“Kak Arie! Mau ke mana?” Irena menahan pundak Arie yang tampak memunggunginya. Arie berbalik lalu menatap Irena. Tidak ada tatapan hangat di kedua matanya, tatapan penuh kasih yang selalu dia berikan hilang berganti dengan tatapan penuh benci.
“Lepaskan tanganmu dariku.”
“Apa yang Kakak katakan? Kak … aku sangat kangen sama Kakak.”
“Pergi!”
“Apa? Kak ada apa denganmu?” tanya Irena, Arie dengan kasar menepis tangan Irena yang meraih tangannya. Irena menangis, saat Arie pergi meraih tangan sosok perempuan lain yang tak terlihat wajahnya. Irena berteriak memanggil nama Arie namun sosok Arie terus pergi meninggalkannya.
“Kak!”
“Astagfirullah, mimpiku jelek sekali ya Tuhan. Ada apa ini? Mungkin ini karena pikiranku yang selalu memikirkan Kak Arie jadi aku mimpi buruk tentangnya.” Irena mengecek ponselnya
Irena enggak paham sama Igna, sepertinya dia berlebihan. Dulu waktu dia masih pacaran sama Rara tidak seperti itu. Irena bingung dan juga enggak paham sama jalan pikiran Igna. Irena berusaha konsentrasi pada pelajaran di depannya, namun otaknya melayang mengingat kejadian tadi dan juga mimpi buruknya semalam. Irena sampai lupa sarapan dan hanya minum air putih saja tadi. Bel tanda berakhirnya pelajaran berbunyi, rasanya Irena ingin segera pulang karena perutnya lapar, memakan masakan ibunya dan makan bersama keluarga itu mungkin bisa mengurangi rasa galau dalam hatinya.“Ir!” Irena menatap cowok yang tengah senyum ke arahnya itu dengan tatapan kesal. Igna seperti hantu ada di mana-mana.“Ada apa?”“Kita ‘kan mau pergi jalan-jalan lu lupa?”“Malas ah, harusnya lu itu nyesel gebukin anak orang.”“Harusnya lu belain gue dong, dia udah menghina lu.”“Gue udah biasa dipanggil
Igna gelisah sepanjang malam, matanya susah untuk terpejam. Amarah menguasai dadanya, dan semua terasa sesak. Memang dia ingin Irena putus dengan kekasihnya tapi bukan dengan cara seperti ini, Igna masih tidak yakin dan percaya jika Arie selingkuh. Dia berusaha melakukan panggilan pada nomor line Arie namun tidak tersambung, begitu juga chat yang berkali-kali dia kirim meminta penjelasan tidak ada jawaban apa pun. Hida pun sama, mereka saling bertukar pesan dan Hida meminta Igna buat merahasiakan ini dari Irena. Namun Igna enggak bisa jamin gadis itu tidak tahu."Sial!" Igna mengumpat kesal lalu membungkus tubuhnya dengan selimut berharap bisa tidur.Igna sampai repot-repot membeli air humidiffier dan menggunakan aroma terapi agar bisa secepatnya tidur. Besok hari libur, dia sudah mempunyai janji dengan gadis chubby itu untuk pergi ke taman hiburan.Igna menonton tutorial yoga dan meditasi di youtube namun tetap saja dia tidak bisa tidur. Akhir
Kahida meremat ponselnya, ini sudah hampir seminggu dan Arie tidak satu pun membalas semua email yang dia kirim atau pun chat. Bagaimana dengan adiknya? Tentu saja kepopuleran Dewi nampak di mana-mana salah satunya televisi nasional, Irena hanya terdiam tatkala netranya melihat Arie dan Dewi di TV. Dia hanya mampu menggigit bibirnya dan berkata, “Tidak apa-apa, itu pasti hanya salah paham semata.” Irena berusaha meyakinkan nuraninya agar tidak percaya pada kabar yang beredar. Baginya, dia mempercayai sang kekasih seutuhnya. Kahida mencoba menghubungi nomor Arie namun, pria itu tidak mengangkat ponselnya. Kahida benar-benar kesal setengah mati.“Apa yang harus aku lakukan?” Hida menatap langit-langit kantornya, semua teman keluar untuk makan siang, hanya dia yang berkutat dengan dokumen dan pikiran yang tertuju pada sang adik. Hida hanya takut, Irena akan seperti dulu lagi.Sementara itu, di kampus mulai terdengar desas-desus perihal Arie dan Dew
