Semua berawal dari postingan Mita yang memfoto potongan curhatan di buku diary-nya lalu menyebarkan lewat f******k dan i*******m. Gadis cantik bermulut pedas itu tidak ada sedikit pun rasa kasihan pada Irena.
Irena hanya bisa diam dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Serendah itukah dirinya?
Arie memberi salam pada kedua orang tua Irena. Tangannya tidak pernah kosong jika berkunjung ke sana. Terkadang membawa Martabak 88, kadang membawa buah-buahan.
“Nak Arie, enggak ada bosen-bosennya datang. Makasih Nak Arie, Emak mah pusing sama Si Neng. Dia teh masih aja di kamar ngurung diri.”
“Enggak apa-apa, Bu. Saya ‘kan ketua OSIS jadi saya ada tanggung jawab buat bawa dia kembali ke sekolah. Saya akan bolak-balik sampai dia mau keluar kamar dan kembali sekolah.” Jawab Arie dengan senyum ramahnya.
Arie dan Mak Esih berdiri di depan pintu Irena. Arie mengetuk pintu kamar Irena dan memanggil nama gadis berpipi chubby itu.
[1] Ada apa?
Hida keluar dari kamar rawat adiknya dan melihat sosok pemuda yang tidak kalah sedih dengannya. Hida duduk disampingnya lalu menepuk pundak Arie, pemuda itu tampak kacau. Dia menangis dan terus menyalahkan dirinya. “Makasih ya, Rie. Udah bawa adik gue ke sini. Rie, mending lu katakan yang sejujurnya ke adik gue, kalau lu suka sama dia. Jangan lu pendam lagi, Rie. Kalau kalian pacaran, lu lebih leluasa jaga dia di sekolah dan gue enggak merasa khawatir lagi.” “Iya, Kak. Gue bakalan bilang tentang perasaan gue ke Irena.” Arie masuk ke dalam ruang rawat gadis chubby-nya menatap Irena yang kini sedang tidur lelap, setelah Dokter memberinya obat. Arie memegang tangan Irena dan mengelus poni yang menutupi dahinya. Dia tersenyum kecil, sudah saatnya perasaan yang selama ini dia pendam diungkapkan. “Ir, bangun ya … kalau kamu enggak bangun aku bakal cium kamu.” Arie mendekatkan wajahnya ke wajah Irena lalu dengan lembut mencium bibir gadis
Irena sejak tadi menunduk di kursi depan bersama Arie Lucas--cowok yang beberapa hari lalu bilang cinta padanya. Irena belum berkata ya karena masih ragu takut untuk memulai hubungan dengan seseorang karena rasa trauma-nya. “Tah pan enak atuh mobil teh, enggak kayak mobil sayur kita geuning, Pak. Hadeh adem pisan nya Pak. Korsinya juga empuk, Hida nanti kalau kamu udah kerja beli mobil kayak kieu nya.” Mak Esih sibuk berceloteh di belakang sama Pak Tatang. Hida hanya tertawa menanggapi emaknya yang baru pertama kali naik mobil semewah ini. “Iya atuh, Mak. Ini mah pakainya AC ari mobil kita mah AG, alias angin gelebug.[1]“ Semua yang ada di dalam mobil tertawa mendengar guyonan Pak Tatang. Sepanjang jalan, hanya Hida dan kedua orang tuanya yang ramai dan bercanda satu sama lain, sementara Irena dan Arie masih saling diam. Irena teringat saat Arie menyatakan cinta padanya. “Kamu enggak usah mikirin jawabannya dulu, sekarang yang pent
