Home / Rumah Tangga / Mertua Rasa Pelakor / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Mertua Rasa Pelakor: Chapter 21 - Chapter 30

90 Chapters

Azam Aditya

( AZAM ADITYA )Jika suatu hari, aku menghilang tanpa jejakApakah kau akan mencarinya?Tentu saja "Tidak" adalah jawaban terbaiknya.Aku mengagumi dirimu tak terbatas waktuBeribu resah menyelimuti benakkuApakah kau rindu padaku?Ah, berkali-kali aku menulis lalu merobeknya kembali. Bahkan, kata-kata indah pun tak mampu menyamai gadis manis bermata sipit itu. Dia adalah July, aku mengenalnya saat sekolahku mengadakan pertandingan antar sekolah.Gadis itu berkali-kali terkena bola basket, namun ia tak merasakan kesakitan. Aku selalu memperhatikannya, tingkahnya yang ceroboh membuatku tertawa-tawa sendiri. Ada 17 sekolah lain yang turut meramaikan acara tersebut. Aku yang kebetulan menjabat sebagai ketua OSIS, dengan leluasa bisa mencaritahu tentang gadis itu.Tidak ada yang menonjol darinya, selain kecerobohan yang ia buat. Aku selalu mengikuti ke mana gerak langkahnya, tentu saja ada banyak hal yang membuatku semakin penasaran dengannya. July ternyata seumuran denganku, hanya berbed
last updateLast Updated : 2022-05-05
Read more

Lembaran baru

Waktu tanpa terasa begitu cepat berlalu, sudah satu minggu aku tinggal bersama Erna di rumah ini. Namun, tempat tinggal pun belum juga dapat. Uang tabungan dari keuntungan berjualan, telah terkumpul banyak. Itu semua berkat bantuan Erna meminjamkan motornya padaku. Jadi, dalam sehari aku bisa berjualan hingga tiga ratus kantung sayur matang, tentu dengan waktu yang berjarak—sarapan, makan siang, dan sore hari—mengelilingi kompleks maupun perkampungan dekat sini.Mas Bo'eng dan ibu mertuaku sudah pindah ke rumah baru mereka. Kontrakan yang ibu mertuaku tinggal untuk sementara memang kosong, tetapi harus membayar satu tahun penuh. Sepuluh juta. Tabunganku bahkan tidak punya sebanyak itu, mau meminjam pada Erna pun segan. Bagaimana jika tidak sanggup membayar? Meskipun Erna akan meminjamkannya, tetapi aku takut jika tidak bisa mengembalikan dengan cepat. Itu adalah tabungan untuk Mitta masuk ke sekolah baru, enam bulan lagi.Ketika aku sedang menghitung hasil hari ini, Erna menghampiriku
last updateLast Updated : 2022-05-05
Read more

Aku bahagia

Kabut dendam telah sempurna menyelimuti hati. Bahkan, jika mereka meminta maaf pun, tidak ada artinya lagi bagiku. Aku menyudahi jemariku mengusap layar ponsel ini, menaruhnya di lantai dan bersiap untuk mandi.Segar rasanya, mandi tanpa harus menimba dan mengangkat air terlebih dahulu. Mulai hari ini, aku akan merawat tubuh dan wajahku. Aku kini sudah selesai mandi, melihat Fito terbangun aku jadi seperti mendapatkan mood baru."Mama ...," sapa Fito. Matanya masih mengantuk. Aku mendekat dan mencium keningnya. Fito balas memeluk erat."Iya, Sayang. Fito, doain mama lagi, ya. Supaya jualannya habis semua," pintaku. Fito mengangguk dan mengucapkan doa seperti biasa."Tuhan, semoga jualan mama banyak yang beli. Amin.""Amiiin." Aku mengamini ucapannya.Ya, aku akan membalas rasa sakit hati dan kekecewaan yang tumbuh di dalam hati ini, pada mereka semua. Terlebih kepada suamiku, Mas Bo'eng! Persetan menjadi perempuan baik-baik! Ah. Kenapa pikiran itu selalu mengisi benakku? Dorongan untu
last updateLast Updated : 2022-05-05
Read more

