“Kamu yakin, Bel? Kamu yakin banget sama keputusan kamu ini?”
Berkali-kali Agus menanyakan lagi perihal keputusan Bella untuk menerima lamarannya.
“Kamu kan yang bilang mau jadi ayah dari anak aku, mau jadi suami aku, terus kenapa sekarang kamu ragu? Hm? Kamu juga nggak bisa pegang omongan, ya?!” sergah Bella naik darah.
“Bel ... calm down, kenapa harus marah-marah, sih? Kenapa kamu harus sesensitif ini? Aku Cuma mau mastiin kalau keputusan kamu ini tepat, dan kamu udah mikirin banget-banget, aku nggak mau juga kalau kamu gegabah, atau hanya sebagai pelampiasan aja.”
Tak salah jika Agus menyebut keputusan mendadak Bella sebagai pelampiasan belaka, toh memang Bella baru saja dihantam kenyataan pahit atas kehamilan Leila, tapi mana mungkin dia mau jujur mengaku.
Bella yang kepalang emosi berdiri begitu saja, “Okelah kalau
Alam seolah ikut merasakan kesedihan yang dialami oleh Bella. Dari pagi hujan tak juga reda, langit dirajai oleh awan gelap serta angin bertiup kencang dibarengi petir menggelegar berkali-kali.Hari yang seharusnya indah dengan perayaan besar dan sukacita berubah jadi duka bagi Bella. Tak ada aura bahagia sedikit pun di wajahnya. Bahkan sampai resepsi berlangsung pun, Bella tak seberapa menyambut tamu yang hadir.“Senyum dong, Bel! Ini kan hari bahagia kamu!” ujar para sepupu menggoda.Bella diam saja, tak satu pun dari keluarganya bisa paham apa yang dirasakan oleh Bella. Berulang kali Bella menjauh, pergi ke belakang sekadar untuk membiarkan dirinya menangis tanpa diketahui oleh orang lain.“Bel, are you okay?” tanya Ruby saat dia tiba.Bella mengangguk, menyembunyikan kegundahan dan kesedihan yang menyesaki dada.
Lama tak pernah menampakkan diri, Tiara muncul di hari persidangan Yusuf. Yusuf sebenarnya tak begitu berharap ibunya akan datang, sebab masih tersimpan sedikit kekecewaan pada perempuan itu setelah dia merasa dirinya telah dimonopoli dan diperalat saja. Tapi untuk sekarang, dia pendam apa yang mengganjal di hati agar bisa melewati proses persidangan dengan tenang.“Kamu keliatan santai, Suf. Kamu udah tau papa kamu meninggal, kan?” tanya Tiara pelan.“Emangnya aku harus bereaksi kayak apa? Senang kayak Mama?” sindir Yusuf.“Kenapa kamu jadi sensitif begini? Mama nggak bilang kalau Mama senang dia mati—““Udahlah, Ma. Aku pusing meladeni Mama, aku nggak tau mana yang benar mana yang salah, otakku mampet.”“Kamu pasti stres mikirin hasil sidang hari ini ... kamu tenang aja, Mama udah menyuap hakimnya, kamu pasti akan keluar dari sini.”Ucapan Tiara malah memicu amarah di hati Y
“Kurang ajar lu, Malik! Lu janji nggak akan bilang apa-apa ke Yusuf! Tega banget lu nipu gue! Sialan! Cowok busuk!!”Detik selanjutnya terdengar ratapan serta makian dari mulut Leila, berulang kali dia memukuli Malik, kesal dan marah.“Kamu pikir aku ini tolol ya, La? Sementara aku dapat citra buruk, kamu malah enak-enakan jadi istrinya Yusuf, menikmati semua sandiwara kamu,” ujar Malik dingin. “Lagian, melihat ekspresi Bang Yusuf yang terpuruk kayak sekarang, rasanya aku dapat kepuasan melebihi yang pernah aku rasakan. Ha ha ha!”“Dasar iblis! Bajingan!” maki Leila, dia berbalik menghampiri Yusuf yang masih diam membeku. “Suf ... Yusuf ... kamu maafin aku, kan? Kamu tau kan gimana aku sangat mencintai kamu?” bujuknya. Tangannya terangkat hendak memeluk Yusuf. “Suf—“Yusuf menepis tangan Leila secepat kilat. Matanya menyala mengobarkan api. “Manusia hina ... manusia sampah
