Beranda / Romansa / Cinta 80 kg / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Cinta 80 kg: Bab 21 - Bab 30

96 Bab

Saranghae

Hida keluar dari kamar rawat adiknya dan melihat sosok pemuda yang tidak kalah sedih dengannya. Hida duduk disampingnya lalu menepuk pundak Arie, pemuda itu tampak kacau. Dia menangis dan terus menyalahkan dirinya.  “Makasih ya, Rie. Udah bawa adik gue ke sini. Rie, mending lu katakan yang sejujurnya ke adik gue, kalau lu suka sama dia. Jangan lu pendam lagi, Rie. Kalau kalian pacaran, lu lebih leluasa jaga dia di sekolah dan gue enggak merasa khawatir lagi.” “Iya, Kak. Gue bakalan bilang tentang perasaan gue ke Irena.” Arie masuk ke dalam ruang rawat gadis chubby-nya menatap Irena yang kini sedang tidur lelap, setelah Dokter memberinya obat. Arie memegang tangan Irena dan mengelus poni yang menutupi dahinya. Dia tersenyum kecil, sudah saatnya perasaan yang selama ini dia pendam diungkapkan.  “Ir, bangun ya … kalau kamu enggak bangun aku bakal cium kamu.” Arie mendekatkan wajahnya ke wajah Irena lalu dengan lembut mencium bibir gadis
Baca selengkapnya

Boyfriend

Irena sejak tadi menunduk di kursi depan bersama Arie Lucas--cowok yang beberapa hari lalu bilang cinta padanya. Irena belum berkata ya karena masih ragu takut untuk memulai hubungan dengan seseorang karena rasa trauma-nya.  “Tah pan enak atuh mobil teh, enggak kayak mobil sayur kita geuning, Pak. Hadeh adem pisan nya Pak. Korsinya juga empuk, Hida nanti kalau kamu udah kerja beli mobil kayak kieu nya.” Mak Esih sibuk berceloteh di belakang sama Pak Tatang. Hida hanya tertawa menanggapi emaknya yang baru pertama kali naik mobil semewah ini. “Iya atuh, Mak. Ini mah pakainya AC ari mobil kita mah AG, alias angin gelebug.[1]“ Semua yang ada di dalam mobil tertawa mendengar guyonan Pak Tatang. Sepanjang jalan, hanya Hida dan kedua orang tuanya yang ramai dan bercanda satu sama lain, sementara Irena dan Arie masih saling diam. Irena teringat saat Arie menyatakan cinta padanya. “Kamu enggak usah mikirin jawabannya dulu, sekarang yang pent
Baca selengkapnya

Lovely

“Ir, kamu udah sembuh? Astaga! Maafkan aing ya, kemarin aing harus bedrest total di rumah.”“Makasih Pie, udah khawatir. Aku baik-baik aja, kamu juga udah sembuh?”“Ya, seperti yang kamu lihat aing mah udah baik-baik aja.” Pie tersenyum dan mengedip menggoda Irena. Sementara Arie hanya diam melihat Irena dan sahabatnya sedang bercengkrama.“Ir!” Igna menghampiri Irena, napasnya ngos-ngosan.“Ada apa Kak?”“Lu udah sembuh? Ir gue minta maaf soal—”“Udah enggak usah dibahas, aku udah maafin Kak Igna kok.”“Makasih ya, Ir. Lu emang cewek baik dan berhati lembut.”“Makanya jadi orang kurang-kurangi dosa, Kak. Sekarang tuh zamannya karma tahu enggak, kurang-kurangi deh bully orang kalau enggak mau kualat.” Pie mencebik sementara Igna mendelik pada Pie.“Aku pergi
Baca selengkapnya