Irena memegang tangan sang kakak dan menggelengkan kepalanya ribut.“Apa yang Aa katakan? Enggak usah A, aku baik-baik saja.” Irena menatap Hida yang kini mengajaknya bicara berdua di halaman belakang.“Tapi dia—”“Tidak apa-apa, kalaupun iya. Mungkin sudah waktunya, aku melepaskannya A, apa yang kita inginkan tidak selamanya berjalan dengan sempurna. Cinta tidak selamanya harus memiliki kan? Aa tidak perlu melakukan itu, aku sudah dewasa. Biarkan aku menyelesaikan ini sendiri.” Irena tersenyum. Hida mau tak mau mengalah dan membiarkan adiknya menyelesaikan masalah itu sendiri dengan caranya.Kuala Lumpur“Tell me why? Kenapa kamu selalu bersikap seperti ini Hans? Ini semua rencana kamu ‘kan? Mengirim Dewi ke sana dan mendekati Arie?!” Ayuni menatap garang mantan suaminya. Dia selama ini diam, namun saat melihat berita itu dia tak tenang dan menemui Hans di Malays
“Bangsat!”Hida memukul wajah Arie, Irena kaget dan memisahkan mereka. Irena meminta Pie membawa Hida pergi sementara itu dia tersenyum dan menjabat tangan Arie. Berusaha tegar dan menerima kenyataan pahit, karena menurutnya sebaiknya dia melepaskan apa yang sudah tidak lagi menginginkanya. Semua yang telah dia berikan hanyalah dosa yang tidak perlu diingat lagi.“Selamat, dan terima kasih atas semuanya. Aku turut berbahagia untukmu, Kak.” Irena pergi berbalik dengan air mata berlinang, Arie terduduk lesu di lantai.“Rie, lu udah bego banget dan sekarang biarin gue mengejarnya. Lepasin dia buat gue.” Igna tertawa miris sebelum pergi mengejar Irena.Dewi mengusap pundak lelaki itu namun Arie menepisnya dengan kasar. Dao keluar dari kamar rawat ibunya dan menatap keponakannya yang kini sudah kalah telak dari segalanya."Rie, sebaiknya kamu pulang saja. Mamamu sedang kritis sekarang jika melihatmu dia ak
Irena berdecak kesal, ini sudah hampir 30 menit dia menunggu di parkiran tapi pemuda bernama Igna itu tidak datang juga. Dia pun kembali menghubunginya dan kali ini terangkat. Namun bukan suara Igna melainkan orang lain."Halo, Lo Irena ya?""Iya, ini Irena mana Kak Igna?""Gue Iqbal dan si Igna sekarang ada di rumah sakit dekat kampus lo tahu 'kan?""Astaga? Kok bisa?""Lo ke sini aja terus liat sendiri." ujar Iqbal. Irena pun tergesa-gesa pergi toh rumah sakit itu hanya butuh jalan kaki beberapa kilo saja, dan berada di seberang jalan. Irena merasa khawatir bagaimana pun juga Igna adalah temannya. Sesampainya di rumah sakit dia langsung mencari ruangan yang tadi dikirim oleh Iqbal lewat telepon. Di sana ada beberapa mahasiswa berseragam PDL Tekhnik."Lo Irena?""Iya, Kak Igna kenapa?""Gue Iqbal yang tadi di telepon, Igna lagi dirawat sama Dokter. Dia ditusuk pisau sama senior gara-gara kem
Gadis berpipi chubby itu berdiri di dekat jendela kamarnya. Menatap bintang di langit yang berkelip dengan indah. Semilirnya angin malam membuat suasana hatinya terasa gundah. Apa yang dia lakukan sudah baik. Pergi dan lupakan semua yang sudah terjadi, tidak ada lagi kisah cinta diantara dirinya dan Arie Lucas. Semua kenangan indah bersamanya akan dia simpan dalam sebuah kotak bernama Pandora dan membuangnya ke dalam Palung terdalam di dalam lubuk hatinya. Dia menarik napas panjang dan mencoba membuat hatinya bahagia. 'Aunty, aku ikhlas menolong Mama Ayuni. Aku minta maaf mungkin ini adalah terakhir kalinya aku bertemu dengannya. Aunty terima kasih atas segalanya, akan sangat tidak baik jika Mama Ayuni menemui saya. Bagaimana pun juga Dewi adalah calon istri Kak Arie.' ucapnya kala di rumah sakit tadi. Dao hanya bisa pasrah dan mengangguk. Irena mendonorkan darahnya pada Mama Arie dan setelah itu dia pulang dengan hati yang lega. Sayup-sayup terdengar suara petikan gi
