Home / Pernikahan / Mertua Rasa Pelakor / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Mertua Rasa Pelakor: Chapter 31 - Chapter 40

90 Chapters

(21+) Gairah itu masih ada

Entah sudah berapa banyak, air mata yang sudah ku teteskan di sepanjang perjalanan rumah tanggaku bersama Mas Bo'eng. Selain air mata, ia juga menoreh luka yang cukup dalam dan panjang di hatiku. Mungkin, waktu pun tidak akan bisa mengobati lukaku.Aku semakin larut dalam kabut dendam, tenggelam hingga ke dasar benci. Hati terluka parah. Kecewa pada kehidupan, terlunta pada kebodohan. Ah, aku benci drama kehidupan ini. Kenapa aku yang selalu mengeluarkan air mata kesedihan? Sedangkan mereka terbuai oleh kejahatannya.Pukul sembilan malam, aku keluar kamar. Kalau tidak mendesak, aku juga enggan membuka pintu. Derit pintu kamar membuat mertuaku dan juga Mas Bo'eng menoleh, rupanya mereka tengah asik makan bakso.Tatapanku tak lepas dari tumpukan-tumpukan dus yang masih berjejer di ruang tamu, persis kapal pecah! "Kalian punya otak gak, sih?!" umpatku.Mereka menoleh lalu melanjutkan makan malamnya kembali, bisa-bisanya mereka makan dengan kondisi berantakan seperti itu! Tidak ada jawaba
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Pesan Terakhir

"Kenapa?! Gak seneng? Jangan kurang ajar sama orang tua!" Mertuaku melengos begitu saja.Bisikan-bisikan itu kembali terdengar, menyuruhku untuk mendorong tubuh mertuaku, menginjaknya, dan membungkam mulutnya dengan senjata tajam!"Kenapa cuma berdiri! Beresin rumah ini!" teriaknya dari dapur. Aku hanya menoleh sesaat, lalu berjalan keluar.Umpatan dan teriakan mertuaku mengiringi langkah kakiku, sepanjang jalan tetangga menatapku. Aku sudah terbiasa menahan malu karena ulah mertuaku itu.Aku bisa gila bila berlama-lama di rumah itu! Berjalan sekitar tiga meter dari rumahku, baru menemukan gang, dan memesan ojek pangkalan."Bang, ke rumah sakit Pelita, ya. Berapa?" tanyaku pada ojek langganan."Mau jenguk Mbak Erna, ya?" Aku hanya mengangguk."Ayo, Fito di depan apa di belakang sama Mama?" tanya Bang Avan, ojek langganan kami."Sama Mama," jawab Fito."Berapa, Bang?" tanyaku kembali."Sudah, naik aja, Mbak. Aku juga sekalian mau jenguk Mbak Erna, kemarin belum sempat ke sana."Akhirny
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Kencan

Ada yang menepuk-nepuk pundakku, aku merasakan kantuk yang begitu besar. Ah, rupanya aku tertidur. Aku memicingkan mata menyisir pandangan ke ruangan ini. Erna dan Mitta masih tak bergerak, aneh. Apakah tadi aku bermimpi?"Permisi, Mbak. Kami mau memeriksa pasien," ujar perawat yang baru saja datang."Oh, iya, Sus. Silahkan," jawabku seraya menjauhkan tubuh dari ranjang mereka.Sejak kapan aku tertidur? Aku melirik jam yang melingkar di pergelangan tanganku, sudah pukul satu siang."Keluarga pasien ada di mana, Mbak?" Salah satu perawat itu bertanya padaku."Suaminya masih di Malaysia, Sus. Kalau keluarganya ada di depok kalau tidak salah," jawabku."Berarti, malam ini tidak ada yang menemani pasien lagi, dong?"Aku hanya diam. Kasihan mereka, bahkan saat kritis seperti ini, tidak ada siapa pun yang menemani. Aku tidak tahu di mana keluarga Erna. Saat ingin keluar, mataku melihat tas Erna. ‘Tas itu ... apakah mimpi tadi sungguhan? Aku bahkan tidak tau Erna memakai tas yang mana. Apaka
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Perlakuan Ibu Suri

