Home / Thriller / Desah Di Kamar Sebelah / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Desah Di Kamar Sebelah: Chapter 121 - Chapter 130

146 Chapters

121

121POV NAMI “Mbak, sepertinya jampi-jampi Mbah Legi kali ini sangat topcer dan lebih manjur ketimbang dulu! Mas Anwar jadi semakin baik tingkahnya. Kalian sudah terima uang lima juta itu, kan?” “Masyaallah! Limang yuto (lima juta), In? Tenanan ora iki (betulan tidak ini), In?” “Tenan, Mbak! Sumpah demi Allah! Mas Anwar tadi pas makan siang berduaan denganku ngobrol banyak. Dia bilang mau kirimin kalian lima juta. Terus, gajiku akan dibayarkan per bulannya sepuluh juta! Besok aku diajak ziarah ke makam Lia juga. Pokoknya, sebagai mbakyuku yang baik, kamu harus terus dekati Mbah Legi, lho!” “Nggeh (iya), In! Aku pasti bakalan sowan ke Mbah Legi sering-sering. Uang lima juta banyak sekali, In? Kata Pak Anwar buat apa, In?” “Buat kuliah anaknya kalian. Sisanya ya terserah mbok gawe opo (mau kamu apakan). Ingat ya, Mbak, kalau sudah dapat duit terus menerus dariku, jangan lupakan aku yang ada di sini! Mbah Legi disamban
last updateLast Updated : 2022-10-04
Read more

122. Mengawasi Gerak Geriknya

122POV NamiMengawasi Gerak Geriknya Aku dan Nalen telah membuat sebuah kesepakatan bersama. Putra semata wayangku tersebut langsung mengiyakan segala ide-ide yang kucetuskan kepadanya. Dia yakin, bahwa apa yang sudah kami rencanakan akan berjalan dengan sukses. “Kita harus satukan kekuatan, Ma,” ucap Nalen sambil menggenggam jemariku. “Tentu, Len. Mama nggak mau kalau keluarga yang sudah susah payah kita bangun bersama ini, runtuh hancur seketika hanya gara-gara perempuan laknat itu.” Penuh semangat aku mengucapkan kalimat barusan. Kugenggam kembali tangan Nalen yang terasa sejuk. Pemuda itu pun mengangguk mantap sambil menatapku dalam. “Papa itu orang baik. Aku tahu sebenarnya dia hanya terpengaruh oleh dukun saja. Jadi, aku juga yakin kalau kemampuan dukun sialan itu bakalan luntur juga nantinya. Lihat saja,” desis Nalen. Mata Nalen kulihat menerawang jauh ke sana. Kutengok, dia begitu berapi-api u
last updateLast Updated : 2022-11-03
Read more

123. Mendadak Jantungan

Bab 123POV NamiMendadak Jantungan Aku tak membiarkan Rahima dan Ina berduaan di dapur untuk menyiapkan makan malam. Sudah kapok dengan pertengkaran mereka. Apalagi, aku malah sempat terhasut dengan tipu daya muslihat dari Ina yang kentara sekali ingin menyingkirkan Rahima dari rumahku. Ina mungkin tak sampai otaknya untuk berpikir bahwa aku telah tahu semua yang dia rencanakan. Mulai dari dukun yang dia bawa untuk mengguna-gunai suamiku, hingga rencananya untuk menyingkirkan Rahima. Perempuan itu ingin berubah menjadi iblis, tetapi sayangnya kapasitas otak yang dia punya tak ubahnya seperti seekor cacing kecil di dalam tanah. Aku sibuk berkutat di dapur, meskipun waktu yang kumiliki untuk menyiapkan hidangan sangatlah mepet. Tidak peduli, pokoknya aku akan masak dengan tanganku sendiri. Mas Anwar harus kuperlakukan sebaik mungkin, walau aku tahu betul kesadaran pikirnya sedang dikendalikan oleh ilmu hitam. Sementara aku yang me
last updateLast Updated : 2022-11-03
Read more

