“Jadi dia jual rumahnya?” tanya Emir sembari tersenyum saat mendengarkan berita baru dari Nathan pengacaranya yang mengatakan kalau Sonya sudah menjual rumah miliknya dan akan membagi dua hasil penjualannya dengan Emir.
“Betul Bu Sonya menjual rumahnya dan perhiasannya, dia akan membagi dua hasil penjualannya dan untuk mobil dan aset lainnya, Bu Sonya akan menyerahkannya tanpa menuntut apa pun juga,” terang Nathan sembari menyerahkan perjanjian baru ke pada Emir, meminta kliennya itu untuk menandatangani surat perjanjian yang baru untuk perceraiannya.
“Tumben perempuan itu mau ngelakuin apa yang aku minta dan mau,” ucap Emir yang merasa sangat senang karena akhirnya ia mendapatkan apa yang ia inginkan, uang dan kebahagiaan melihat Sonya kehilangan rumah yang sangat ia sayangi.
Nathan hanya bisa memberikan senyuman palsu saat mendengar perkataan Emir, karena jujur seandainya Nathan adalah seorang wanita yang menikah dengan lelaki seperti Emir, Nathan juga akan
OTW Karmanya nih, siap-siap yah, Mas Emir Karma mu OTW ini, nggak kredit lagi, Muahahahahaa ..... Xoxo Gallon yang Hobi Kellon @storyby_gallon
"Kak ... Kakak yakin pacar Kakak itu bakal tanggung jawab atas bayi yang Kakak kandung?" tanya Lya yang menatap perut Miska yang sudah mulai terlihat seperti wanita hamil."Dia harus tanggung jawab, Kakak nggak bakal lepasin dia sampai kapan pun," ungkap Miska sembari memilih baju tidur yang cocok untuk bentuk tubuhnya saat ini yang sudah naik 7 kilo semenjak ia hamil."Tapi, Kak ... perut Kaka udah gede banget dan sampai detik ini pacar Kaka belum datang buat nemuin Mama sama Papa? Kak, Mama udah curiga karena Kaka selalu pakai baju kebesaran dan menolak untuk datang ke rumah." Lya mengingatkan Miska dengan situasi yang menurut Lya sudah sangat genting ini, ia tidak ingin Kakaknya di sia-siakan oleh kekasihnya yang sampai detik ini belum pernah Lya lihat batang hidungnya.Tangan Miska terhenti saat sedang memilih pakaian untuk ia kenakan, pikirannya melayang pada pertemuan terakhir dirinya dan Emir yang entah sudah bera
Tiara membuka pintu kamar dengan cepat karena sudah merasakan tangan Emir menyentuh bagian-bagian sensitif di tubuhnya. Lelaki itu benar-benar memiliki nafsu yang sangat tinggi bila sudah mulai bercinta, tangannya akan dengan kasar menggerayangi tubuhnya yang mulus.Emir adalah seseorang sosok sempurna bagi Tiara, ia sangat gampang memberikan uang dan suka memberikan kenikmatan bagi Tiara walaupun terkadang saat bercinta dengan Emir, Tiara sangat jarang sekali mendapatkan pelepasan karena Emir adalah sosok pria egois yang tidak mau memanjakan dirinya."Sebentar Emir," bisik Tiara yang sudah merasakan jemari Emir di ceruk kenikmatan miliknya, mengusapnya dengan kasar hingga membuat Tiara mengaduh kesakitan.Tiara membuka pintu dan masuk, sedetik ia menutup pintu Tiara merasakan tubuhnya ditekan ke arah pintu hingga membuat, pintu
“Iya, halo Pak Emir.”“Nathan ….” Emir langsung memanggil nama pengacaranya itu sesaat ia mendengar suaranya di telepon. “Iya, ada yang bisa saya bantu Pak Emir?” tanya Nathan yang waswas dengan permintaan apa lagi yang akan kliennya ajukan ini. Rasanya umur makin pendek saat menangani klien satunya ini, andai dia bukan junior di biro pengacaranya dan ia bisa menolaknya mungkin dia sudah tolak klien bernama Emir ini.“Kamu bisa tolong saya untuk mengusir orang yang mendiami apartemen saya? Dan tolong saya untuk menjualnya?” tanya Emir sembari mengacak isi laci meja kerjanya untuk mencari surat apartemen milik Miska. Ia benar-benar ingin sesegera mungkin mengenyahkan wanita itu dari kehidupannya. Dia muak.“Bisa Pak, untuk kapan dan apartemennya di mana?” tanya Nathan sembari menghela napasnya sepelan mungkin karena saat ini pekerjaannya makin banyak. “Segera mungkin, pagi ini kalau bisa,” ucap Emir sembari mengambil surat apartemen yang
