Irena berdecak kesal, ini sudah hampir 30 menit dia menunggu di parkiran tapi pemuda bernama Igna itu tidak datang juga. Dia pun kembali menghubunginya dan kali ini terangkat. Namun bukan suara Igna melainkan orang lain.
"Halo, Lo Irena ya?"
"Iya, ini Irena mana Kak Igna?"
"Gue Iqbal dan si Igna sekarang ada di rumah sakit dekat kampus lo tahu 'kan?"
"Astaga? Kok bisa?"
"Lo ke sini aja terus liat sendiri." ujar Iqbal. Irena pun tergesa-gesa pergi toh rumah sakit itu hanya butuh jalan kaki beberapa kilo saja, dan berada di seberang jalan. Irena merasa khawatir bagaimana pun juga Igna adalah temannya. Sesampainya di rumah sakit dia langsung mencari ruangan yang tadi dikirim oleh Iqbal lewat telepon. Di sana ada beberapa mahasiswa berseragam PDL Tekhnik.
"Lo Irena?"
"Iya, Kak Igna kenapa?"
"Gue Iqbal yang tadi di telepon, Igna lagi dirawat sama Dokter. Dia ditusuk pisau sama senior gara-gara kem
Gadis berpipi chubby itu berdiri di dekat jendela kamarnya. Menatap bintang di langit yang berkelip dengan indah. Semilirnya angin malam membuat suasana hatinya terasa gundah. Apa yang dia lakukan sudah baik. Pergi dan lupakan semua yang sudah terjadi, tidak ada lagi kisah cinta diantara dirinya dan Arie Lucas. Semua kenangan indah bersamanya akan dia simpan dalam sebuah kotak bernama Pandora dan membuangnya ke dalam Palung terdalam di dalam lubuk hatinya. Dia menarik napas panjang dan mencoba membuat hatinya bahagia. 'Aunty, aku ikhlas menolong Mama Ayuni. Aku minta maaf mungkin ini adalah terakhir kalinya aku bertemu dengannya. Aunty terima kasih atas segalanya, akan sangat tidak baik jika Mama Ayuni menemui saya. Bagaimana pun juga Dewi adalah calon istri Kak Arie.' ucapnya kala di rumah sakit tadi. Dao hanya bisa pasrah dan mengangguk. Irena mendonorkan darahnya pada Mama Arie dan setelah itu dia pulang dengan hati yang lega. Sayup-sayup terdengar suara petikan gi
Irena duduk di tikar bersama Igna. Cowok itu sedang lahap memakan nasi hangat dengan sayur asem dan ikan tembang goreng. Perutnya terasa lapar, dia enggak suka bubur rumah sakit. Padahal Ayah dan Ibunya akan datang hari ini. Seharusnya dia masih dirawat tapi dia bersikeras pulang, orang tuanya juga baru bisa pulang hari ini karena kemarin ada masalah di sana. Selesai makan, dia duduk di sisi ranjang sambil meminum teh hangat. "Mantap. Enak banget, kenyang." Kata Igna sambil mengelus perutnya. Irena membereskan rantang bekas makan Igna dan hanya menggelengkan kepalanya saat melihat makanan yang dia bawa habis, hanya tersisa sayur asemnya sedikit lagi. Tak lama sebuah mobil mewah berhenti di depan kostan Igna. Dari dalam turun dua orang dewasa yang tampak cemas dari raut wajahnya. "Igna! Ini Mama!" Irena membuka pintu kostan Igna dan melihat dua orang dewasa itu tampak mengernyit heran ada seorang gadis gemuk di depan mereka. "Mama, Papa udah datang?"
Irena memulai pekerjaanya di pet shop milik Mas Rino, pekerjaan di sana cukup gampang hanya membersihkan toko, lalu menata barang dan melayani pembeli. Pet Shop juga memiliki klinik hewan dan ada satu Dokter yang bekerja di sana namanya Dokter Hannie, dia adalah istrinya Mas Rino. Dokter Hannie sangat ramah seperti Mas Rino. Mereka belum dikaruniai keturunan jadi Dokter Hannie setiap harinya akan berada di klinik, terkadang merescue anjing atau kucing yang membutuhkan pertolongan. Cara untuk melupakan mantan adalah belajar mencintai diri sendiri atau mencintai sekitarmu. Contohnya Irena, sejak bekerja di pet shop dia menghabiskan waktunya dengan mengajak bermain para kucing di sela-sela istirahatnya. "Hai," "Loh, Kak Igna ngapain ke sini?" tanya Irena saat melihat pemuda itu sudah berdiri di depannya dan tersenyum cerah. "Mau ajak makan malam nanti, btw Gue ulang tahun hari ini, jadi...." "Eh, serius? Ya ampun, maaf Gue lupa."