124. Ulah Ular Betina

Bab 124POV NamiUlah Ular Betina Perlahan, bibir tipis Ina menyeringai hingga tampak geliginya. Aku terperanjat. Perempuan ini, makin lama makin menyeramkan saja. Kekakuan tubuhku akhirnya berakhir. Napasku langsung terengah. Anehnya, suara gemiricik air dari keran di wastafel pun terdengar kembali di telinga. Ya Allah, pertanda apakah seperti ini? Apakah kekuatan magis dari jampi-jampi yang dilakukan oleh dukunnya Ina semakin kuat bekerja pada tubuhku? Ya Rabbi, aku mohon lindungilah diriku! “Boleh,” sahutku pada Ina sambil terus menatapnya. Aku tak boleh terlihat lemah di hadapan perempuan ini. Sejatinya, ilmu hitam akan semakin kuat menguasai diri kita, apabil keimanan yang kita miliki lemah. Tanda-tanda iman yang lemah ialah mudah gentar dan takut kepada sesama makhluk. “Oke. Kita salat sama-sama kalau begitu, Nyonya. Aku permisi untuk siap-siap salat bersama Nyonya.” Ina menyahut de
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

125. Gertakan

Bab 125POV NamiGertakan Aku dan Rahima sepakat berpisah sejenak untuk mempersiapkan salat Magrib berjamaah. Rahima masuk ke kamarnya dan aku pun juga mengayunkan kaki menuju kamarku di depan sana. Suasana rumah Mas Anwar tiba-tiba saja terasa begitu sepi, sunyi, dan sendu sekarang. Sebelum-sebelumnya, tak pernah aku merasakan aura yang seperti ini di rumah suamiku. Bangunan dua lantai yang padahal sudah banyak dirombak dari bentuk aslinya tersebut, meskipun kerap ditinggal para penghuninya untuk bekerja atau sekadar hang out, tetapi tak pernah menyisakan perasaan sunyi yang separah sekarang. Aku sempat merinding hebat lagi ketika melewati selasar di mana tangga menuju lantai dua berada. Kutengok ke atas tangga, tak ada siapa pun. Nalen tidak kunjung turun dari kamarnya. Namun, tiba-tiba saja mataku menangkap sebuah kelebat hitam. Terbang dari atas dan meresap ke dinding. “Astaghfirullah!” pekikku gentar. Kukucek m
last updateLast Updated : 2022-11-08
Read more

126. Aku Sudah Tak Sabar!

Bab 126POV NamiAku Sudah Tak Sabar! Mas Anwar lalu membuang mukanya dan bergerak mengeloyor pergi meninggalkanku yang masih mengandung geram di dalam hati. Dengan santainya, pria tinggi besar berkulit hitam itu masuk ke kamar mandi. Bunyi pintu toilet yang dia tutup dari dalam itu, terdengar cukup nyaring, membikin hatiku makin jengkel saja. “Huh! Mas Anwar, kamu sebentar lagi akan tahu bagaimana Ina yang sekarang! Dia masih seperti dulu, tidak pernah berubah menjadi baik sama sekali!” gerutuku sambil mengepalkan dua tinju kuat-kuat. Aku sudah terlalu banyak bersabar rasanya. Sayang beribu sayang, apa yang kusabarkan hanyalah berbuah busuk. Sepertinya, semua tak bisa lagi dipendam terlalu lama. Mas Anwar perlu tahu betapa bejatnya Ina. Dari dulu hingga sekarang, kehadiran wanita itu memang hanya untuk membuat suamiku hancurnya. Namun, anehnya, mengapa Mas Anwar tak bisa menyadari semuanya? Karena ilmu hitam? Sudah
last updateLast Updated : 2022-11-08
Read more

127. Terpaksa Kuungkap Semua

BAB 127POV NamiTerpaksa Kuungkap Semua “Kamu katanya mau salat sama aku? Sana, ambil wudumu!” perintah Mas Anwar padaku. Sayangnya, aku sudah kehabisan selera untuk berjamaah dengannya. Lebih tepatnya malas. Lebih baik aku salat sendiri saja, pikirku. “Ya, udah. Kamu aja salat duluan! Aku sendirian aja,” sahutku kesal setengah mati. Mas Anwar mendelik sekilas. Terdengar suara decak lidahnya. Lihatlah, aku yang seharusnya marah karena sikapnya yang terlalu membela Tika, Ina, Bayu, eh, sekarang malah dia yang lebih galak kepadaku. “Kamu ini aneh, Nami! Sedikit-sedikit merajuk. Ya, sudah, kalau begitu aku salat di mushala sama si Ina.” Kutelan liurku. Hatiku tentu saja langsung mendidih. Namun, kusembunyikan perasaan cemburu itu. Cepat aku bergerak menuju toilet tanpa menoleh pada Mas Anwar. Menyahutnya dengan sepatah kata pun aku telah enggan. Sekarang, terserah dia saja mau bagaimana!
last updateLast Updated : 2022-12-28
Read more

