Home / Rumah Tangga / Mertua Rasa Pelakor / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Mertua Rasa Pelakor: Chapter 71 - Chapter 80

90 Chapters

Kenangan Ayah

( Kenangan Ayah )*****Langit gelap berselimut kabutPerlahan tetesan air langit membasuh permukaan bumiAda luka yang belum mengering di siniSakit meski tak mengeluarkan tetesan darahBerjalan menjauhi kenyataanBerlari sejauh mungkin agar tidak terikat masa laluNamun,Semua itu membuatku semakin terlukaJatuh hingga ke dasar kenangan~ Amoy Shanghai ~*****Malam ini, untuk pertama kalinya, aku menginap bersama lelaki lain di selain suamiku. Bahkan, Mas Bo'eng sendiri pun tidak pernah sekali pun datang ke rumah ini.Ya, aku memutuskan untuk tetap menginap di rumah peninggalan ayahku ini. Kami tidur di kamar ibuku, awalnya aku keberatan satu kamar dengan Azam, bukannya apa-apa, takut menjadi fitnah. Akan tetapi, aku kasihan padanya jika tidur di bangku ruang tamu. Kami tidur sejajar di bawah ranjang, menggunakan kasur busa tipis beralaskan karpet. Sedangkan Fito bersama ibuku di atas ranjang.Fito dan ibuku sudah terlelap, sejak tadi. Sedangkan aku dan Azam, masih terjaga menatap
last updateLast Updated : 2022-05-25
Read more

Ulah kakak ipar

( Ibal berulah )******Setelah perasaanku sedikit membaik, aku mengguyur kepalaku dengan air cucuran dari kran. Rasa dinginnya menjalar dari ubun-ubun hingga tulang. Aku sedikit bahagia, setidaknya masih ada Azam di sampingku. Apakah aku begitu egois? Kurasa tidak.Ketika keluar dari kamar mandi, Azam telah berdiri di depan pintu. Aku terkejut, mengira si Ibal yang menunggu."Eh. Kamu ini, ngagetin aja. Sudah bangun, ya?" tanyaku berbasa-basi."Kalau belum bangun, gak mungkin aku di sini. Kamu ini. Maaf, ya. Aku bangun kesiangan," cerocosnya."Gak apa-apa, Ibu sudah masak sayur. Mau makan gak?" Aku seperti orang yang sedang kasmaran, salah tingkah jika di dekatnya.Tak lama, Kak Okta mendekati kami. Perutnya yang semakin membesar, membuatnya ngos-ngosan."Bawa apa itu, Kak?" tanyaku melirik plastik yang dia pegang."Dikasih beras sama Mak Lia," jawabnya."Loh, memangnya beras di sini abis? Kenapa gak bilang?" todongku."Masih ada satu karung lagi," jawab Ibu. "Kakakmu itu, kan, abis
last updateLast Updated : 2022-05-25
Read more

Penolakan

( Penolakan Azam )"Rinai hujan kembali menyapa senja hari ini, dinginnya menentramkan jiwa yang rapuh. Aku tak menyukai rembulan. Karena kemunculannya, membuat senja memudar termakan pekatnya malam.Aku masih berharap, mentari tak bersinar lagi selamanya. Namun, semua itu tak akan mungkin terjadi. Sama seperti halnya aku yang masih mengharap cinta dari Azam."*****Setelah kami sampai di rumah sakit, perawat langsung segera menangani Kak Okta. Aku dan Azam mendaftarkan Kak Okta untuk dirawat inap. Sementara ibuku berada bersamanya di ruang UGD, sambil menunggu pendataan selesai.Dering telepon Azam berkali-kali berbunyi, ia hanya meliriknya sekilas lalu memasukkannya kembali ke dalam saku celana. Panggilan telepon berdering kembali, akhirnya ia mengalah dan mengangkatnya."Cumi, bentar, ya. Aku terima telepon dulu," ucap Azam seraya meninggalkan aku, berjalan keluar ruangan. Hanya anggukan kepala yang kuberikan.Aku sibuk mengisi data, untung saja ibuku membawa KTP Kak Okta. Setelah
last updateLast Updated : 2022-05-25
Read more

