Home / Romansa / Cinta 80 kg / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Cinta 80 kg: Chapter 31 - Chapter 40

96 Chapters

Go with your love

Mengubah kebiasaan memang sulit tapi Irena berusaha keras untuk menjadi lebih baik. Setiap pagi dia akan bangun, lalu meminum dua gelas air putih hangat dan memulai rutinitas dengan gerakan kecil. Dia mulai menyukai pelajaran olahraga Pak Suklan.“Aku bukan ingin kurus tapi pengen sehat.” Itulah jawaban Irena saat orang bertanya mengapa dia sekarang rajin olahraga.Mobil yang dikendarai Arie berhenti di depan rumah Irena. Sepertinya Pak Tatang dan istrinya sudah tidur. Irena masih di dalam kursi depan bersama Arie, dia menatap kekasihnya yang tampan seperti pahatan dewa Yunani.“Terima kasih udah nganterin aku pulang, Kak. Mau mampir?”“Tidak usah, sudah malam. Kapan-kapan saja … oh ya, aku berangkat ke Belanda nanti hari Minggu.”“Baiklah, semoga selamat di perjalanan jangan lupa kabari aku. Maaf aku enggak bisa nganterin Kak Arie ke bandara.” Irena menatap Arie penuh rasa sesal. Arie berangka
Read more

Different feel

Waktu cepat berlalu, Irena sudah memasuki masa kuliah. Karena Pak Tatang sayang banget sama anaknya, Irena enggak bisa kuliah jauh-jauh. Kahida sekarang bekerja di sebuah perusahaan swasta, karyawan dia sekarang. Udah bisa beli mobil bakal Emak dan Bapaknya jalan-jalan ya walau cicilan. Kahida kerja di luar kota, tapi sebulan sekali dia pulang buat nengok kedua orang tuanya.Arie dan Irena masih berhubungan, meskipun interaksi keduanya sekarang jarang. Arie sibuk dengan kuliahnya begitu juga dengan Irena. Tapi Irena tidak pernah berpikir negatif tentang Arie, dia percaya Arie menjaga hati dan cintanya. Begitu juga dengan dia, tidak akan pernah dia berpikir untuk selingkuh.“Hoi! Jangan melamun lu! Baik-baik ntar kesambet setan penunggu kamar mandi!” Seseorang menepuk pundak Irena. Gadis berpipi chubby itu mendelik kesal. Siapa lagi kalau bukan Ignatius, cowok nyebelin yang akhirnya satu kampus juga dengan Irena. Hubungan dia dan Rara sudah lama kan
Read more

Sense

Keduanya masih berada di depan mini market, Irena membelikan Igna roti dan juga air mineral lalu menyuruhnya meminum obat pereda sakit. Gadis itu tak berhenti mengomel seperti ibu yang mengomeli anaknnya yang nakal. Igna sering sekali berkelahi dengan teman kampusnya atau kampus lainnya. Sifat bad boy-nya tetap melekat hingga dia kuliah, dia menarik tangan sang gadis yang kini berdiri dan terus mengoceh padanya. Irena duduk disampingnya dan mengerjapkan mata lucu. “Kak?”“Ya ….”“Masih sakit? Apa kita perlu ke dokter?”“Tak usah, gue pergi aja ke kosan. Maafin gue ya repotin lu, dan makasih udah obatin gue.” Kata Igna tersenyum, Irena mengangguk meskipun cemas. Di sepanjang perjalanannya, Igna terus meyakinkan dirinya, dia tidak boleh begini, dia tidak mau menjadi orang ketiga hubungan Irena dan Arie. Walaupun hubungan temannya itu kini sedang tidak baik-baik saja, sebutlah mungkin sedang dalam
Read more

