Beranda / CEO / HOPELESS ROMANTIC / Bab 71 - Bab 80

Semua Bab HOPELESS ROMANTIC: Bab 71 - Bab 80

94 Bab

KARMA?!

Nyaris tak bisa dipercaya oleh Leila ketika beberapa petugas kepolisian muncul di depan pintu rumah. Dan yang mereka tanyakan adalah, “Apa benar ini kediaman Yusuf Aktaf?!” Leila terpaku, bingung. “I-iya, Pak ... saya istrinya, ada apa ya, Pak?” “Yusuf Aktaf telah melakukan tindakan penganiayaan sekaligus membuat keributan di sebuah bar. Sebelumnya kami sudah mengirim surat pemanggilan tapi tidak direspons, karena itu kami harus membawa yang bersangkutan segera!” Leila langsung membentangkan tangan, menghalangi. “Bapak nggak bisa berbuat seenaknya! Bapak nggak tau siapa Yusuf Aktaf?! Siapa kami?! Kami ini bukan orang sembarangan! Bisa-bisa malah Bapak nanti yang kena masalah!” “Silakan selesaikan di kantor aja, Bu. Tugas kami hanya membawa Pak Yusuf Aktaf ke kantor sekarang!” tegas mereka.  Saat polisi menangkap Yus
Baca selengkapnya

TAK ADA LAGI KATA RUJUK

Air mata Bella langsung banjir lagi ketika dia temui Yusuf di penjara. Kondisi pria itu tampak begitu murung, tubuhnya tidak terlihat dalam kondisi prima seperti biasanya.  “Mas Yusuf ... kenapa semuanya jadi begini, Mas?” Bella mendekat.  “Kenapa kamu harus nangis? Nggak ada yang perlu ditangisi, Bel. Aku malah senang banget, aku bisa ketemu sama kamu. Aku bisa melihat muka kamu yang cantik, aku kangen sama kamu.” Yusuf membelai rambut Bella kemudian dia tarik Bella ke dalam pelukannya. Yusuf membenamkan wajah di leher Bella, dia ciumi dan dia rasakan benar-benar wangi rambut Bella.  “Apa semua ini ulah Malik? Dia yang udah memfitnah Mas, kan? Jawab aku, Mas! Ini semua karena dia, kan?!” Yusuf memejamkan matanya, ingin sekali dia mengatakan ‘iya’ kepada Bella, tapi dia menahan diri.  “
Baca selengkapnya

LUPAKAN DIA

“Kamu yakin, Bel? Kamu yakin banget sama keputusan kamu ini?” Berkali-kali Agus menanyakan lagi perihal keputusan Bella untuk menerima lamarannya.  “Kamu kan yang bilang mau jadi ayah dari anak aku, mau jadi suami aku, terus kenapa sekarang kamu ragu? Hm? Kamu juga nggak bisa pegang omongan, ya?!” sergah Bella naik darah.  “Bel ... calm down, kenapa harus marah-marah, sih? Kenapa kamu harus sesensitif ini? Aku Cuma mau mastiin kalau keputusan kamu ini tepat, dan kamu udah mikirin banget-banget, aku nggak mau juga kalau kamu gegabah, atau hanya sebagai pelampiasan aja.” Tak salah jika Agus menyebut keputusan mendadak Bella sebagai pelampiasan belaka, toh memang Bella baru saja dihantam kenyataan pahit atas kehamilan Leila, tapi mana mungkin dia mau jujur mengaku.  Bella yang kepalang emosi berdiri begitu saja, “Okelah kalau
Baca selengkapnya

TANDA SIAPA?

Alam seolah ikut merasakan kesedihan yang dialami oleh Bella. Dari pagi hujan tak juga reda, langit dirajai oleh awan gelap serta angin bertiup kencang dibarengi petir menggelegar berkali-kali.  Hari yang seharusnya indah dengan perayaan besar dan sukacita berubah jadi duka bagi Bella. Tak ada aura bahagia sedikit pun di wajahnya. Bahkan sampai resepsi berlangsung pun, Bella tak seberapa menyambut tamu yang hadir.  “Senyum dong, Bel! Ini kan hari bahagia kamu!” ujar para sepupu menggoda.  Bella diam saja, tak satu pun dari keluarganya bisa paham apa yang dirasakan oleh Bella. Berulang kali Bella menjauh, pergi ke belakang sekadar untuk membiarkan dirinya menangis tanpa diketahui oleh orang lain.  “Bel, are you okay?” tanya Ruby saat dia tiba.  Bella mengangguk, menyembunyikan kegundahan dan kesedihan yang menyesaki dada. 
Baca selengkapnya

KEBENARAN

Lama tak pernah menampakkan diri, Tiara muncul di hari persidangan Yusuf. Yusuf sebenarnya tak begitu berharap ibunya akan datang, sebab masih tersimpan sedikit kekecewaan pada perempuan itu setelah dia merasa dirinya telah dimonopoli dan diperalat saja. Tapi untuk sekarang, dia pendam apa yang mengganjal di hati agar bisa melewati proses persidangan dengan tenang.“Kamu keliatan santai, Suf. Kamu udah tau papa kamu meninggal, kan?” tanya Tiara pelan.“Emangnya aku harus bereaksi kayak apa? Senang kayak Mama?” sindir Yusuf.“Kenapa kamu jadi sensitif begini? Mama nggak bilang kalau Mama senang dia mati—““Udahlah, Ma. Aku pusing meladeni Mama, aku nggak tau mana yang benar mana yang salah, otakku mampet.”“Kamu pasti stres mikirin hasil sidang hari ini ... kamu tenang aja, Mama udah menyuap hakimnya, kamu pasti akan keluar dari sini.”Ucapan Tiara malah memicu amarah di hati Y
Baca selengkapnya