Terpaksa Kembali

( Kembali ke Kontrakan )*****Kak Okta harus dioperasi cesar segera, karena air ketuban sudah keluar bersamaan dengan rembesan darah. Hingga sore menjelang, Ibal tak juga menampakkan batang hidungnya di rumah sakit ini. Malam ini, ibuku yang menjaga Kak Okta. Sedangkan aku dan Azam harus segera pulang ke Tangerang. Aku sendiri pun memikirkan mobil Ambar yang dipakai oleh Mas Bo'eng.Sebelum pulang, aku memberikan sejumlah uang pada ibuku. Untuk biaya perawatan aku sudah membayar deposit untuk rumah sakit tersebut. Berjaga-jaga, jika uang ditangan ibuku, pasti akan diambil paksa sama si Ibal!"Bu, kami pamit pulang dulu, ya. Kalau ada apa-apa, telepon July aja, ya.""Iya, kalian hati-hati di jalan, ya."*****Sepanjang perjalanan, hanya keheningan yang menemani. Fito tertidur di kursi tengah, aku duduk di samping kemudi. Tak tahu apa yang harus kulakukan sekarang, sejak kejadian tadi aku jadi merasa menyesal.Berkali-kali Azam membuang napas secara kasar, hatiku menjadi gundah gulana.
last updateLast Updated : 2022-05-25
Read more

Tersiksa Batin

( Siksaan )****Kami sampai di kontrakanku, di sana sudah ada Mas Bo'eng, mertuaku, Risa, Rian, dan Lisa. Mereka seperti sedang menunggu mangsa. Azam masuk duluan ke dalam rumah, pintu pagar sengaja tidak dikunci oleh mereka.Degup jantung sudah tak dapat terkendali. Wajah Lisa sudah tak bersahabat, baru juga kaki ini mau melangkah masuk, jeritan mertuaku dari dalam terdengar begitu menggema. Sontak, kakiku mundur kembali ke tempat semula."Jangan masuk! Perempuan sialan! Beraninya merayu adik iparnya sendiri!" teriak mertuaku.Aku hanya diam menahan malu, tetangga yang lalu lalang seperti berhenti melangkah, seperti sedang mencari tahu ada apa di rumah ini. Terdengar dari derap langkah yang terhenti, tepat di belakangku."Mami! Cukup! Siapa yang merayu? July gak salah apa-apa!" sentak Azam."Lu hebat, ya! Ngapain pergi berduaan sama bini gue?" Mas Bo'eng menimpali."Kamu keterlaluan, Mas! Ke mana kamu membawa mobilku, hah????!!!" Emosi meluap begitu saja saat mendengar suara Mas Bo'e
last updateLast Updated : 2022-05-25
Read more

Keluarga Benalu

( Keluarga Benalu )"Banyak dari kegagalan hidup adalah orang-orang yang tidak menyadari, seberapa dekat mereka dengan kesuksesan ketika mereka menyerah."~ Thomas A. Edison ~*****Siapa pun ingin mendapatkan keluarga yang harmonis, suami bertanggung jawab, dan lain sebagainya. Dulu, sebelum menikah dengan Mas Bo'eng, aku pernah memimpikan membangun rumah tangga dengan orang yang kucintai. Bukan seperti saat ini, penuh luka dan air mata.Darah telah mengering membentuk kerak, wajahku penuh dengan luka cakar dan lebam di mana-mana. Kurasakan di bagian mata, terasa membengkak.Malam ini, mereka tidak terlihat entah ke mana. Dua hari ditinggal pulang kampung, keadaan rumah sudah tak berbentuk lagi. Aku membuatkan Fito susu, lalu membereskan rumah meski tubuh terasa sakit."Ma ... aku lapar," ucap Fito.Seketika, aku teringat kunci mobil dan juga dompet yang ada di tasku. Aku menjerit sekuat tenaga!"Aaaaaaahhhh!!!" teriakku sepuasnya.Mereka membawa kunci mobil dan juga dompetku! Aku se
last updateLast Updated : 2022-06-01
Read more

Bertemu dengan Azam

( Bertemu dengan Andrian )"Jika ada seseorang yang membuatmu merasa bahwa jika bersamanya surga lebih dekat, maka perjuangkan!"*****Pukul delapan kurang, ibu mertuaku mengantarkan Risa ke stasiun kereta. Rian sudah berangkat ke sekolah sejak tadi, Mas Bo'eng jangan ditanya lagi, dia masih terlelap hingga siang nanti. Bahkan, bisa juga bangun ketika hari mulai gelap."Ayo, Fito. Ikut mama," ucapku. Tanpa banyak tanya, anak itu menyambut uluran tanganku.Rumah sudah rapih, tak lupa mengunci pintu. Lalu, berjalan ke depan gang. Ada Atun di rumah Lilis, masih sepagi ini mereka sudah bergosip. Aku melewati mereka tanpa menyapa."Duh, enak, ya. Kakaknya dapet, adiknya juga dapet," sindir Atun.Lilis langsung menjawab, ia pun tak mau kalah. "Iya, hebat. Dukunnya paten, jadi mau aku juga, Tun."Aku mencoba untuk menahan emosi, biarlah mereka mau bicara apa tentangku."Jangan-jangan, mobil itu juga dari si Azam, ya." Atun menyeletuk kembali.Aku mempercepat langkah kaki menuju lapangan koso
last updateLast Updated : 2022-06-01
Read more