Miss you

BelandaArie Lucas, pemuda itu semakin bertambah tampan dan dikagumi semua orang. Terlebih mereka yang tahu siapa keluarganya. Arie benar-benar super sibuk saat penerimaan mahasiswa baru, dia bahkan tak sempat untuk berlibur. Ah, sungguh dia rindu pada Angry duck-nya dan juga ini sudah hampir 2 tahun lamanya. Arie harus bertahan demi menepati janjinya pada sang ayah, ayahnya akan menyetujui hubungannya dengan Irena jika Arie bertahan di Belanda sampai lulus. Ayahnya bahkan melarangnya pergi ke Indonesia, ah banyak hal yang terjadi selama dia di Belanda. Banyak peristiwa yang terjadi saat dia meninggalkan Indonesia.Kedua orang tuanya berpisah, itu karena Sang Mama tidak tahan dengan sikap otoriter Ayahnya. Mama Arie—Mama Ayuni, tidak bisa lagi bersama dengan sang suami, salah satu alasannya adalah dia bertengkar hebat saat mengetahui Arie mempunyai pacar di Indonesia dan bukan perempuan yang seperti keinginannya. Saat itu Arie terpukul, namun dia
Read more

May I approach you?

Igna menatap punggung Irena yang sedang mencuci piring, rambut ikal panjangnya diikat ke atas menampakkan leher yang berwarna kuning langsat. Gadis di depannya memang tidak seperti tipe dia selama ini. Yang memiliki kulit putih dan badan langsing, sementara Irena jauh dari kata langsing, dia masih berbobot 80 kg, kulitnya kuning langsat dengan tahi lalat di bagian pipi mirip Alm, Suzzana. Rambutnya panjang dan ikal berombak berwarna hitam, hidungnya tidak mancung tidak juga pesek dan kalau diperhatikan bibirnya begitu lucu dan menggemaskan. Igna berani bertaruh sekarang atensinya pada gadis 80 kg ini begitu besar. Bahkan sering memperhatikannya, dia tidak dapat menepis semua yang ada dalam dirinya untuk memperhatikan gadis itu lebih dari biasanya. “Ih, enggak lah. Gue juga bisa cuci piring doang mah.” Igna memaksa, dia mendorong sedikit tubuh Irena ke samping. Lalu, dia mulai mencuci piring yang sudah disabuni Irena.‘Inikah rasanya kalau su
Read more

A Feel

“Kak Arie! Mau ke mana?” Irena menahan pundak Arie yang tampak memunggunginya. Arie berbalik lalu menatap Irena. Tidak ada tatapan hangat di kedua matanya, tatapan penuh kasih yang selalu dia berikan hilang berganti dengan tatapan penuh benci.“Lepaskan tanganmu dariku.”“Apa yang Kakak katakan? Kak … aku sangat kangen sama Kakak.”“Pergi!”“Apa? Kak ada apa denganmu?” tanya Irena, Arie dengan kasar menepis tangan Irena yang meraih tangannya. Irena menangis, saat Arie pergi meraih tangan sosok perempuan lain yang tak terlihat wajahnya. Irena berteriak memanggil nama Arie namun sosok Arie terus pergi meninggalkannya.“Kak!”“Astagfirullah, mimpiku jelek sekali ya Tuhan. Ada apa ini? Mungkin ini karena pikiranku yang selalu memikirkan Kak Arie jadi aku mimpi buruk tentangnya.” Irena mengecek ponselnya
Read more

Please ... Don't

Irena enggak paham sama Igna, sepertinya dia berlebihan. Dulu waktu dia masih pacaran sama Rara tidak seperti itu. Irena bingung dan juga enggak paham sama jalan pikiran Igna. Irena berusaha konsentrasi pada pelajaran di depannya, namun otaknya melayang mengingat kejadian tadi dan juga mimpi buruknya semalam. Irena sampai lupa sarapan dan hanya minum air putih saja tadi. Bel tanda berakhirnya pelajaran berbunyi, rasanya Irena ingin segera pulang karena perutnya lapar, memakan masakan ibunya dan makan bersama keluarga itu mungkin bisa mengurangi rasa galau dalam hatinya.“Ir!” Irena menatap cowok yang tengah senyum ke arahnya itu dengan tatapan kesal. Igna seperti hantu ada di mana-mana.“Ada apa?”“Kita ‘kan mau pergi jalan-jalan lu lupa?”“Malas ah, harusnya lu itu nyesel gebukin anak orang.”“Harusnya lu belain gue dong, dia udah menghina lu.”“Gue udah biasa dipanggil
Read more