Keputusan Yusuf untuk meninggalkan Leila serta keluarganya sudah bulat. Selama satu minggu lamanya dia terombang-ambing tak menentu, hanya mendatangi satu bar ke bar yang lain. Kebiasaan lamanya muncul kembali, mabuk dan mabuk, tiada hari dan tiada malam dia habiskan tanpa bermabuk-mabukan.Sampai pada suatu malam dia kembali berjumpa dengan Aufar. Aufar yang bisa membaca kondisi frustrasi Yusuf tentu ingin membuatnya lebih terpuruk lagi.“Woi, lu udah tau kan kalau sekarang Bella jadi adik ipar gue?”“Nggak penting, jangan ajak gue ngomong, gue nggak berminat,” sahut Yusuf dingin.“Ih, kok galak banget sih, Bang? Gitu aja pake acara ngambek~” Aufar menggoda sambil mencuil dagu Yusuf.Yusuf mencengkeram tangan Aufar, nyaris dia perintil pergelangan tangannya. “Lu tulis?!”“Aw! Aw! A
Pagi-pagi sekali di hari minggu, Bella yang perutnya mulai tampak membuncit telah sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan. Bukan hanya membuatkan nasi goreng telur mata sapi kesukaan Agus, dia juga menyiapkan dua gelas jus jeruk serta salad buah untuk disantap bersama.“Mas Agus, ayo sarapan dulu,” ajaknya manis.“Iya.”Agus melipat kembali koran pagi yang dia baca dengan rapi kemudian ikut duduk di meja makan. “Omong-omong, gimana dengan rencana perayaan tujuh bulanan? Kamu udah ngomong sama mama kamu?”“Udah, Mas. Katanya keluarga aku nanti yang bereskan, kalau mama Mas? Udah dikasih tau juga?”“Iya, udah kukasih tau juga,” sahut Agus.Sambil mulai menyuap nasi goreng ke dalam mulutnya, Agus berujar, “Nggak terasa juga ya ... kandungan kamu sudah mau tujuh bulan, udah bebera
Awalnya memang Bella ragu untuk memenuhi permintaan Erika dan Tiara. Sebelumnya dia sudah berjanji pada diri sendiri bahwa dia akan mencoba membuka hati bagi Agus, bahkan Agus pun sudah percaya padanya, dan di satu sisi juga dia tak mau lagi bersinggungan dengan Yusuf maupun keluarganya.Namun belum tercapai keinginan hatinya itu, kini dia dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Hati kecilnya menolak untuk abai saja, dia tak tega, terlebih mengetahui situasi Leila saat ini.“Bel, menurut aku, kamu sebaiknya bantu aja mereka,” ucap Agus pada malam itu sebelum mereka pergi tidur.“Ah, biarlah, Mas. Aku udah bilang, kan? Aku nggak mau berurusan sama Yusuf lagi. Toh buat apa, sih? Kita lupakan aja.”Agus meraih tangan Bella. “Jangan kamu ragu karena aku. Aku pun setuju bukan karena aku suka kamu balikan sama Yusuf, tapi karena aku percaya sama kamu, aku tau k