“Ir, kamu udah sembuh? Astaga! Maafkan aing ya, kemarin aing harus bedrest total di rumah.”“Makasih Pie, udah khawatir. Aku baik-baik aja, kamu juga udah sembuh?”“Ya, seperti yang kamu lihat aing mah udah baik-baik aja.” Pie tersenyum dan mengedip menggoda Irena. Sementara Arie hanya diam melihat Irena dan sahabatnya sedang bercengkrama.“Ir!” Igna menghampiri Irena, napasnya ngos-ngosan.“Ada apa Kak?”“Lu udah sembuh? Ir gue minta maaf soal—”“Udah enggak usah dibahas, aku udah maafin Kak Igna kok.”“Makasih ya, Ir. Lu emang cewek baik dan berhati lembut.”“Makanya jadi orang kurang-kurangi dosa, Kak. Sekarang tuh zamannya karma tahu enggak, kurang-kurangi deh bully orang kalau enggak mau kualat.” Pie mencebik sementara Igna mendelik pada Pie.“Aku pergi
“Mita. Lu enggak kapok ya bully Irena. Oh atau gue laporin kepala sekolah biar lu di skors.” Suara bariton itu membuat langkah Mita terhenti. Mita membalik tubuhnya dan melihat Arie sedang menatap tajam dirinya.Mita mendengus kesal dan berkata, “ Kamu kenapa sih milih dia daripada aku!”“Karena dia lebih baik daripada lu tentunya.” Arie menarik tangan Irena lembut dan membawanya pergi dari sana. Mita mengepalkan tangannya kesal, dia pun berjalan kembali mengikuti kedua temannya.“Kenapa Kak Mita marah? Lebih baik buat si gajah bengkak itu menjauh atau lenyap sekalian.”“Tria?” Mita menatap adik kelasnya yang sejak tadi bersembunyi di balik tembok.“Ya, ini aku. Aku juga sama kesal pada si gendut itu, gara-gara dia aku putus sama Rara. Bagaimana kalau kita kerja sama, kita buat dia enggak betah di sini.”“Tapi gue takut sama Arie.”“Kak
Arie merasa hatinya tidak nyaman, selesai mengantar Mamanya ke bandara dia mencoba menghubungi Irena beberapa kali. Namun, hape kekasihnya itu mati dan hanya ada suara operator telepon saja. Arie menghubungi Pie, Pie mengatakan Irena ada les matematika. Lalu dengan segera Arie pergi ke sekolah. Hari sudah malam, sekolah tutup.“Mang Sodik, anak-anak yang les matematika udah pulang ya?” Arie bertanya pada Mang Sodik penjaga sekolah yang sedang menggembok pagar.“Setahu Mamang mah enggak ada les apa-apa, soalnya Pak Yanto sakit malahan semua guru besuk ke rumah sakit, Pak Yanto operasi usus buntu.” Mang Sodik menjelaskan. Hati Arie bertambah galau. Dia khawatir dengan kekasihnya. Arie segera menghubungi Hida.“Bentar ya gue telepon Bapak dulu.” Hida menutup teleponnya. Arie menunggu dengan gelisah di mobil.Saat ponselnya berdering memunculkan nama Hida, dia pun segera mengangkatnya.“Bapak bilang Irena belum
Kahida berteriak memanggil anak-anak itu, tapi mereka sudah pergi lebih dulu. Terutama Arie yang penuh emosi membawa motornya kembali ke sekolah. “Haduuh, mereka enggak lihat apa, gue masih di sini!” Hida segera berjalan mencari pangkalan ojek dan menghubungi polisi serta Pak Tatang. Sesampainya di sekolah, Arie mencari Tria dan Mita. Mita terkejut melihat Arie yang menghampirinya dengan wajah penuh amarah. Arie menyeret Mita dan mencari Tria, Tria sedang merokok di warung dia terkejut, secepat inikah? Dia hendak kabur, tapi Igna meringkus dan membawanya ke hadapan Arie. Arie sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya, dia memukul Tria dan membuatnya babak belur. Guru-guru di sana berusaha memisahkan mereka, sementara itu polisi datang bersama Hida dan Pak Tatang. “Katakan di mana adik gue!” Hida menarik kerah baju Tria. “Ngomong siah ngomong tong ngabetem wae![1]“ Igna merasa kesal melihat wajah Tria yang kesakitan.