Bullying again

“Mita. Lu enggak kapok ya bully Irena. Oh atau gue laporin kepala sekolah biar lu di skors.” Suara bariton itu membuat langkah Mita terhenti. Mita membalik tubuhnya dan melihat Arie sedang menatap tajam dirinya.Mita mendengus kesal dan berkata, “ Kamu kenapa sih milih dia daripada aku!”“Karena dia lebih baik daripada lu tentunya.” Arie menarik tangan Irena lembut dan membawanya pergi dari sana. Mita mengepalkan tangannya kesal, dia pun berjalan kembali mengikuti kedua temannya.“Kenapa Kak Mita marah? Lebih baik buat si gajah bengkak itu menjauh atau lenyap sekalian.”“Tria?” Mita menatap adik kelasnya yang sejak tadi bersembunyi di balik tembok.“Ya, ini aku. Aku juga sama kesal pada si gendut itu, gara-gara dia aku putus sama Rara. Bagaimana kalau kita kerja sama, kita buat dia enggak betah di sini.”“Tapi gue takut sama Arie.”“Kak
Baca selengkapnya

Hurt

Arie merasa hatinya tidak nyaman, selesai mengantar Mamanya ke bandara dia mencoba menghubungi Irena beberapa kali. Namun, hape kekasihnya itu mati dan hanya ada suara operator telepon saja. Arie menghubungi Pie, Pie mengatakan Irena ada les matematika. Lalu dengan segera Arie pergi ke sekolah. Hari sudah malam, sekolah tutup.“Mang Sodik, anak-anak yang les matematika udah pulang ya?” Arie bertanya pada Mang Sodik penjaga sekolah yang sedang menggembok pagar.“Setahu Mamang mah enggak ada les apa-apa, soalnya Pak Yanto sakit malahan semua guru besuk ke rumah sakit, Pak Yanto operasi usus buntu.” Mang Sodik menjelaskan. Hati Arie bertambah galau. Dia khawatir dengan kekasihnya. Arie segera menghubungi Hida.“Bentar ya gue telepon Bapak dulu.” Hida menutup teleponnya. Arie menunggu dengan gelisah di mobil.Saat ponselnya berdering memunculkan nama Hida, dia pun segera mengangkatnya.“Bapak bilang Irena belum
Baca selengkapnya

Where Are You?

Kahida berteriak memanggil anak-anak itu, tapi mereka sudah pergi lebih dulu. Terutama Arie yang penuh emosi membawa motornya kembali ke sekolah. “Haduuh, mereka enggak lihat apa, gue masih di sini!” Hida segera berjalan mencari pangkalan ojek dan menghubungi polisi serta Pak Tatang. Sesampainya di sekolah, Arie mencari Tria dan Mita. Mita terkejut melihat Arie yang menghampirinya dengan wajah penuh amarah. Arie menyeret Mita dan mencari Tria, Tria  sedang merokok di warung dia terkejut, secepat inikah? Dia hendak kabur, tapi Igna meringkus dan membawanya ke hadapan Arie. Arie sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya, dia memukul Tria dan membuatnya babak belur. Guru-guru di sana berusaha memisahkan mereka, sementara itu polisi datang bersama Hida dan Pak Tatang. “Katakan di mana adik gue!” Hida menarik kerah baju Tria. “Ngomong siah ngomong tong ngabetem wae![1]“ Igna merasa kesal melihat wajah Tria yang kesakitan.
Baca selengkapnya

Together

Irena diam dan mengigit bibirnya. “Lalu bagaimana lagi?” “Nah, Arie ngusulin agar lu sekolah di sana. Makanya waktu itu Abang ngusulin  buat masuk Bakti Pertiwi. Arie udah lama memperhatikan lu, sejak SMP dia kalau liburan pasti liat kamu di sini, sering lewat sini tapi enggak berani nyamperin karena malu.” Irena tertegun, jadi saat dia mengejar laki-laki lain yang dengan kejam menyakiti hatinya di sisi lain ada seseorang yang setia menantinya? Irena merasakan dadanya bergemuruh, dia merasa bersalah pada Arie, kemarin saat dia bangun melihat betapa kusamnya wajah Arie. Tapi dia malah mendiamkan Arie dan masih merasa tidak pantas untuk Arie. “Abang  enggak akan ngomong apa pun, Ir. Hanya saja, mungkin Abang bakalan kasih satu kutipan dari buku yang Abang baca, di mata dunia mungkin kamu bukan siapa-siapa. Tetapi di mata orang lain kamu adalah dunianya. Jangan merasa rendah diri dengan keadaan kita, kalau lu merasa tidak pantas untukn
Baca selengkapnya