PERGI UNTUK SELAMANYA

“Kurang ajar lu, Malik! Lu janji nggak akan bilang apa-apa ke Yusuf! Tega banget lu nipu gue! Sialan! Cowok busuk!!”Detik selanjutnya terdengar ratapan serta makian dari mulut Leila, berulang kali dia memukuli Malik, kesal dan marah.“Kamu pikir aku ini tolol ya, La? Sementara aku dapat citra buruk, kamu malah enak-enakan jadi istrinya Yusuf, menikmati semua sandiwara kamu,” ujar Malik dingin. “Lagian, melihat ekspresi Bang Yusuf yang terpuruk kayak sekarang, rasanya aku dapat kepuasan melebihi yang pernah aku rasakan. Ha ha ha!”“Dasar iblis! Bajingan!” maki Leila, dia berbalik menghampiri Yusuf yang masih diam membeku. “Suf ... Yusuf ... kamu maafin aku, kan? Kamu tau kan gimana aku sangat mencintai kamu?” bujuknya. Tangannya terangkat hendak memeluk Yusuf. “Suf—“Yusuf menepis tangan Leila secepat kilat. Matanya menyala mengobarkan api. “Manusia hina ... manusia sampah
Baca selengkapnya

LARAS

Keputusan Yusuf untuk meninggalkan Leila serta keluarganya sudah bulat. Selama satu minggu lamanya dia terombang-ambing tak menentu, hanya mendatangi satu bar ke bar yang lain. Kebiasaan lamanya muncul kembali, mabuk dan mabuk, tiada hari dan tiada malam dia habiskan tanpa bermabuk-mabukan.  Sampai pada suatu malam dia kembali berjumpa dengan Aufar. Aufar yang bisa membaca kondisi frustrasi Yusuf tentu ingin membuatnya lebih terpuruk lagi.  “Woi, lu udah tau kan kalau sekarang Bella jadi adik ipar gue?” “Nggak penting, jangan ajak gue ngomong, gue nggak berminat,” sahut Yusuf dingin.  “Ih, kok galak banget sih, Bang? Gitu aja pake acara ngambek~” Aufar menggoda sambil mencuil dagu Yusuf.  Yusuf mencengkeram tangan Aufar, nyaris dia perintil pergelangan tangannya. “Lu tulis?!” “Aw! Aw! A
Baca selengkapnya

TOLONG KAMI, BELLA

Pagi-pagi sekali di hari minggu, Bella yang perutnya mulai tampak membuncit telah sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan. Bukan hanya membuatkan nasi goreng telur mata sapi kesukaan Agus, dia juga menyiapkan dua gelas jus jeruk serta salad buah untuk disantap bersama.  “Mas Agus, ayo sarapan dulu,” ajaknya manis.  “Iya.” Agus melipat kembali koran pagi yang dia baca dengan rapi kemudian ikut duduk di meja makan. “Omong-omong, gimana dengan rencana perayaan tujuh bulanan? Kamu udah ngomong sama mama kamu?” “Udah, Mas. Katanya keluarga aku nanti yang bereskan, kalau mama Mas? Udah dikasih tau juga?” “Iya, udah kukasih tau juga,” sahut Agus.  Sambil mulai menyuap nasi goreng ke dalam mulutnya, Agus berujar, “Nggak terasa juga ya ... kandungan kamu sudah mau tujuh bulan, udah bebera
Baca selengkapnya

PERTEMUAN KEMBALI

Awalnya memang Bella ragu untuk memenuhi permintaan Erika dan Tiara. Sebelumnya dia sudah berjanji pada diri sendiri bahwa dia akan mencoba membuka hati bagi Agus, bahkan Agus pun sudah percaya padanya, dan di satu sisi juga dia tak mau lagi bersinggungan dengan Yusuf maupun keluarganya.  Namun belum tercapai keinginan hatinya itu, kini dia dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Hati kecilnya menolak untuk abai saja, dia tak tega, terlebih mengetahui situasi Leila saat ini.  “Bel, menurut aku, kamu sebaiknya bantu aja mereka,” ucap Agus pada malam itu sebelum mereka pergi tidur.  “Ah, biarlah, Mas. Aku udah bilang, kan? Aku nggak mau berurusan sama Yusuf lagi. Toh buat apa, sih? Kita lupakan aja.” Agus meraih tangan Bella. “Jangan kamu ragu karena aku. Aku pun setuju bukan karena aku suka kamu balikan sama Yusuf, tapi karena aku percaya sama kamu, aku tau k
Baca selengkapnya

JANGAN LAGI ADA DENDAM

Saking tak mampu menahan gejolak terhadap Yusuf, Bella sampai terlupa pada janjinya dengan Agus, namun siapa peduli? Cinta gilanya untuk Yusuf memang sudah tak terbendung lagi. Dia bahkan lupa bahwa misi utamanya adalah meminta Yusuf untuk menjumpai Leila.   “Mas ...” bujuk Bella sambil memegang tangan Yusuf. “Ini adalah waktu yang pas buat kita. Akhirnya kita bisa bersama lagi, apa lagi yang Mas tunggu? Kita jangan buang-buang waktu, Mas. Akhirnya ... Mas juga bisa bersama dengan anak kita nantinya.”   Yusuf menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ada satu beban yang memberatkan dia, yaitu Laras.    “Seumur hidup aku selalu egois, Bel. Ini pertama kalinya aku nggak mau bersikap egois, aku nggak tega membiarkan Laras hidup sendiri.”   “Mas kan bisa tetap ngasih dia uang, tanpa harus punya hubungan istimewa sama dia! Ya kan?” bujuk Bella belum menyerah. Dia pegang pipi Yusuf yang agak kasar. “Apa Ma
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status