Irena duduk di tikar bersama Igna. Cowok itu sedang lahap memakan nasi hangat dengan sayur asem dan ikan tembang goreng. Perutnya terasa lapar, dia enggak suka bubur rumah sakit. Padahal Ayah dan Ibunya akan datang hari ini. Seharusnya dia masih dirawat tapi dia bersikeras pulang, orang tuanya juga baru bisa pulang hari ini karena kemarin ada masalah di sana. Selesai makan, dia duduk di sisi ranjang sambil meminum teh hangat. "Mantap. Enak banget, kenyang." Kata Igna sambil mengelus perutnya. Irena membereskan rantang bekas makan Igna dan hanya menggelengkan kepalanya saat melihat makanan yang dia bawa habis, hanya tersisa sayur asemnya sedikit lagi. Tak lama sebuah mobil mewah berhenti di depan kostan Igna. Dari dalam turun dua orang dewasa yang tampak cemas dari raut wajahnya. "Igna! Ini Mama!" Irena membuka pintu kostan Igna dan melihat dua orang dewasa itu tampak mengernyit heran ada seorang gadis gemuk di depan mereka. "Mama, Papa udah datang?"
Gaun putih melekat indah pada tubuhnya, gaun yang di desain khusus untuk dirinya sendiri. Dia menatap cermin rias di hadapannya, betapa cantiknya dirinya. selama ini dia sering bermimpi menjadi pengantin, bahkan saat kecil, impiannya adalah menikah dengan seorang pangeran berkuda putih. Namun ketika dewasa mimpinya itu berubah, dia ingin menikah dengan laki-laki yang penuh tanggung jawab seperti mendiang ayahnya. Dan semua itu ada dalam diri Arie Lucas. Ibunya menatap kagum sang putri bungsu, hari ini mereka akan mengadakan pesta pernikahan Irena dan Arie. Setelah Bayi mereka berumur 6 bulan, Arie dan Irena memutuskan untuk menikah. Namun anak mereka tidak ada yang tahu bagaimana wajahnya dan di mana keberadaannya. Sementara ini bayi mereka di rumah diurus oleh Aunty Dao dan anaknya. "Nak, sekarang kamu sudah bukan anak kecil lagi, kamu sekarang sudah menjadi ibu dan juga istri, apa jalankanlah kewajibanmu sebagai seorang ibu yang baik dan juga istri yang bertanggung jawab. ja
Wajah Ayuni Nur Latifah terlihat dingin, menatap tajam setiap karyawan yang berada di kantor milik Tuan Hans Lucas. Dia mendatangi resepsionis dan bertanya tentang keberadaan mantan suaminya itu, sang resepsionis mengatakan jika Tuan Hans ada di ruangannya. "Maaf Nyonya Ayuni Apakah saya harus memberitahukan Tuan Kalau anda berada di sini?""Tidak perlu saya akan mendatangi langsung ke ruangannya." Ayuni berjalan pergi lalu menaiki lift menuju ruangan tempat dimana mantan suaminya berada. Dia menatap meja sekertaris yang kosong dan sudah menduga jika sekretaris baru itu adalah mainan baru mantan suaminya. Dengan kasar dia mendorong pintu ruangan yang bertuliskan Lawyer itu dan melihat sang mantan suami sedang melakukan hal tidak senonoh di ruangannya. Sektretaris barunya itu sedang berada di pangkuan Hans Lucas dan mereka sedang bercumbu mesra, dengan pakaian sang wanita yang hampir terbuka sepenuhnya."Jadi ini yang dilakukan seorang pengacara terkenal di ruangann