Bad news

Igna gelisah sepanjang malam, matanya susah untuk terpejam. Amarah menguasai dadanya, dan semua terasa sesak. Memang dia ingin Irena putus dengan kekasihnya tapi bukan dengan cara seperti ini, Igna masih tidak yakin dan percaya jika Arie selingkuh. Dia berusaha melakukan panggilan pada nomor line Arie namun tidak tersambung, begitu juga chat yang berkali-kali dia kirim meminta penjelasan tidak ada jawaban apa pun. Hida pun sama, mereka saling bertukar pesan dan Hida meminta Igna buat merahasiakan ini dari Irena. Namun Igna enggak bisa jamin gadis itu tidak tahu. "Sial!" Igna mengumpat kesal lalu membungkus tubuhnya dengan selimut berharap bisa tidur. Igna sampai repot-repot membeli air humidiffier dan menggunakan aroma terapi agar bisa secepatnya tidur. Besok hari libur, dia sudah mempunyai janji dengan gadis chubby itu untuk pergi ke taman hiburan. Igna menonton tutorial yoga dan meditasi di youtube namun tetap saja dia tidak bisa tidur. Akhir
Read more

I am Ok

Kahida meremat ponselnya, ini sudah hampir seminggu dan Arie tidak satu pun membalas semua email yang dia kirim atau pun chat. Bagaimana dengan adiknya? Tentu saja kepopuleran Dewi nampak di mana-mana salah satunya televisi nasional, Irena hanya terdiam tatkala netranya melihat Arie dan Dewi di TV. Dia hanya mampu menggigit bibirnya dan berkata, “Tidak apa-apa, itu pasti hanya salah paham semata.” Irena berusaha meyakinkan nuraninya agar tidak percaya pada kabar yang beredar. Baginya, dia mempercayai sang kekasih seutuhnya. Kahida mencoba menghubungi nomor Arie namun, pria itu tidak mengangkat ponselnya. Kahida benar-benar kesal setengah mati.“Apa yang harus aku lakukan?” Hida menatap langit-langit kantornya, semua teman keluar untuk makan siang, hanya dia yang berkutat dengan dokumen dan pikiran yang tertuju pada sang adik. Hida hanya takut, Irena akan seperti dulu lagi.Sementara itu, di kampus mulai terdengar desas-desus perihal Arie dan Dew
Read more

Facts

Irena memegang tangan sang kakak dan menggelengkan kepalanya ribut.“Apa yang Aa katakan? Enggak usah A, aku baik-baik saja.” Irena menatap Hida yang kini mengajaknya bicara berdua di halaman belakang.“Tapi dia—”“Tidak apa-apa, kalaupun iya. Mungkin sudah waktunya, aku melepaskannya A, apa yang kita inginkan tidak selamanya berjalan dengan sempurna. Cinta tidak selamanya harus memiliki kan? Aa tidak perlu melakukan itu, aku sudah dewasa. Biarkan aku menyelesaikan ini sendiri.” Irena tersenyum. Hida mau tak mau mengalah dan membiarkan adiknya menyelesaikan masalah itu sendiri dengan caranya.Kuala Lumpur“Tell me why? Kenapa kamu selalu bersikap seperti ini Hans? Ini semua rencana kamu ‘kan? Mengirim Dewi ke sana dan mendekati Arie?!” Ayuni menatap garang mantan suaminya. Dia selama ini diam, namun saat melihat berita itu dia tak tenang dan menemui Hans di Malays
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status