Home / Romansa / Cinta 80 kg / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Cinta 80 kg: Chapter 11 - Chapter 20

96 Chapters

Close to you

Motor gede itu keluar dari tempat latihan, Irena duduk nyaman di belakang sang ketua OSIS dan Igna mendengkus sendirian di luar pagar, dia pun menelepon temannya buat datang menjemput lagipula otaknya butuh di refresh, barangkali nongkrong di base camp atau di tempat latihan band bisa membuatnya lebih segar. “Kak Arie kok ngajak saya, kenapa enggak ngajak Kak Igna aja?” tanya Irena di jalan. Arie fokus mengendarai motornya.“Karena aku pengennya kamu, bukan Igna.”“Hah?” Irena merasa pendengarannya berdengung dadakan, perkataan kakak kelasnya itu ambigu, dia jadi mikir aneh-aneh jadinya. Irena berusaha menormalkan detak jantungnya yang mendadak seperti bedug di malam takbiran. Motor Arie melaju di atas jalan kota Jakarta, Irena tanpa terasa memegang pinggang kakak kelasnya itu dan menyenderkan kepalanya di punggung Arie. Entah kenapa, bersama Arie segala kesedihan di dalam rongga dadanya perlahan hilang.“Ma
Read more

sick

Kata orang cinta pertama itu sering meninggalkan kesan yang dalam, sedalam palung Mariana. Kalau kata Slank terlalu manis untuk dilupakan tapi, juga terlalu sakit untuk dikenang.Irena kudu kuat menerima kenyataan kalau Tria sekarang sudah sold out dan pemenangnya adalah Rara. Kebencian di hati Pie semakin menumpuk terhadap Rara dan Tria, mereka seolah-olah pamer kemesraan dan sering membuat Irena terlihat terluka. Seperti siang ini, mereka jalan bergandengan tangan sambil mengumbar keromantisan ala drama Korea. “Boleh kami di duduk di sini?”“Memangnya bangku cuma ada di sini? Cari saja tempat lain.” Pie mendengus kesal.“Irena saja tidak keberatan, kenapa kamu sewot?!” Rara mencebikkan bibirnya. Dia dan Satria duduk di depan Irena dan Pie yang sedang makan siang di kantin. Irena hanya tersenyum miris, melihat kemesraan dua sejoli di depannya, udah kayak Galih dan Ratna versi now. Pie kesal pada Tria, co
Read more

I am Stupid

Lagi dan lagi kakak kelasnya itu menjadi penolong untuknya saat dia terluka, sementara itu manusia lain di sana tertawa keras, seakan dia adalah badut yang lucu dan patut untuk ditertawakan. Rasanya ingin menangis keras, namun dia hanya menahanya di dalam hati.  “Terima kasih, Kak Arie.” “Hmm sama-sama, lain kali berhati-hatilah.” “Terima kasih, Kak.” Arie berlalu dari hadapan Irena dengan wajah dinginnya, Pie terlihat terburu-buru mendekati Irena. “Ngapain Kak Arie?” “Ngasih ini.” Irena menunjukkan sebungkus tisu basah pada Pie. “Hoh? Jadi dia beli ini tadi buat kamu, dia sampai diolok-olok sama teman-temannya.” “Hah serius?” “Iya serius, Kak Arie baik ya sama maneh. Hmm jangan-jangan dia—” “Stop enggak usah diteruskan dan jangan mengada-ngada. Mana airnya aku haus.” Irena seperti ikan mujair yang kehausan, dia meminum habis air mineral yang diberikan Pie padanya. Rasanya cukup sak
Read more

Look at me Please!