Kedua pasangan itu tinggal di rumah baru dengan damai, karena Arie benar-benar merahasiakan tentang rumah itu pada siapa pun. Hanya pihak keluarga yang tahu. Terkadang Mamanya akan ke sana dan Mak Esih juga akan menengok. Hida dan Fero kembaki ke Thailand, tapi Mak Esih sekarang tidak sendiri di rumah. Ada Mbak Sri dan anaknya yang kadang menginap ke rumah. Toko online milik Irena sekarang di kelola oleh Kristina, dan sebulan sekali gadis remaja itu akan mentransfer uang hasil penjualan pada Irena. Sementara Cafe Rainbow dipegang oleh orang kepercayaan Arie. Arie akan pergi ke kantor di pagi hari dan pulang sore hari. Irena di rumah sendirian, karena memang dia menginginkan itu. Sekarang usia kandungan Irena sudah memasuki bulan ke-lima dan dia sangat manja pada Arie. Dia juga sudah mulai mengidam ini itu. Yang kadang membuat calon Papa itu pusing mendadak. "Kak, aku pengen makan makanan Korea." "Ya udah aku pesankan ya sayang." "Enggak mau, maunya Kakak masakin."
Dengarkanlah wanita impiankuhari ini akan kusampaikan,Janji suci kepadamu dewikudengarkanlah kesungguhan rasa, ku ingin mempersuntingmu, untuk yang pertama dan terakhir Jangan kau tolak dan buatku hancur ku tak mau mengulang untuk meminta satu keyakinan hatiku ini engkaulah yang terbaik untukku .....setiap perjalanan yang dilalui oleh anak manusia, banyak luka likunya termasuk perjalanan cinta Irena dan Arie. Meksipun mereka harus berpisah sementara namun akhirnya kembali bersama. Arie benar-benar menepati janjinya. Dia menelepon Mama Ayuni dan Tante Dao serta Paman Alex. Mereka semua datang dan terkejut karena Arie ingin pertunangan dia dan Irena segera dilakukan dan semua orang harus tahu. akhirnya setelah bermusyawarah, dan menghasilkan kesepakatan bersama. pertunangan mereka dilakukan di sebuah gedung yang sudah di sewa. dan disiarkan langsung serta mengundang beberapa awak media untuk meliput nya. Arie ingin semua orang tahu bahwa kekasihnya adalah wanita ya
Dirematnya ponsel android miliknya, bibirnya terkatup rapat. Dia merasa kembali cemas, melihat pesan-pesan yang dia kirim untuk sang kekasih hanya berakhir dengan centang satu. Irena kembali mencoba menelpon Arie namun tetap tidak ada jawaban. Dia kemudian mencoba menelepon Mama Ayuni."Hallo, sayang ... sudah lama ya, bagaimana kabarmu?""Aku baik Ma, Mama apa kabar?""Mama baik, gimana keadaan Ibu?""Ibu baik, Ma ... Mama, boleh aku tanya, Kak Arie kenapa susah dihubungi?""Entahlah, anak itu akhir-akhir ini sangat sibuk, dia jarang pulang ke rumah Mama dan juga jarang telepon Mama. Kamu kangen ya?""Iya, Ma." ucapnya dan berusaha agar suaranya baik-baik saja. Dia pun mengakhiri teleponnya dan kembali mencoba untuk menormalkan perasaanya yang mulai cemas dan galau. Dia pun tidak tahan lagi dan menelepon kakaknya."Iya, adek kenapa?""Kak, maafin aku.""Kenapa minta maaf sih, le
Arie sudah kembali ke Singapore untuk mengurus semua pekerjaan di sana dan mengurus kepindahan dia ke Indonesia. Irena dan Ibunya hidup dengan bahagia, Emak Esih sekarang sudah tidak lagi sedih karena kehilangan suaminya dan juga ditinggalkan oleh anak laki-lakinya, Hida dan Fero masih sering menghubungi orang tuanya, mereka sama sekali tidak lupa itu. Meskipun jalan yang mereka ambil salah namun Emak Esih selalu yakin ada hikmah dari semua peristiwa yang terjadi. Irena resmi menjadi pemilik cafe Rainbow, pegawainya masih sama, hanya saja ada beberapa pegawai magang sekarang. Dia juga menjalani diet sehat atas bimbingan Dokter Sam, iya Dokter hewan yang dulu dikenalnya mengenalkan dia pada rekannya yang seorang ahli gizi. Dia akan berolahraga di sela waktu luangnya, dia juga dibimbing oleh seorang coach yang ahli. Makanan yang dia makan sekarang lebih diatur dan dia berhasil menghilangkan berat badannya dari 80 menjadi 78 kg. Namun ini sudah beberapa hari dia merasa mood-nya begitu
