinya di antara sela-sela paha Emir, menyenggol bagian pribadi Emir yang sudah memasuki dirinya tadi.“Oke.” Emir mengambil ponselnya dan beranjak dari tidurnya, Ia berdiri kemudian mentransfer sejumlah uang pada rekening Miska.
“Sonya?!” Awan dengan cepat meloncat dari duduknya dan memeluk pinggang Sonya, berusaha untuk meredam amarah Sonya, namun terlambat Sonya sudah menggerakkan tangannya.“Aw ....” Suara pekikkan Miska terdengar memenuhi ruang keluarga itu, daras segar dengan cepat mengalir dari lengan Miska, wanita hamil itu dengan cepat memundurkan tubuhnya menjauhi Sonya yang kembali mengangkat tangannya bersiap menghunuskan pisau dapur di tangannya untuk kedua kalinya.“Sonya?!” teriak Awan sembari memeluk tubuh Sonya dan berusaha untuk menahan tangan Sonya yang kembali wanita itu gerakkan untuk mengenai Miska. “Sonya, Sayang sadar?!”“Ibu Sonya harap tidak melakukan tindakan yang merugikan Anda, Anda bisa di penjara.” Nathan memperingatkan Sonya.Sonya seolah tidak mendengar teriakkan Awan dan Miska juga ancaman yang Nathan berikan pada dirinya, kupingnya benar-benar menuli dan tidak mau mendengar apa pun lagi.
“Kamu nggak apa-apa?” tanya Awan sambil mengusap punggung Sonya yang dari tadi hanya bisa menyembunyikan wajahnya di dada Awan.Sonya sama sekali tidak menjawab pertanyaan Awan, ia hanya diam menatap dada Awan yang sudah basah karena air matanya yang terus bercucuran, hampir sepuluh menit Sonya menangis di dada Awan, ia menangis seperti orang gila dan berteriak ingin dibawa ke kamar Janu. Awan dengan cepat menggendongnya dan membawanya ke kamar Janu lalu memeluknya tanpa melepaskannya sama sekali.Sesekali Sonya merasakan kecupan di bagian pucuk rambutnya, ia merasakan tangan Awan yang hangat memeluknya dan membelai punggungnya, lelaki itu sama sekali tidak berkata apa pun kecuali kalimat yang baru saja ia tanyakan tadi. Selebihnya Awan hanya diam dan terus memeluknya, seolah paham kalau saat ini Sonya tidak membutuhkan apa pun selain keberadaannya yang memeluknya dengan erat.“Sonya, aku keluar sebentar, boleh?” tanya Awan sembari mendor
"Sonya, kamu ngapain?" tanya Awan panik saat melihat Sonya menarik selang dan menyalakan air untuk memenuhi isi kolam."Aku mau isi air kolam," ucap Sonya sembari melemparkan selang air ke dasar kolam dan mengambil ember.Sonya mengisi ember dengan air, setelah penuh ia masukan air kedalam kolam dan kembali mengisi air diember berkali-kali seperti orang kurang waras, bibirnya terus meracau berkali-kali, "Bentar, yah, Janu.""Sonya ... buat apa kamu isi kolam renangnya?" tanya Awan sembari mengikuti Sonya hilir mudik mengisi kolam dengan air. "Janu mau berenang, jadi, kolamnya harus diisi," ucap Sonya sembari mengambil ember secara serampangan hingga membasahi tubuhnya dan menuangkan air ke kolam terburu-buru.Awan menggeleng dan berusaha untuk mengambil ember dari tangan Sonya, "Sonya Janu nggak ada, Janu udah meninggal."Sonya tertawa pelan dan mengusap ujung hidungnya, ia berusaha untuk bernapas dengan susah payah, "Janu tadi bilang ke aku dia mau berenang sama aku, dia mau ajak ak
"Kamu nggak salah ngomong!?" teriak Lidya kaget.Sonya menggeleng pelan sembari menggenggam gelas berisikan teh hangat dengan kedua tangannya. Sudah hari kedua semenjak Miska mengatakan pengakuannya tentang apa yang terjadi pada Janu dan selama dua hari itu Sonya meminta izin untuk tidak bekerja dengan alasan sakit.Selama dua hari itu Awan selalu menemani dirinya dan memaksa Sonya tinggal di rumahnya yang tidak memiliki kolam renang, kebetulan hari ini Awan harus kembali bekerja dan ia meminta Sonya ditemani Lidya karena Awan yakin bila Sonya di tinggal sendirian Sonya akan kembali berhalusinasi dan mulai melakukan tindakan yang bisa membuat jantung Awan copot."Sonya, cerita kamu itu benar?" tanya Lidya yang kesal karena Sonya tidak menjawab pertanyaannya, malah menatap isi cangkir, "Sonya.""Nggak aku nggak bohong, itu yang Miska ceritain sama aku. Batute sialan itu ceritain semua yang terjadi di hari Janu meninggal. Sebuah fakta yang selalu Emir tutupi sampai hari ini." Sonya memi