Di ruang BP, mereka bertiga duduk berjejer di bangku menghadap Pak Mujiharto yang menatap ketiga muridnya satu per satu dengan tatapan tajam. Kumisnya yang tebal bergerak-gerak seperti ulat bulu dan kacamatanya selalu merosot ke hidung. Arie Lucas duduk di tempat lain memandang ketiganya. Jujur dia sejak tadi mengikuti kelinci chubby-nya dan berakhir di warung seblak cubit-cubit manja dengan Ignatius Herry. Dia kesal, bukan hanya karena mereka betiga membolos tapi karena Igna begitu leluasa mencubit pipi gadis gendut-nya. "Kamu, Igna to? Kenapa malah ngajarin adik kelas kamu hal-hal negatif to? Merokok, membolos, harusnya kamu jadi contoh yang baik buat adik kelasmu. Apalagi ini, oalah yang kamu bawa anak perempuan, piye to?" Igna kesal, orang dua adik kelasnya datang sendiri bukan dia yang ngajak kenapa dia yang disalahkan? Duh selalu salah menjadi orang tampan, pikirnya. Irena dan Pie saling cubit mereka sebenarnya kasihan dengan Igna yang dijadikan kambi
Read more

Attention

Irena tidak tahu dia ada di mana, sebuah taman bunga yang berwarna-warni. Irena melihat gaun yang dipakainya, gaun pengantin warna putih dengan hiasan mahkota bunga melingkari kepalanya. Irena berjalan mengelilingi taman, suara petikan gitar menginterupsi, ditambah suara bariton yang menghipnotis langkah kakinya mencari sumber suara. Suara itu semakin jelas, memperdengarkan lagu yang merdu bahkan dua kali lipat sempurna dari suara Tria. Di depanya, siluet tubuh seseorang membuat Irena semakin mempercepat langkahnya. Petikan gitar terhenti, sosok itu dengan jas putih dan celana putih. Dia berbalik, menatap Irena hanya saja Irena tidak bisa melihatnya jelas karena wajahnya seperti tertutup kabut tipis. Irena hanya melihat dia tampak tersenyum, lalu mengulurkan tangannya yang memegang buket bunga mawar merah. Saat tangan Irena ingin meraihnya tiba-tiba ….“Kebakaran!”“Hah? Di mana? Mana?” Irena bangun tergesa-gesa, tidak peduli rambutnya ya
Read more

Pinokio

Tak berapa lama, pesanan Arie datang, dua mangkuk bubur ayam yang masih hangat plus ati ampela. Duh jangan sampai deh Irena ilernya netes, saking laparnya. Arie menyodorkan semangkuk bubur itu ke depan Irena. Irena menggeleng padahal perutnya udah jelas meraung-raung minta diisi, tapi Irena mempertahankan keinginannya untuk tidak sarapan. Arie menghela napas lalu menyodorkan sesendok bubur ayam itu ke depan mulut Irena.“Aaaa buka mulutnya.”“Ih, aku enggak mau. Aku bisa makan sendiri.”“Ya sudah makan dong, dari tadi dianggurin.”“Tapi aku—”“Lagi diet? Biar Tria lirik kamu?” Tuh ‘kan kenapa sih Arie selalu pandai menebak jalan pikiran Irena? sebenarnya bukan itu, dia enggak niat kok jadi pelakor antara Rara sama Tria. Tap kalau dia langsing mungkin akan ada cowok yang meliriknya.“Kok ngomongnya gitu,”“Jangan berubah jadi orang lain, jadilah d
Read more

Toxic

Cinta itu buta Buta itu Hejo [1]Hejo itu leho [2]Jadi cinta sama dengan leho kitu?Ya karena orang jatuh cinta mendadak jadi kardus, karena cinta membuat preman pun jadi rasa Hello Kitty. Makan enggak enak, tidur enggak nyenyak, kalau kata orang sunda mah kaedanan.[3] Kayak lagu sunda itu loh Bangbung hidueng, [4]jung nangtung asa rangkibung, leumpang asa ngalayang. Lah tahi ayam pun rasa cokodot, duh amit-amit Gusti.[5] Itu yang sekarang dialami sama cowok ganteng blasteran Arie Lucas. Berjuta-juta bintang di langit hanya satu yang bercahaya, berjuta-juta cewek yang cantik hanya Irena yang dicinta. Ibarat kata nih, enggak peduli lah seberapa kilo berat badannya, yang pasti berat cintanya mengalahkan berat badannya Irena. Sayangnya Irena enggak peka atau dianya yang kurang gercep? Mau ngomong kok rasanya susah banget. Padahal dia o
Read more