Kedua tangan mereka saling berpegangan erat satu sama lain. Mereka berjalan di pesisir pantai Ubud, ditemani sinar matahari yang hangat. Sesekali keduanya bercanda, lalu saling kejar-kejaran. Siapa pun yang melihatnya pasti iri hati pada sang wanita. Bagaimana bisa seorang sesempurna itu menyukai wanita yang berbadan gemuk dan sama sekali tidak ada bule-bulenya. Tapi Irena meyakinkan dirinya bahwa Arie adalah seseorang yang tulus mencintai dirinya. Waktu yang mereka lewati bersama dan juga kenangan yang tercipta diantara keduanya, membaut Irena semakin yakin jika Arie Lucas dan dirinya ditakdirkan bersama. "Mau kelapa muda?" "Mau." "Sebentar ya, aku beli dulu." ucapnya mengecup kening Irena lembut. Irena merona teringat semalam bagaimana mereka saling menyatu dalam kehangatan dan juga saling memanggil nama masing-masing dengan suara menggetarkan jiwa. Rambut ikalnya tertiup angin, sementara kain Bali yang dipakainya ikut melambai. Seorang gadis kecil mendatangi diriny
Lilin di meja sudah padam, makanan belum diantarkan karena belum ada instruksi dari Arie. para pelayan menunggu dengan cemas karena Tuhan mereka belum mendapatkan jawaban yang diinginkannya. Secara gamblang gadis yang dia cintai menolak untuk menikah dengannya, apa yang salah apakah gadis itu belum memaafkan kesalahannya di masa lalu ataukah gadis itu masih ragu akan kesungguhan cintanya. Keduanya saling menatap sementara tangan sang pria menggenggam erat tangan gadis di hadapannya seolah ingin berkata bahwa apa yang dia lakukan saat ini benar-benar dari hati yang paling dalam, dia sudah mempersiapkan ini dari lama khusus untuk gadis yang ia cintai di malam hari ulang tahun tetapi kenapa gadis itu menolak?"Kakak pasti bertanya alasan aku menolak kakak apa?" "Ya aku masih bingung kenapa kamu menolakku bukankah kamu bilang sendiri kalau kamu sudah memaafkan aku dan kamu ingin aku menunjukkan keseriusan ku padamu. Dan inilah saatnya aku menunjukkan bahwa aku benar-benar menci
Kedua pasangan itu sampai di bandara Gusti Ngurah Rai, Bali. Seorang pria berumur 40 Tahunan menghampiri mereka. Dia tampak sudah akrab dengan Arie, dia mempersilakan Arie dan Irena masuk ke dalam mobil berwarna hitam itu. Mobil melaju degan kecepatan sedang, Irena menatap setiap tempat yang dilewati mobil itu, dia tersenyum menatap keindahan Bali. Sekitar 1 jam 4 menit kemudian, mobil berhenti di sebuah villa di kawasan Ubud. Mereka berdua turun dari mobil itu dan diantarkan masuk ke dalam Villa. Villa itu sudah dibooking penuh oleh Arie khusus untuk mereka berdua saja, semua sudah diperiksa olehnya. Kamar yang begitu nyaman dan menghadap langsung ke pantai. "Whoaa! Nyamannya kasur ini, langsung ngadep pantai lagi, aku suka banget Kak!" Irena berseru senang sambil matanya berbinar menatap pantai yang begitu indah. "Syukur kalau kamu suka, Aku pergi ke luar dulu ya mau telepon Mama. Kamu mandi saja dulu, mau makan di sini atau di luar?" "Makan di sini saja, aku capek.