Saking tak mampu menahan gejolak terhadap Yusuf, Bella sampai terlupa pada janjinya dengan Agus, namun siapa peduli? Cinta gilanya untuk Yusuf memang sudah tak terbendung lagi. Dia bahkan lupa bahwa misi utamanya adalah meminta Yusuf untuk menjumpai Leila. “Mas ...” bujuk Bella sambil memegang tangan Yusuf. “Ini adalah waktu yang pas buat kita. Akhirnya kita bisa bersama lagi, apa lagi yang Mas tunggu? Kita jangan buang-buang waktu, Mas. Akhirnya ... Mas juga bisa bersama dengan anak kita nantinya.” Yusuf menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ada satu beban yang memberatkan dia, yaitu Laras. “Seumur hidup aku selalu egois, Bel. Ini pertama kalinya aku nggak mau bersikap egois, aku nggak tega membiarkan Laras hidup sendiri.” “Mas kan bisa tetap ngasih dia uang, tanpa harus punya hubungan istimewa sama dia! Ya kan?” bujuk Bella belum menyerah. Dia pegang pipi Yusuf yang agak kasar. “Apa Ma
Lebih dari tiga bulan sudah Leila dirawat di salah satu kamar ruang rawat inap sebuah rumah sakit jiwa swasta. Kepergian Yusuf telah mengguncang hebat akal sehat dan jiwanya. Begitu kuat, begitu keras, hingga hanya nama Yusuf saja yang terus terucap dari bibirnya yang pucat.Ayahnya bahkan dikabarkan telah mengeluarkan miliaran rupiah untuk membungkam media, sehingga kabar tentang sakit nya tidak sampai keluar menyebar. Banyak yang bertanya di mana keberadaannya, terpaksa pihak keluarga Leila berdusta, mengatakan dia sedang menempuh pendidikannya kembali di luar negeri.Menurut pengakuan dokter yang menangani Leila, gadis itu kerap mengigau, meracau, merapal nama Yusuf disertai mantra-mantra mendayu. Kadang dia juga mengamuk, meminta Yusuf untuk dibawa kepadanya, sehingga perawat tak boleh sekali pun meninggalkannya. Beberapa perawat secara bergantian menjaga dan mengawasinya, memastikan dia tidak menyakiti diri sendiri, terlebih kandu
Tiga tahun telah berlalu sejak pernikahan Malik dan Leila berlangsung dengan lancar. Keduanya memutuskan untuk pindah ke Turki tahun lalu sebab bisnis fashion yang dikelola oleh Leila berkembang pesat di Turki seperti yang dia harapkan. Sama halnya dengan Malik dan Leila, hubungan Bella dan Yusuf pun terbilang stabil selama tiga tahun ini. Deniz kini telah menginjak usia lima tahun, baru-baru ini dia telah masuk ke Taman Kanak-kanak, dan hari-harinya pun lebih banyak dihabiskan di rumah neneknya, entah itu bersama Erika maupun Tiara yang kerap datang untuk menjemputnya. Seperti pada minggu pagi hari ini, suasana rumah Bella terlalu senyap, nyaris tak ada suara terdengar. Deniz sedang berada di rumah Erika menghabiskan libur akhir pekannya, di rumah hanya ada Bella dan Yusuf. Suami istri itu masih terlelap di atas tempat tidur empuk mereka meski jam telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Semalam entah berapa kali Yusuf menggempur Bella tanpa tahu waktu dan lel
Janji Yusuf sungguh dia tepati. Berkat dirinya, Malik hanya mendapat hukuman satu tahun penjara, dengan beberapa syarat tentunya. Setelah lepas sebagai tahanan kota selama enam bulan pula, Malik akhirnya bisa pulang ke Indonesia. Ada rencana besar yang akan dia laksanakan di sana. Seluruh keluarga dan kerabat berkumpul di rumah induk yang kini ditempati Yusuf dan Bella untuk menyambut kepulangannya.Selain rasa kangennya terhadap puterinya sudah menggunung, dia pula telah berencana untuk menikahi Leila. Kabar itu sudah lebih dulu diketahui Yusuf dan Bella, keduanya mendukung niat mulia Malik.Sejak menjanda, Leila memang tidak punya niatan untuk mencari pengganti Yusuf, fokusnya hanya merawat puterinya yang diberi nama Aisyah Aktaf. Aisyah seusia dengan Deniz, sekarang usianya telah lebih dari dua tahun, sedang gemar-gemarnya berlatih bicara dan berjalan, sedang usia-usia paling gemasnya.Ketika tahu Malik ak