Irena diam dan mengigit bibirnya. “Lalu bagaimana lagi?” “Nah, Arie ngusulin agar lu sekolah di sana. Makanya waktu itu Abang ngusulin buat masuk Bakti Pertiwi. Arie udah lama memperhatikan lu, sejak SMP dia kalau liburan pasti liat kamu di sini, sering lewat sini tapi enggak berani nyamperin karena malu.” Irena tertegun, jadi saat dia mengejar laki-laki lain yang dengan kejam menyakiti hatinya di sisi lain ada seseorang yang setia menantinya? Irena merasakan dadanya bergemuruh, dia merasa bersalah pada Arie, kemarin saat dia bangun melihat betapa kusamnya wajah Arie. Tapi dia malah mendiamkan Arie dan masih merasa tidak pantas untuk Arie. “Abang enggak akan ngomong apa pun, Ir. Hanya saja, mungkin Abang bakalan kasih satu kutipan dari buku yang Abang baca, di mata dunia mungkin kamu bukan siapa-siapa. Tetapi di mata orang lain kamu adalah dunianya. Jangan merasa rendah diri dengan keadaan kita, kalau lu merasa tidak pantas untukn
Tubuh sintal itu ditariknya ke pelukannya, lalu diciumnya bibir ranum yang sekarang menjadi bagian dari candunya. Tubuh sang gadis di rebahkan di ranjang king size bercorak mawar di kamarnya. Lalu matanya menatap mata bulat sang gadis dan menggesekkan hidung mancungnya dengan hidung sang gadis. Dia tersenyum dan berkata, "Kamu tahu enggak? Sekarang kamu prioritas kedua Kakak setelah Mama.""Jinjja?""Sok Korea ah. Beneran dong, jadi kamu jangan bikin khawatir lagi ya, apa pun yang kamu rasakan harus bilang, jangan pendam sendiri.""Hmm, oke."Arie Lucas tertawa pelan lalu menciumi kembali wajah gadisnya. Dia sangat mencintainya, tidak ingin melihatnya terluka dan bersedih. Gadis yang menurut orang lain tidak ada apa-apanya. Yang menurut orang lain biasa saja. Tapi menurutnya dia begitu sempurna, terutama hatinya yang begitu pemaaf, bagaimana bisa dia mencabut tuntutan kepada anak-anak yang membully dirinya. Namun hukum adalah hukum
Gaun putih melekat indah pada tubuhnya, gaun yang di desain khusus untuk dirinya sendiri. Dia menatap cermin rias di hadapannya, betapa cantiknya dirinya. selama ini dia sering bermimpi menjadi pengantin, bahkan saat kecil, impiannya adalah menikah dengan seorang pangeran berkuda putih. Namun ketika dewasa mimpinya itu berubah, dia ingin menikah dengan laki-laki yang penuh tanggung jawab seperti mendiang ayahnya. Dan semua itu ada dalam diri Arie Lucas. Ibunya menatap kagum sang putri bungsu, hari ini mereka akan mengadakan pesta pernikahan Irena dan Arie. Setelah Bayi mereka berumur 6 bulan, Arie dan Irena memutuskan untuk menikah. Namun anak mereka tidak ada yang tahu bagaimana wajahnya dan di mana keberadaannya. Sementara ini bayi mereka di rumah diurus oleh Aunty Dao dan anaknya. "Nak, sekarang kamu sudah bukan anak kecil lagi, kamu sekarang sudah menjadi ibu dan juga istri, apa jalankanlah kewajibanmu sebagai seorang ibu yang baik dan juga istri yang bertanggung jawab. ja
Wajah Ayuni Nur Latifah terlihat dingin, menatap tajam setiap karyawan yang berada di kantor milik Tuan Hans Lucas. Dia mendatangi resepsionis dan bertanya tentang keberadaan mantan suaminya itu, sang resepsionis mengatakan jika Tuan Hans ada di ruangannya. "Maaf Nyonya Ayuni Apakah saya harus memberitahukan Tuan Kalau anda berada di sini?""Tidak perlu saya akan mendatangi langsung ke ruangannya." Ayuni berjalan pergi lalu menaiki lift menuju ruangan tempat dimana mantan suaminya berada. Dia menatap meja sekertaris yang kosong dan sudah menduga jika sekretaris baru itu adalah mainan baru mantan suaminya. Dengan kasar dia mendorong pintu ruangan yang bertuliskan Lawyer itu dan melihat sang mantan suami sedang melakukan hal tidak senonoh di ruangannya. Sektretaris barunya itu sedang berada di pangkuan Hans Lucas dan mereka sedang bercumbu mesra, dengan pakaian sang wanita yang hampir terbuka sepenuhnya."Jadi ini yang dilakukan seorang pengacara terkenal di ruangann