Don't Cry

Arie menatap bergegas pergi ke kantin, dia sudah mendengar semuanya dari anak-anak yang tertawa dan menjadikan Irena bahan olokan.  Dia melihat Igna sedang merokok bersama teman-temannya di dekat toilet, Arie segera menarik kerah seragam Igna dan memukul wajahnya. Igna terjatuh dan kaget dengan kedatangan si ketua OSIS yang sangat marah. Igna bangkit dan hendak membalas Arie, namun Arie lebih cekatan karena menguasai ilmu bela diri. Igna kembali roboh dengan pukulan telak di perutnya. Kedua cowok itu pun berkelahi saling serang satu sama lain, anak-anak yang lainnya tidak berani memisahkan, mereka malah bersorak dan memvideokan aksi Igna dan Arie, tipikal anak zaman now. Hingga salah satu dari mereka ada yang berani memisahkan keduanya. Arie tidak pernah semarah ini, meskipun orang-orang membuatnya kesal dan marah tapi dia lebih sakit hati melihat Irena dibully dan jadi bahan cemoohan semua orang. Rasa emosinya meluap hingga ingin menghabisi nyawa Igna sek
Read more

Broken Heart

Pak Tatang bingung dengan anaknya, tiba-tiba minta pindah sekolah segala. Pak Tatang yakin, sesuatu telah terjadi di sekolah. Tapi Irena bersikeras tidak mau membahasnya, dia menolak menceritakan apa masalahnya. Irena juga mengurung diri di kamar, tidak mau makan dan seharian menutup badannya dengan selimut. Pak Tatang sebenarnya mau pergi ke sekolah mencari tahu apa yang terjadi, tapi Irena tidak mau Pak Tatang pergi ke sana. “Neng, makan dulu atuh … Emak udah siapin kesukaan kamu tuh, ayam penyet pedes.” “Kumaha [1]Si Eneng? Mau keluar enggak?” Pak Tatang menatap istrinya yang menggelengkan kepala, Irena bahkan mengunci pintunya. “Hah, naha eta budak. Aya-aya wae.[2]“ Pak Tatang menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sudah 3 hari anaknya tidak mau sekolah, dulu Pak Tatang pernah menghadapi situasi seperti ini, anaknya sering menjadi bahan olokan teman-temannya.  Tapi kali ini sepertinya lebih dari sekedar oloka
Read more

suicide

Semua berawal dari postingan Mita yang memfoto potongan curhatan di buku diary-nya lalu menyebarkan lewat f******k dan i*******m. Gadis cantik bermulut pedas itu tidak ada sedikit pun rasa kasihan pada Irena. Irena hanya bisa diam dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Serendah itukah dirinya? Arie memberi salam pada kedua orang tua Irena. Tangannya tidak pernah kosong jika berkunjung ke sana. Terkadang membawa Martabak 88, kadang membawa buah-buahan. “Nak Arie, enggak ada bosen-bosennya datang. Makasih Nak Arie, Emak mah pusing sama Si Neng. Dia teh masih aja di kamar ngurung diri.” “Enggak apa-apa, Bu. Saya ‘kan ketua OSIS jadi saya ada tanggung jawab buat bawa dia kembali ke sekolah. Saya akan bolak-balik sampai dia mau keluar kamar dan kembali sekolah.” Jawab Arie dengan senyum ramahnya. Arie dan Mak Esih berdiri di depan pintu Irena. Arie mengetuk pintu kamar Irena dan memanggil nama gadis berpipi chubby itu.
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status