Luka hati seorang anak

( Luka hati Fito )"Orang yang sukses adalah orang yang mampu bertahan, melewati kegagalan demi kegagalan sampai dia mencapai pintu kesuksesan."*****Aku memandang punggung Andrian yang semakin menjauh, lalu membaca kartu nama pemberian darinya. Aku tersenyum sendiri dan memasukkannya ke dalam tasku."Fito, sudah selesai makannya?" tanyaku pada anak laki-laki itu."Sudah, Ma.""Mau lagi?""Udah kenyang.""Ya, sudah. Ayo, kita jalan-jalan lagi."Aku dan Fito berjalan meninggalkan tempat makan tersebut, tujuanku masih sama seperti tadi. Semoga saja, hari ini mendapatkan tempat yang cocok. Sebelum ke tempat parkir, aku sengaja berhenti sejenak di emperan toko. Membeli sebuah kaset lagu-lagu lama, tersenyum saat kenangan melintas begitu saja."Ayo, Fito. Kita jalan lagi," ujarku."Iya, Ma. Kita mau ke tempat Om Azam, ya?" Tiba-tiba Fito bertanya seperti itu."Enggak, Sayang. Kita cari tempat untuk usaha mama nanti," jawabku."Ajak Om Azam aja, Ma. Fito kangen sama Om Azam," pintanya."Na
last updateLast Updated : 2022-06-01
Read more

Penagih hutang

( Penagih Hutang )"Jangan pernah berharap dengan manusia, karena suatu saat manusia akan menjatuhkan dan membuat kita terpuruk. Jangan sekali pun mempercayai ucapan manusia, sebab mereka akan menipu kita hingga jatuh dalam lubang kepahitan."~ Amoy Shanghai ~*****Aku dan Fito, akhirnya tertidur dalam kelelahan. Bangun-bangun ketika hari sudah gelap. Terdengar suara gaduh dari ruang tamu, teriakan balas teriakan. Aku mencoba untuk membuka mata dengan perlahan. Tubuhku lelah tak bertenaga, aku menoleh ke samping, Fito masih terlelap.Bugh! Debuuuk!Suara pukulan terdengar menghantam tubuh seseorang."Siapa itu?" tanyaku dalam hati. Tubuhku gemetar mendengar pukulan-pukulan yang bertubi-tubi itu."Cepat! Bayar hutang-hutang lu!" Teriakan seseorang kembali terdengar.Tak lama, terdengar suara tangis mertuaku. Tumben, baru kali ini mendengar dia menangis. Aku kira, selama ini dia tidak punya air mata?"Tolong, jangan pukul si Bo'eng lagi, kasian. Nanti kami usahakan lagi," pinta mertuak
last updateLast Updated : 2022-06-01
Read more

Andrian sebagai penolong

( Andrian sebagai pahlawan )***Selang satu jam, Andrian datang sambil meneriakkan nama Naya. Dari dalam kamar, aku mendengar samar-samar. Mas Bo'eng dan ibunya, keluar dan membuka pagar—terdengar suara pagar dibuka."Nayaaa!" jerit Andrian."Cari siapa, Mas? Berisik tau!" hardik Mas Bo'eng."Maaf, ini rumahnya Naya, ya?" tanya Andrian.Aku gegas membuka pintu kamar dan menghampiri mereka."Bukan. Salah alamat kali!" cetus mertuaku."Ini alamatnya, tadi Na—" Aku segera memotong ucapan Andrian."Andrian!" ucapku. Mereka menoleh."Kamu gak apa-apa, kan?" tanya Andrian begitu panik."Iya, silahkan masuk dulu." Aku masuk kembali ke dalam kamar untuk mengajak Fito pergi dari sini.Andrian menatap ruangan ini, benar-benar seperti kapal pecah. Berantakan sana sini."Maaf, ya, berantakan. Tadi ada yang mengobrak-abrik.""Siapa dia?!" Mertuaku dan Mas Bo'eng bertanya hampir bersamaan."Saya Andrian, teman Naya." Andrian menyela."Naya? Sudah dibilang dari tadi, di sini gak ada namanya Naya!"
last updateLast Updated : 2022-06-01
Read more
PREV
1
...
456789
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status