sebuah firasat

Rutinitas harian telah selesai, hanya tinggal menunggu jam untuk berjualan. Entah kenapa, aku merindukan Azam. Ah, harusnya aku merindukan Mas Bo'eng, bukan adiknya! Hubunganku dengan Mas Bo'eng semakin menjauh, kemarin mertuaku datang dan memaki seperti biasanya.Mengata-ngatai aku sebagai pelakor yang mencoba menggoda Azam. Ya, pesan WA yang ada di ponsel Azam, tak sengaja terbaca oleh Lisa. Mungkin saja, Lisa baru mengetahuinya. Karena, beberapa hari yang lalu saat kami bertemu di jalan itu, mereka tak membahas soal pesan itu.Aku hanya diam saat nyonya besar itu memaki, lontaran kata-kata kasarnya tidak membuatku terkejut. Para tetangga pun sempat melihat kami. Malu! Tentu saja aku malu. Terlebih, tetangga sebelah pernah melihat Azam membawakan barang-barang belanjaan untukku."Lihat aja, akan aku buat jadi kenyataan ketakutan kalian!" umpatku kesal.Dengan malas, aku memainkan ponsel pemberian Azam. Tanpa sengaja membaca postingan dari Lisa. Mem-posting fotoku dengan caption "Pel
last updateLast Updated : 2022-05-05
Read more

mimpi buruk

Setelah memastikan semua baik-baik saja, aku kembali masuk ke dalam kamar Erna. Terlihat ia sedang tertidur, aku menutup pintu kamar dengan perlahan. Agar tidak berderit."Fito, tadi ada siapa?" Aku duduk di ruang tamu bersama Fito. Tidak seharusnya aku bertanya, karena memang tidak ada siapa-siapa di sini. Akan tetapi, aku begitu penasaran."Ada Om, tapi sudah pergi." Jawaban Fito membuatku bergidik dan mendekat lebih dekat dengan Fito.Meskipun ini masih terbilang pagi hari, namun suasana rumah Erna begitu hening. Nyaris tak bersuara. Lampu ruang tamu rada temaram jika pintu tidak dibuka. Mendadak, aku merasakan takut yang luar biasa. Hingga suara batuk Erna pun mampu membuatku melonjak karena takut.Uhuk! Uhuk!Batuk Erna terdengar semakin sering. Aku berlari kecil melihat keadaannya."Erna, ayo, kita ke puskesmas aja? Atau ke dokter?" bujukku. Namun, hanya gelengan kepala yang ia sampaikan.Bau rumah sakit tercium terbawa angin, "Bau apa ini, ya?" ujarku lagi.Namun, Erna tidak me
last updateLast Updated : 2022-05-05
Read more

Tamu tak diundang

Sudah setengah jam aku menunggu di teras rumah Erna, tapi belum juga kembali. Aku memutuskan untuk kembali pulang bersama Fito, dan bersiap diri untuk bertemu dengan Azam.Langkah kaki dengan cepat melangkah, hatiku begitu bahagia bisa mendengar suara Azam lagi. Apalagi, dia ingin mengajak aku dan Fito bermain.Baru saja sampai di pagar rumah, Mas Bo'eng berdiri dengan bermain ponsel di tangannya. Ia menoleh ke arah kami saat mendengar langkah kakiku."July, apa kabar?" tanyanya tanpa rasa berdosa.Dadaku mulai berdegup kencang, amarah menjalar perlahan begitu saja. Aku merasakan sedih yang teramat saat menatap matanya. Tanpa menjawab pertanyaannya, aku berbalik arah dan menghapus air mata secara kasar. Aku tak ingin ia tahu jika aku sedang menangis."Mau ke mana? Aku dari tadi menunggu kamu di sini," ucapnya lagi. Langkahku terhenti, diam bergeming. Dada bergetar hebat, air mata menetes kembali saat mendengar suara Mas Bo'eng. Sakit hati ini. Apa? Dia mengucapkan "Aku Kamu" barusan?
last updateLast Updated : 2022-05-05
Read more

Kecelakaan

Tubuhku melemas, tulang-tulang terasa tidak dapat menopang berat badanku lagi. Ada apa ini? "Kejadian apa, Mbak?" tanyaku."Sebelum berangkat, lampu belakang Erna tiba-tiba aja putus dua kali. Lalu, saat dia mengecek bahan bakarnya, kunci motor malah tertinggal di bawah jok motor." Mbak Asih mengingat-ingat kejadian kemarin pagi, saat dia sedang menemani Erna."Terus? Kok, dia bisa tetep pergi?""Iya, dia mengambil kunci duplikat dari dalam. Mungkin aja, itu sebagai pertanda sebenarnya, kalau dia dilarang pergi," imbuhnya."Mbak udah melihat mereka?" tanyaku."Sudah. Kemarin aku dan suami yang melihat kejadiannya secara langsung, kasihan mereka," jawabnya. Mata Mbak Asih mulai berkaca-kaca.Erna dan Mitta dilarikan ke rumah sakit terdekat, keadaan mereka benar-benar kritis dan sampai saat ini belum sadar."Bang Wendra apa sudah tau tentang ini?" Pikiranku sudah kacau."Sudah. Bang Irwan—suami Mbak Asih—yang memberikan kabar padanya lewat WA. Erna sempet bilang sama aku, ada yang mengi
last updateLast Updated : 2022-05-05
Read more