Kedua pasangan itu tinggal di rumah baru dengan damai, karena Arie benar-benar merahasiakan tentang rumah itu pada siapa pun. Hanya pihak keluarga yang tahu. Terkadang Mamanya akan ke sana dan Mak Esih juga akan menengok. Hida dan Fero kembaki ke Thailand, tapi Mak Esih sekarang tidak sendiri di rumah. Ada Mbak Sri dan anaknya yang kadang menginap ke rumah. Toko online milik Irena sekarang di kelola oleh Kristina, dan sebulan sekali gadis remaja itu akan mentransfer uang hasil penjualan pada Irena. Sementara Cafe Rainbow dipegang oleh orang kepercayaan Arie. Arie akan pergi ke kantor di pagi hari dan pulang sore hari. Irena di rumah sendirian, karena memang dia menginginkan itu. Sekarang usia kandungan Irena sudah memasuki bulan ke-lima dan dia sangat manja pada Arie. Dia juga sudah mulai mengidam ini itu. Yang kadang membuat calon Papa itu pusing mendadak. "Kak, aku pengen makan makanan Korea." "Ya udah aku pesankan ya sayang." "Enggak mau, maunya Kakak masakin."
Dengarkanlah wanita impiankuhari ini akan kusampaikan,Janji suci kepadamu dewikudengarkanlah kesungguhan rasa, ku ingin mempersuntingmu, untuk yang pertama dan terakhir Jangan kau tolak dan buatku hancur ku tak mau mengulang untuk meminta satu keyakinan hatiku ini engkaulah yang terbaik untukku .....setiap perjalanan yang dilalui oleh anak manusia, banyak luka likunya termasuk perjalanan cinta Irena dan Arie. Meksipun mereka harus berpisah sementara namun akhirnya kembali bersama. Arie benar-benar menepati janjinya. Dia menelepon Mama Ayuni dan Tante Dao serta Paman Alex. Mereka semua datang dan terkejut karena Arie ingin pertunangan dia dan Irena segera dilakukan dan semua orang harus tahu. akhirnya setelah bermusyawarah, dan menghasilkan kesepakatan bersama. pertunangan mereka dilakukan di sebuah gedung yang sudah di sewa. dan disiarkan langsung serta mengundang beberapa awak media untuk meliput nya. Arie ingin semua orang tahu bahwa kekasihnya adalah wanita ya
Dirematnya ponsel android miliknya, bibirnya terkatup rapat. Dia merasa kembali cemas, melihat pesan-pesan yang dia kirim untuk sang kekasih hanya berakhir dengan centang satu. Irena kembali mencoba menelpon Arie namun tetap tidak ada jawaban. Dia kemudian mencoba menelepon Mama Ayuni."Hallo, sayang ... sudah lama ya, bagaimana kabarmu?""Aku baik Ma, Mama apa kabar?""Mama baik, gimana keadaan Ibu?""Ibu baik, Ma ... Mama, boleh aku tanya, Kak Arie kenapa susah dihubungi?""Entahlah, anak itu akhir-akhir ini sangat sibuk, dia jarang pulang ke rumah Mama dan juga jarang telepon Mama. Kamu kangen ya?""Iya, Ma." ucapnya dan berusaha agar suaranya baik-baik saja. Dia pun mengakhiri teleponnya dan kembali mencoba untuk menormalkan perasaanya yang mulai cemas dan galau. Dia pun tidak tahan lagi dan menelepon kakaknya."Iya, adek kenapa?""Kak, maafin aku.""Kenapa minta maaf sih, le