Aku dan Azam membersihkan rumah Erna, sebelumnya Azam telah meminta izin kepada Pak Nimong, selaku RT di gang Arwana ini. Awalnya, Pak Nimong pun meragukan pengakuan kami, tetapi ia berpikir positif.Aku bisa menangkap dari ekspresi di wajahnya itu, aku meminta Mbak Asih tetangga sebelah rumah Erna, atau tetangga lainnya untuk membantu di sana nanti. Pak RT pun menyetujui, ia pun mengatakan kalau prihatin kepada Erna.Tidak ada saudara ataupun suami yang menemani mereka. Jadi, rumahnya selain kami yang membersihkan, siapa lagi?Mbak Asih lebih banyak menangis saat membersihkan rumah Erna, Mbak Lilis pun ikut menambahkan kalau ia pernah dimimpikan oleh Erna. Katanya, di dalam mimpi itu, Erna meminta tolong untuk diantarkan ke tempat Mbah Diah, paranormal terkenal di kampung Sukaraja. Mbak Lilis bercerita, kalau Erna ingin melepaskan sesuatu di sana.Aku masih tidak dapat mempercayai semua itu, Erna yang aku kenal tidak pernah membahas soal perdukunan atau semacamnya. Semilir angin memba
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

kabar duka

"Mamaaa ... mamaaa," teriak Fito ketika kakinya baru saja masuk beberapa langkah."Kalian sudah pulang?" tanya mertuaku kepada Azam."Iya, sudah magrib. Azam pamit langsung, ya, Mi. Mana ai July?" tanya Azam yang masih di dekat pagar, ia hanya mengantar Fito pulang saja."Lagi mandi, ya, sudah. Hati-hati," jawab mertuaku berbohong.Beberapa menit kemudian, suara mesin mobil terdengar semakin menjauh. Fito masuk ke dalam rumah, langsung menghampiriku.Hanya anak inilah yang membuatku kuat dan bertahan selama ini. Kalau bukan karena memikirkan Fito akan menjadi piatu, aku sudah lama pergi dari kehidupan ini."Mamaaa," jeritnya dengan riang."Jangan diem aja! Bergerak, ini sudah mau malam!" Bentakan Mas Bo'eng membuat Fito sedikit tersentak dan makin erat memelukku."Cepetan! Beresin ini barang-barang!" Mertuaku menambhakan kembali.Aku muak! Sungguh! Aku beranjak perlahan, membenahi semuanya. Aku juga tidak betah berantakan seperti ini. Perutku terasa lapar, karena hanya makan siang tad
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

susuk pemikat

"Dulu, sebelum suami Erna merantau, dia sama seperti suamimu, tukang selingkuh, pemalas, kerjanya cuma makan tidur dan berjudi." Mpok Ama menarik napas kembali, lalu mengembuskan secara kasar. Ia menatapku dan Erna bergantian."Wendra suka memukuli Erna, saat sedang hamil pun tak luput dari tendangannya!" Ada amarah yang mengalir dari setiap ucapan Mpok Ama.Ternyata, Mpok Ama adalah bibi Erna, sepupu ibunya. Erna memasang susuk agar suaminya hanya melihat dirinya saja. Memang benar, sejak ia memasang susuk ke wajahnya, perlahan kebiasaan Wendra yang suka gonta-ganti wanita, mulai berkurang dan menjadi patuh pada Erna.Sejak itu, Erna juga memakai penglaris untuk meramaikan usahanya. Meskipun begitu, Erna selalu membantu siapa pun yang sedang membutuhkan bantuan, ataupun yang terkena musibah.Nasib seseorang bisa saja dirubah, namun takdir tidak bisa. Sudah sejak lama Erna ingin membuang semua itu, tetapi ia tidak tahu di mana Mbok Diah sekarang tinggal. Hanya Lilis yang tahu, karena
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Benalu

Jam menunjukkan pukul sembilan pagi, baru kali ini aku bangun sesiang itu. Itu pun karena ulah ibu mertuaku. Padahal, aku baru tidur selama empat jam.Guyuran air membuatku terbangun dari tidur. Kaget. Tentu saja! Pukul lima pagi, aku pulang dari rumah almarhum Erna. Setelah mencuci badan terlebih dahulu, aku baru masuk ke dalam kamar.Byiuur!Sontak aku langsung bangun dan terduduk. Fito yang dari tadi bernyanyi pun mendadak diam, saat melihat ulah mertuaku menumpahkan dengan sengaja, air rendaman baju kotor ke tubuhku."Aduuuh! Basah semua, kan, jadinya?!" umpatku. Mertuaku malah melempar ember yang ia pegang ke kepalaku.Ranjangku penuh dengan air. Mas Bo'eng ikut terbangun dan memaki kami semua. Ia tidak senang jika jam tidurnya terganggu."Apa-apaan, sih, ini?!" sentak Mas Bo'eng."Tuh! Ajarin perempuan ini! Bangun siang-siang, rumah berantakan, belum masak, belum nyuci, belum segala-galanya!" sahut mertuaku.Aku beranjak ke kamar mandi untuk membilas tubuhku, Fito mengikuti dari
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Hutang