With You

Tubuh sintal itu ditariknya ke pelukannya, lalu diciumnya bibir ranum yang sekarang menjadi bagian dari candunya. Tubuh sang gadis di rebahkan di ranjang king size bercorak mawar di kamarnya. Lalu matanya menatap mata bulat sang gadis dan menggesekkan hidung mancungnya dengan hidung sang gadis. Dia tersenyum dan berkata, "Kamu tahu enggak? Sekarang kamu prioritas kedua Kakak setelah Mama." "Jinjja?" "Sok Korea ah. Beneran dong, jadi kamu jangan bikin khawatir lagi ya, apa pun yang kamu rasakan harus bilang, jangan pendam sendiri." "Hmm, oke." Arie Lucas tertawa pelan lalu menciumi kembali wajah gadisnya. Dia sangat mencintainya, tidak ingin melihatnya terluka dan bersedih. Gadis yang menurut orang lain tidak ada apa-apanya. Yang menurut orang lain biasa saja. Tapi menurutnya dia begitu sempurna, terutama hatinya yang begitu pemaaf, bagaimana bisa dia mencabut tuntutan kepada anak-anak yang membully dirinya. Namun hukum adalah hukum
Baca selengkapnya

School Farewell

Bu Titin memberi aba-aba pada muridnya. Semua anak berdiri dan mulai mengambil napas panjang. Hari ini mereka sedang berlatih, kakak kelas mereka telah menyelesaikan ujian akhir sekolah dan 100% lulus semua. Mereka telah bekerja keras mengalahkan soal ujian yang membuat kepala mereka hampir terbakar. Besok di sekolah Irena mengadakan acara kelulusan dan kenaikan kelas serta perpisahan dengan kakak kelas mereka. Irena ditunjuk sebagai anggota vokal grup. Selain itu dia juga harus bernyanyi solo di depan semua orang, kemampuannya dalam lomba bernyanyi bulan lalu tidak dapat diragukan. Darah seni yang mengalir di tubuhnya membuat Irena menjadi kebanggan sekolah, saat menjadi juara pertama lomba menyanyi antar sekolah.“Ir, kamu udah hapal ‘kan lagunya buat besok?” tanya Bu Titin.“Iya, Bu. Saya sudah hapal setiap sore saya berlatih.”“Bagus, kalau begitu. Rara dan yang lainnya gimana? Gerakan tari meraknya udah bisa ‘kan? L
Baca selengkapnya

Good Bye

Saat acara utama dimulai yaitu drama musikal yang dibawakan Irena dan teman-temannya. Semua nampak larut dan seakan ikut mendalami kisah si bebek buruk rupa yang dihina dan tidak mempunyai teman. Dia dikucilkan dan dibenci oleh semuanya karena buruk rupa. Akting Irena yang memukau dan suaranya yang menghipnotis banyak orang membuat decak kagum semua orang. Makcik Yuyu sibuk dengan ponselnya, merekam calon menantunya yang sedang berakting dan bernyanyi di atas panggung.Saat akting menangis, semua ikut laut dalam kisahnya si bebek ini. Mereka ikut menangis, bahkan Bu Titin dan Mak Esih—ibunya Irena, menangis tersedu-sedu. Mak Esih sangat terharu dan bangga dengan putri kecilnya. Dia begitu mendalami perannya dengan baik dan membuat semua orang berdecak kagum.“Tuh liat, Pak. Si Eneng hebat pisan nya.” Mak Esih menyeka air matanya dengan sapu tangan. Pak Tatang ingin menangis juga kalau saja dia tidak malu dengan postur tubuhnya yang tinggi besar. Pak T
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status