Sejak lama, nama lain Malik adalah BAYANGAN. Dia memang tak lebih dari bayangan Yusuf. Sejak lahir, Yusuf telah mendapat pengakuan, sesuatu yang tak pernah didapat oleh Malik. Seluruh keluarga dan kolega bisnis Pak Abizard melihat Yusuf sebagai penerus yang mampu, disegani, terpandang, dan punya karisma sebagai calon pemimpin hebat.Hal lain diperoleh oleh Malik. Dia adalah kebalikan, dia adalah aib yang harus disembunyikan, ibarat sampah yang harus ditimbun, atau dibuang jauh-jauh agar tak tercium baunya.Ketika kecil dulu, Malik selalu menatap iri sekaligus kagum kepada Yusuf. Yusuf sungguh sempurna di matanya. Sebagai anak yang tumbuh seorang diri, dia melihat Yusuf tak ubahnya seorang kakak, kakak yang dia harapkan bisa menjaga dan melindungi dia. Malik pernah beberapa kali mencoba mendekati Yusuf, ingin mengajaknya bermain selayaknya anak pada umumnya.Namun, pandangan Malik terhadap Yusuf seketika
Air mata Bella tak kunjung berhenti mengalir, dia terus berada di samping Yusuf yang telah berada di ruang perawatan. Pikiran-pikiran buruk terus mengisi benaknya.“Mas Yusuf ... Tolong jangan tinggalin aku sama Deniz, Mas bahkan sekarang lagi jauh dari Deniz. Aku mohon, Mas. Tolong kuat untuk anak kita ... Kita baru aja menikah, akhirnya kita bisa bersama, tapi kenapa semua langsung jadi buruk lagi?” isak Bella tak kuasa menahan kesedihan.Yusuf yang baru siuman dengan perut diperban berucap tawar, “Apa, sih kamu? Berisik banget, aku mau istirahat, tau.”“Mas Yusuf!” pekik Bella sambil mengguncang tubuh Yusuf. “Ya Tuhan ... aku kira Mas nggak akan bangun lagi! Aku udah panik banget tau, nggak?! Aku panggil Dokter ya sekarang!”“Nggak usah,” sahut Yusuf seraya bangkit untuk duduk.“Jangan dipaksa
“Kamu yang psikopat! Kamu yang nggak sadar diri kamu siapa!” teriak Bella sambil berusaha mendorong Malik agar menjauh darinya.Dengan senyum miring yang tampak mengerikan, Malik menarik Bella agar lebih dekat dengannya. “Aku dengar kamu melahirkan anak laki-laki, sayang banget ya, Bella ... seharusnya bayi itu perempuan ...”Mata Bella terbelalak mendengarnya, seolah dia tahu yang akan dikatakan Malik selanjutnya.“Kamu tau kenapa? Supaya aku bisa menyentuh dia juga suatu saat nanti. Hi hi~”“Nggak punya otak! Padahal kamu sendiri yang sekarang udah punya anak perempuan! Sadar kamu!”“Aku enggak anggap anak itu adalah anak aku, sayang sekali, Bella ...”Tawa Malik terdengar begitu menggelikan sekaligus mencekam. Bella yang sudah naik pitam berniat melayangkan satu pukulan di rahang Malik, tapi