Arie sudah kembali ke Singapore untuk mengurus semua pekerjaan di sana dan mengurus kepindahan dia ke Indonesia. Irena dan Ibunya hidup dengan bahagia, Emak Esih sekarang sudah tidak lagi sedih karena kehilangan suaminya dan juga ditinggalkan oleh anak laki-lakinya, Hida dan Fero masih sering menghubungi orang tuanya, mereka sama sekali tidak lupa itu. Meskipun jalan yang mereka ambil salah namun Emak Esih selalu yakin ada hikmah dari semua peristiwa yang terjadi. Irena resmi menjadi pemilik cafe Rainbow, pegawainya masih sama, hanya saja ada beberapa pegawai magang sekarang. Dia juga menjalani diet sehat atas bimbingan Dokter Sam, iya Dokter hewan yang dulu dikenalnya mengenalkan dia pada rekannya yang seorang ahli gizi. Dia akan berolahraga di sela waktu luangnya, dia juga dibimbing oleh seorang coach yang ahli. Makanan yang dia makan sekarang lebih diatur dan dia berhasil menghilangkan berat badannya dari 80 menjadi 78 kg. Namun ini sudah beberapa hari dia merasa mood-nya begitu
Kedua tangan mereka saling berpegangan erat satu sama lain. Mereka berjalan di pesisir pantai Ubud, ditemani sinar matahari yang hangat. Sesekali keduanya bercanda, lalu saling kejar-kejaran. Siapa pun yang melihatnya pasti iri hati pada sang wanita. Bagaimana bisa seorang sesempurna itu menyukai wanita yang berbadan gemuk dan sama sekali tidak ada bule-bulenya. Tapi Irena meyakinkan dirinya bahwa Arie adalah seseorang yang tulus mencintai dirinya. Waktu yang mereka lewati bersama dan juga kenangan yang tercipta diantara keduanya, membaut Irena semakin yakin jika Arie Lucas dan dirinya ditakdirkan bersama. "Mau kelapa muda?" "Mau." "Sebentar ya, aku beli dulu." ucapnya mengecup kening Irena lembut. Irena merona teringat semalam bagaimana mereka saling menyatu dalam kehangatan dan juga saling memanggil nama masing-masing dengan suara menggetarkan jiwa. Rambut ikalnya tertiup angin, sementara kain Bali yang dipakainya ikut melambai. Seorang gadis kecil mendatangi diriny
Lilin di meja sudah padam, makanan belum diantarkan karena belum ada instruksi dari Arie. para pelayan menunggu dengan cemas karena Tuhan mereka belum mendapatkan jawaban yang diinginkannya. Secara gamblang gadis yang dia cintai menolak untuk menikah dengannya, apa yang salah apakah gadis itu belum memaafkan kesalahannya di masa lalu ataukah gadis itu masih ragu akan kesungguhan cintanya. Keduanya saling menatap sementara tangan sang pria menggenggam erat tangan gadis di hadapannya seolah ingin berkata bahwa apa yang dia lakukan saat ini benar-benar dari hati yang paling dalam, dia sudah mempersiapkan ini dari lama khusus untuk gadis yang ia cintai di malam hari ulang tahun tetapi kenapa gadis itu menolak?"Kakak pasti bertanya alasan aku menolak kakak apa?" "Ya aku masih bingung kenapa kamu menolakku bukankah kamu bilang sendiri kalau kamu sudah memaafkan aku dan kamu ingin aku menunjukkan keseriusan ku padamu. Dan inilah saatnya aku menunjukkan bahwa aku benar-benar menci
Kedua pasangan itu sampai di bandara Gusti Ngurah Rai, Bali. Seorang pria berumur 40 Tahunan menghampiri mereka. Dia tampak sudah akrab dengan Arie, dia mempersilakan Arie dan Irena masuk ke dalam mobil berwarna hitam itu. Mobil melaju degan kecepatan sedang, Irena menatap setiap tempat yang dilewati mobil itu, dia tersenyum menatap keindahan Bali. Sekitar 1 jam 4 menit kemudian, mobil berhenti di sebuah villa di kawasan Ubud. Mereka berdua turun dari mobil itu dan diantarkan masuk ke dalam Villa. Villa itu sudah dibooking penuh oleh Arie khusus untuk mereka berdua saja, semua sudah diperiksa olehnya. Kamar yang begitu nyaman dan menghadap langsung ke pantai. "Whoaa! Nyamannya kasur ini, langsung ngadep pantai lagi, aku suka banget Kak!" Irena berseru senang sambil matanya berbinar menatap pantai yang begitu indah. "Syukur kalau kamu suka, Aku pergi ke luar dulu ya mau telepon Mama. Kamu mandi saja dulu, mau makan di sini atau di luar?" "Makan di sini saja, aku capek.