Mas Bo'eng keluar dari kamar saat mendengar teriakan ibunya, lalu ikut memaki diri ini."Dasar istri sundal! Gue ini lagi tidur! Berisik banget, tuh, bacot!" Tangannya menjambak rambutku."Ibumu ini ngutang di warung Bu Fatma, Mas! Parahnya lagi, dia menjual namaku, orang-orang taunya aku yang nyuruh!" bentakku."Heh, mantu sundal! Itu sayur siapa yang makan selama ini, hah?! Anak sial itu juga ikut memakannya, kan!" Mertuaku menunjuk Fito."Anak sial kata Mami? Itu cucu Mami, ayahnya yang sial!" sungutku tak terima dengan ucapan mertuaku barusan.Anak sial katanya? Apa dia tidak sadar dengan ucapannya itu? Ada darah anaknya di dalam tubuh Fito, secara tidak langsung mengatai anaknya juga, kan?"Gara-gara anak itu, gue jadi terpaksa nikahin lu!" Mas Bo'eng menguatkan cengkraman tangannya. Aku meringis menahan sakit, tak ingin terlihat lemah."Lepasin rambutku, Mas! Kalian sama aja, gak tau diri dan gak punya rasa malu! Ini rumahku! Rumah yang aku bayar dengan uang tabungan sendiri!"P
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Perlakuan Ibu Suri

Aku dan Azam membersihkan rumah Erna, sebelumnya Azam telah meminta izin kepada Pak Nimong, selaku RT di gang Arwana ini. Awalnya, Pak Nimong pun meragukan pengakuan kami, tetapi ia berpikir positif.Aku bisa menangkap dari ekspresi di wajahnya itu, aku meminta Mbak Asih tetangga sebelah rumah Erna, atau tetangga lainnya untuk membantu di sana nanti. Pak RT pun menyetujui, ia pun mengatakan kalau prihatin kepada Erna.Tidak ada saudara ataupun suami yang menemani mereka. Jadi, rumahnya selain kami yang membersihkan, siapa lagi?Mbak Asih lebih banyak menangis saat membersihkan rumah Erna, Mbak Lilis pun ikut menambahkan kalau ia pernah dimimpikan oleh Erna. Katanya, di dalam mimpi itu, Erna meminta tolong untuk diantarkan ke tempat Mbah Diah, paranormal terkenal di kampung Sukaraja. Mbak Lilis bercerita, kalau Erna ingin melepaskan sesuatu di sana.Aku masih tidak dapat mempercayai semua itu, Erna yang aku kenal tidak pernah membahas soal perdukunan atau semacamnya. Semilir angin memb
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Menjual handphone

Uang tabungan yang ada di ATM, hanya tersisa 232 ribu lagi. Aku harus jualan apa lagi?"Fito, Fito mau tinggal di rumah Nenek gak?" tanyaku pada anak yang belum genap dua tahun itu.Ia hanya menatapku dengan wajah bingung, mungkin saja ia bingung mendengar kata "Nenek". Karena, dari ia lahir hingga saat ini, belum pernah bertemu dengan orang tuaku di kampung. Terlebih, Fito memanggil mertuaku dengan sebutan "Oma"."Nenek itu apa, Ma?" tanyanya."Nenek itu, sama seperti Oma, Sayang. Ibunya mama, kalau Oma itu ibunya Papa." Aku tidak tahu, apa Fito mengerti yang sedang aku jelaskan."Kita pindah ke sana aja, ya? Di sini udah gak ada Mbak Mitta dan Tante Erna lagi soalnya," terangku. Fito mengangguk pelan.Sebenarnya, ia belum mengerti ke mana perginya Erna dan Mitta. Yang ia tahu, bahwa di rumahnya sudah tidak ada orang. Fito beranggapan kalau Erna sudah pindah rumah."Iya. Mbak Mitta sama mamanya sudah pindah lumah, ya? Kita juga pindah lumah? Horeee!" teriaknya dengan girang.Aku haru
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status