128. Murka Tak Berampun

BAB 128POV NamiMurka Tak Berampun “Ya Allah, In! Mbok ojo kebangetan!” “Halah! Ya terserahku, toh, Mbak! Sampean meneng ae! Aku lebih tahu urusanku!” “Yo wis, Nduk. Aku mung iso ngikutin kekarepanmu. Pokoknya, sebagai mbakmu, aku hanya bisa mendoakan yang terbaik buat kamu dan masa depanmu.” “Ya, memang harus begitu, Mbak! Sampean kalau nggak ngikutin kata-kataku ya, modyar!” “Yo wis, In. Aku mau ambil uang dulu ke BRI Link di tempatnya Lek Kasrah. Sejutanya tak beliin bibit cabe, polybag, kaleh pupuk. Sisanya mau tak kirim untuk kuliah anakku. Matur suwun nggeh, Nduk.” “Iya, sama-sama. Kasih tahu suamimu ya, kalau Mas Anwar sudah sangat berbaik hati kepada keluarga miskin kita ini. Lain kali kalau semisal kalian ada panen apa di kampung, jangan lupa kirim ke sini! Buat basa basi. Sekalian dikasih jampi juga boleh, biar Mas Anwar semakin lengket sama aku!”“Siap, Nduk. Sudah dulu. Ini aku mau berangk
last updateLast Updated : 2022-12-28
Read more

129. Kena Mental

BAB 129POV NAMIKena Mental “Kenapa aku tidak kepikiran sampai sana?” gumam Mas Anwar sambil mengusap wajah pucatnya berulang kali. Pria yang katanya ingin berbicara serius hingga menyuruhku untuk mematikan suara sadapan dari ponsel Nami segala itu pun masih tampak frustrasi. Raut kekecewaan begitu kental pada dirinya. Inilah yang sebenarnya kutunggu-tunggu! “Aku padahal sudah mengikhlaskan diri untuk menerima Ina kembali di rumah ini. Supaya derajatnya dan derajat keluarganya terangkat lagi. Namun, dia malah melakukan kejahatan lagi kepadaku.” Mas Anwar berkata-kata dengan suara yang sangat putus asa. Lelaki bodoh, pikirku. Terbuat dari apa kepalamu, Mas? Bisa-bisanya kamu memikirkan Ina sampai segitunya, sementara perempuan tua itu saja ternyata adalah ular betina berbisa yang siap mematukmu kapan saja. Mas Anwar perlahan menatapku. Tangannya tiba-tiba merayap ke jemariku. Kutatap balik lelaki berkulit gelap itu
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more

130. Simbah Tangis

BAB 130POV NAMISimbah Tangis Setelah kutendak kakinya, Mas Anwar berteriak sekaligus tersuruk ke belakang tubuhnya. Hampir saja dia terjerembab di lantai. Untungnya, tubuh suamiku yang memang telah jauh berkurang berat badannya ketimbang saat sebelum kami menikah itu dapat dia seimbangkan dengan baik sehingga tak jadi terjatuh. Aku menatapnya murka. Tak ada penyesalan sedikit pun di hatiku karena telah melawan Mas Anwar. Mungkin sudah jalannya begini, pikirku. Tak ada lagi kelembutan dalam tutur kata, bahasa, maupun gerak gerikku kepadanya. Padahal, dulu dia adalah lelaki yang paling kuhormati. Mas Anwar bukan hanya suami bagiku, tetapi dia telah kuanggap sebagai segala-galanya dan sandaran hidupku. Namun, sekarang semuanya telah jauh berbeda. Sikap Mas Anwar yang plin plan, tidak tegas, dan kurang rasional itulah yang membuatku berang. Kini, bidadari telah berubah menjadi seorang ibu tiri yang kejam! “Nami, aku m
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status