Usai berjalan-jalan bersama dan menikmati keindahan kota Kapadokia, Ririn mengajak Yusuf dan Bella untuk mengunjungi kedai kopi yang dia kelola sendiri. Kedai kopi itu juga masih berada di sekitar kota Kapadokia, orang-orang bisa menikmati segelas kopi di teras sambil memandang jalan-jalan dan kota yang indah.“Ya beginilah kerjaan aku sekarang, Suf. Aku udah nggak mau kerja kantoran lagi, menurut aku lebih enak buka usaha begini,” ujar Ririn sambil meletakkan nampan berisi tiga gelas kopi espresso. “Malik juga kemarin datang ke sini buat minum kopi. Dia juga kayaknya lagi betah di sini.”Bella langsung mengerling menatap Yusuf seolah ada teror di depan matanya. “Malik? Buat apa dia di sini?” Spontan Bella bertanya.“Kenapa emangnya?” Ririn balik bertanya. “Malik juga kan separuh orang Turki, sama kayak Yusuf. Dia juga udah sering kayaknya bolak-balik ke sini.&r
Enam bulan setelah menikah, Bella dan Yusuf memutuskan untuk melaksanakan bulan madu mereka yang tertunda, yaitu pergi ke Kapadokia, Turki.Lantaran Deniz masih berumur sekitar 7 bulan, dia tak dibolehkan Yusuf untuk ikut. Dan karena itu pula mereka hanya akan pergi selama satu minggu. Deniz sementara akan dirawat dan dijaga oleh seorang perawat yang khusus diminta datang ke rumah.Berat betul hati Bella untuk meninggalkan Deniz selama satu minggu, meskipun ASI bahkan telah dia siapkan selama satu minggu ke depan, namun rasanya tetap berat untuk meninggalkan Deniz yang masih bayi.“Apa kita tunda aja lagi Mas sampe dua tahun? Tiga tahun?” tanya Bella pada malam sebelum berangkat.Yusuf yang sedang menyiapkan pakaian ke dalam koper mengerling sebal. “Nggak sekalian tunda sepuluh tahun? Kamu tenang aja, Deniz di tangan yang tepat, kok. Anggap aja kamu ibu pekerja yan
Hari yang telah lama ditunggu-tunggu Bella dan Yusuf akhirnya tiba juga, hari pernikahan mereka. Sebelumnya hari bahagia ini tak pernah mereka kira akan tiba, terutama bagi Bella. Semua masih terasa bagai mimpi baginya. Menikah dengan Yusuf? Terdengar seperti lelucon tidak lucu, tapi kali ini sungguh bukan lelucon.Jauh-jauh hari segala persiapan telah dipastikan Yusuf tidak ada kesalahan. Mulai dari gedung pernikahan, dekorasi, tema, sampai siapa-siapa saja yang diundang, dia tak mau ada kesalahan sedikit pun. Semua harus sempurna.Tema yang dipilih oleh Yusuf adalah putih, white wedding, sebab putih adalah simbol kesucian, bersih, sebagai permulaan yang baru baginya dengan Bella. Di matanya, Bella bukanlah bekas istri orang lain, pun di mata Bella, Yusuf bukanlah seorang duda dari Leila. Bagi mereka, ini adalah pernikahan pertama untuk mereka masing-masing.Jantung Bella rasanya mau copot, sejak semal
“Apa kegiatan Mama akhir-akhir ini?” tanya Yusuf berbasa-basi.“Biasalah, Mama sekarang merawat bunga, kebun kecil di rumah. Tapi, sebentar lagi Mama akan pergi,” beber Tiara.Alis Yusuf terangkat sedikit. “Ke mana? Buat apa?”“Baliklah, Suf. Udah terlalu lama Mama di sini. Udah seharusnya Mama pulang ke Amerika, ada bisnis yang harus Mama kerjakan lagi. Kamu kan nggak bisa ikut juga.”“Hm. Aku harus menjaga Bella sama Deniz sekarang, seenggaknya Mama tunggu sampe aku nikah bulan depan.”“Iya ... pasti.”Tiara duduk di bangku taman, keduanya kompak terdiam selama beberapa detik. Tiara membasahi bibir sendiri, menutupi rasa gugup yang menyerangnya. “Yusuf ... untuk semua yang terjadi, Mama betul-betul minta maaf, ya. Mama akui, Mama memang bersalah.”