Sonya memulas bibirnya dengan lipstik berwarna nude, ia sekali lagi mengamati pantulan bayangannya di cermin berusaha untuk melihat apakah ada cela di riasannya hari ini. Hari ini adalab hari di mana ia harus kembali ke persidangan dan menghadapi Emir, memberikan kunci mobilnya pada Emir karena lelaki gila itu menginginkan segalanya milik Sonya.Kelakuan Emir membuat Sonya sadar kalau mantan suaminya itu sangat menginginkan dirinya terlunta-lunta dan sengsara setelah meninggalkan Emir, untungnya rumah yang saat ini Sonya tempati dibeli Kakek Awan dan seluruh perhiasannya juga. "Sonya ...." Suara bariton terdengar dari arah pintu kamar Sonya membuat Sonya menoleh melewati bahunya dan mendapati Awan sedang menatapnya."Awan, kamu kok bisa masuk?" Sebuah pertanyaan bodoh Sonya lontarkan, padahal ia sendiri yang memberikan nomer kombinasi pintu rumahnya pada Awan, tentu saja Awan bisa masuk ke dalam rumahnya dengan sangat leluasa tanpa perlu meminta izin pada
"Awan?" Sonya hanya bisa mengedipkan kelopak matanya dan melihat tidak percaya saat melihat Awan keluar dari mobil Tesla. "Udah? Pulang sekarang atau makan dulu?" tanya Awan santai sembari berjalan keluar mobil dan mendekati Sonya. Sonya hanya bisa melihat Awan dengan pandangan tidak percaya dan belum sanggup berkata apa pun juga, rasanya ia ingin mencubit pahanya sendiri karena bila ini hanya mimpi maka cubitannya itu tidak akan menyakiti dirinya sama sekali. "Sonya ...." Awan melambaikan tangannya di depan wajah Sonya karena wanita itu tidak membalas panggilannya sama sekali. "Sonya kamu kenapa?" "Hah ... apa?" tanya Sonya kaget sembari bergidik pelan, berusaha mengembalikan kesadarannya. "Udah? Mau pulang atau mau makan?" tanya Awan santai sambil berjuang untuk tidak melirik Emir yang saat ini sedang menatapnya dengan tatapan bingung dan kaget.
Sepanjang jalan Awan tertawa terbahak-bahak dengan perkataan Sonya yang menganggap dirinya menjual ginjal, "Kamu kok bisa mikir aku jual ginjal?"Sonya mengerucutkan bibirnya sembari memilin pakaiannya salah tingkah karena tebakannya salah, "Ya ... habis, aku anggap kamu jual ginjal karena nggak masuk akal, dengan pekerjaan kamu yang penata anestesi kamu beli mobil seharga rumah, Wan.""Hahaha ... emang kalau penata anestesi nggak boleh punya Tesla? Aku harus punya mobil apa?" tanya Awan sembari tertawa, rasanya lucu dengan pikiran Sonya, memang apa salahnya seorang penata anestesi memiliki mobil Tesla? Selama dia mampu membelinya kenapa nggak."Yah, mobil normal ... kaya mobil aku atau mobil itu," ucap Sonya sembari menunjuk mobil sejuta umat yang sedang melewati mereka."Hahaha ... nggak enak pakai mobil kaya gitu, nggak bisa gini," ucap Awan sembari menekan tuas di bagian kanan atas setir mobil mi
Sonya menatap Miska yang sedang duduk di hadapannya, ia melihat wanita muda yang terlihat kuyu dan tidak bercahaya lagi, seolah kecantikan miliknya ditarik entah ke mana. Loyo, mungkin hanya itu kata yang bisa mendeskripsikan Miska saat ini.Entah apa yang membuat wanita itu tampak tidak bersemangat dan kelelahan, seingatnya Miska sangat cantik dan selalu membuat dirinya rendah diri tapi, sekarang? Dirinya yakin bila ada pria acak yang ditanya siapa yang paling cantik semuanya akan menjawab Sonya karena Miska terlihat sangat loyo dan entahlah ... aneh."Kamu mau ngomong apa? Apa yang mau kamu ceritai?" tanya Sonya.Miska melirik Nathan dengan pandangan takut, jantungnya seolah berdetak lebih cepat karena akan memberitahukan sebuah kebenaran yang sangat berpeluang untuk dirinya diamuk oleh Sonya. Miska yakin kalau Sonya akan memaki bahkan mencekiknya bila ia beritahukan apa yang sebenarnya terjadi pada Janu.
Miska berjalan ke arah Emir dan duduk di antara kaki lelaki yang saat ini sedang mengacak pucuk kepalanya dengan kasar dan menarik kepalanya mendekati bagian pribadi milik Emir. Tangan Miska meraih ujung celana Emir dengan pelan, jemarinya mengait di sana dengan pelan ia menurunkan celana itu hingga menunjukkan batang kenikmatan Emir yang sudah mengeras sempurna. "Isap ...." Satu kata perintah yang langsung Miska patuhi, wanita itu dengan cepat memenuhi bibirnya dengan batang kenikmatan Emir. Emir mengerang saat merasakan kecupan dan liukkan lidah Miska di batang kenikmatan miliknya, kepala Miska naik dan turun, lidahnya menyentuh setiap inci bagian pribadinya yang terus berkedut memecut gairahnya. Tangan Emir menekan bagian kepala Miska dengan keras, memaksa wanita itu memasukkan lebih banyak batang kenikmatan miliknya, desahan Miska terdengar di kuping Emir seolah memecut birahi Emir. Kedua