Tidak tau malu

Kematian tidak dapat ditolak oleh siapa pun. Tua, muda, bahkan bayi baru lahir pun, tak luput dari proses kematian. Aku masih menangis di ruang tunggu, depan kamar ICU Erna dan Mitta. Tepukan pundak membuatku menoleh, ternyata Azam yang berdiri di sampingku.Spontan aku menangis di pelukannya saat Azam duduk, aku sudah tidak mengingat di mana Mas Bo'eng dan juga Fito."Kita bantu doa untuk mereka, ya. Jangan terlalu ditangisi, kasian Erna dan Mitta nantinya." Azam mengelus kepalaku. Ada ketenangan dan juga damai mengalir perlahan.Aku melepaskan pelukanku, harusnya aku tidak boleh bersikap seperti itu. Apalagi di tempat umum seperti ini."Maaf, aku meluk kamu.""Gak apa-apa. Oh, ya, tadi di depan aku ketemu sama Mas Arka—hanya Azam yang memanggil nama sebenarnya Mas Bo'eng—lagi main sama Fito di taman."Tadi sebelum berangkat ke rumah sakit ini, aku sempat mengirim pesan pada Azam kalau Erna kecelakaan."Oh, iya, Zam. Kemarin aku lupa, maaf, ya."Azam menghela napas dengan berat. Mene
last updateLast Updated : 2022-05-05
Read more

suami lucknut

Azam mengantarkan aku pulang ke rumah kontrakan. Sebelum pulang, ia mengajak aku dan Fito makan di restoran mewah. Sontak, aku enggan menurunkan kakiku.Azam mengetuk kaca jendela mobil. "Ada apa?" tanyanya. Azam mematung diluar mobil, sedangkan tanganku menahan pintu agar tidak terbuka. Aku hanya menggeleng, saat kaca pintu turun sedikit."Ayo, kasihan Fito pasti udah lapar," imbuhnya. Aku melirik Fito sekilas."Tapi, aku berpakaian seperti ini ...," lirihku.Azam tertawa dan masuk kembali ke dalam mobil. "Maaf, aku lupa. Bagiku, kamu itu tetep manis, kok, berpakaian seperti apa juga." Azam masih terkekeh.Aku menghela napas, "Aku memang memalukan, ya." Menatap keluar jendela sambil menyenderkan kepala."Baju yang kemarin gak dipakai?" tanyanya. Aku menoleh, lalu menghela napas kembali."Diambil sama Mami. Katanya, aku gak pantas pakai baju itu," keluhku. Aku sengaja memberitahu tentang kejadian itu pada Azam. Karena, aku ingin ia tahu bagaimana kelakuan ibunya. Meskipun dari dulu, a
last updateLast Updated : 2022-05-05
Read more

mereka kembali

Suami tidak tahu malu! Harusnya, tugas mencari nafkah itu adalah tugas utama seorang suami! Bukannya hanya tidur, makan, ngerokok, main game, dan bahkan selingkuh!Mas Bo'eng, Risa, Rian, dan nyonya besar itu, kembali lagi ke kontrakan ini dengan tidak malu. Bahkan, mereka dengan sengaja merubah interior yang sempat aku rombak beberapa waktu lalu.Lebih parahnya lagi, nyonya besar itu mengaku-ngaku kepada tetangga yang bertanya, kenapa mereka kembali lagi? Mertuaku itu mengatakan, kalau kontrakan ini masih miliknya."Apa-apaan kalian?!" sungutku. Mereka tidak menghiraukan ucapanku, memasukkan barang-barang yang diangkut dengan mobil sewaan."Kenapa kalian ke sini lagi?! Ini rumahku, aku yang membayarnya untuk setahun mendatang!"Mereka tetap tak peduli, meski jeritanku memekakkan telinga. Aku membanting beberapa gelas hingga pecahannya menyebar ke lantai."Hey! Kenapa barang-barang Mami di pecahin?!" bentak mertuaku.Memang tidak tahu malu! Rian dan Mas Bo'eng menabrak bahuku dengan s
last updateLast Updated : 2022-05-05
Read more
PREV
123456
...
9
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status