Cinta tidak ada yang tahu, ketika datang pada hati seseorang membawa dampak yang luar biasa besar. Terkadang cinta yang dirasakan oleh kita terhadap seseorang itu berbeda-beda. Begitu juga cinta yang dirasakan oleh Irena dari Igna, perlakuan Igna padanya tidak berubah sama seperti saat masih berteman, hanya saja sekarang bagi Igna gadis chubby itu adalah prioritas kedua setelah ibunya. Igna romantis dengan caranya sendiri dan benar-benar membuatnya nyaman."Bangun kebo! Astaga mau bolos lagi huh?" Irena mencubit pipi kekasihnya yang kini sedang tidur dengan pulas di kamar kostan barunya. Ia Igna kemarin pindah ke kostan yang lebih dekat dengan rumah Irena, bucin sekali memang cowok satu ini."5 menit lagi sayangku.""Bangun, atau aku sirem pakai air kobokan nih." Membangunkan kekasihnya adalah rutinitas baru Irena. Gadis itu akan bangun pagi dan setelahnya membangunkan Igna, apalagi cowok itu sudah berada di semester akhir harus rajin ke kampus
Orang bijak berkata jangan lepaskan masa lalu dan tata masa depan. Jangan terpuruk pada masa lalu dan jangan juga terjebak di masa depan. Tapi kalau terjebak di antara ibu-ibu yang antri minyak langka piye carane?Setulus apa pun kekasih barunya mencintai dia, tetap saja namanya trauma pasti ada, bukan enggak bersyukur tapi sebagian manusia ada yang selalu merasa inscure. Begitu pula dengan Irena. Gadis berpipi berisi itu sekarang sedang galau, gara-gara omongan orang-orang tentangnya.'Coba diet, jangan gitu terus biar cowok kamu betah. Dulu kamu dicampakkan gara-gara gendut pasti 'kan? Bohong banget cowok sekarang, kalau bilang terima apa adanya mereka cuma lagi kamuflase buat enggak nunjukin jati diri mereka yang sebenarnya.' itu kata teman sekelasnya. Lalu dia bertemu dengan para ibu-ibu arisan yang baru pulang dari rumah tetangganya, mereka bergosip ria tentang bentuk tubuhnya yang tidak pernah menyusut. Irena bukan enggak mau diet tapi dia udah ratusa
Irena meremas tangannya yang gugup, dia menunggu Igna yang masih on the way dari kampus, saat mengirim pesan Igna masih menjalani ujian. Tak lama dari kejauhan suara motornya terdengar, dia berhenti di depan kostan dan membuka helm full face miliknya. Irena menunduk saat mereka bertemu pandang. Igna tidak berkata apa pun namun membawa gadis itu ke dalam rengkuhannya. Gadis chubby itu kini menangis tersedu-sedu di pelukan Igna, merasa bersalah sudah mengacuhkan lelaki di hadapannya, menyamaratakan dia dengan mantan kekasihnya."Maaf.""Sssttt ... jangan nangis oke, kamu enggak boleh nangis. Aku enggak izinkan kamu nangis." kata Igna menyapu air mata kekasihnya dengan ibu jarinya. Irena terisak, dia merasa sangat bersalah dan tidak jujur dengan Igna."Masuk dulu yuk, enggak enak sama orang-orang." Igna membawa kekasihnya ke dalam kostan. Irena duduk di sofa dan Igna melepaskan jaket yang membungkus tubuhnya lalu mengambil air mineral di botol dan
Arie menutup teleponnya lagi, sesering itu dia mengawasi wanita yang pernah dibuangnya. Dia menyelesaikan kuliahnya dengan cepat, tanpa menunggu waktu terakhirnya di Belanda dan ingin secepatnya memegang perusahaan. Hari ini dia akan berkunjung ke Singapore untuk menemui Mamanya dan bicara lebih baik daripada terakhir kali. Arie akan meminta maaf dan memperbaiki hubungannya dengan sang Mama. Dia selalu bertanya tentang keadaan Mamanya pada Aunty Dao dan Mamanya sudah sehat kembali seperti sedia kala. Arie menggeret koper miliknya, memakai kacamata hitam yang membuat dia terlihat seperti idol yang sedang berjalan di red carpet. Semua orang menatapnya terutama kaum wanita. Usianya kini sudah menginjak 24 tahun semakin terlihat matang dan dewasa."Hallo Aunty, apa Mama ada di apartemennya?""Ya, dia tidak ke mana-mana. Datang saja dan bicara yang perlahan jangan pakai emosi oke.""Terima kasih, Aunty."Dia menutup panggilannya dan mem
Irena duduk di luar menunggu Dokter membawa hasil pemeriksaan kepada Ayahnya. Dia terlihat cemas hingga sejak tadi terus meremas tangannya. Igna duduk disampingnya, mengambil tangan sang kekasih dan mengusap lembut, berharap bisa memberikan ketenangan. "Bapak akan baik-baik saja, percaya sama aku." kata Igna mengusap kepala kekasihnya. Hida mondar-mandir, dia juga cemas dengan keadaan ayahnya. Pintu ruang rawat terbuka, lalu seorang pria berjas putih keluar dari sana. Hida dan Irena buru-buru menghampirinya. "Dokter, bagaimana keadaan Bapak saya?" tanya Igna. Mak Esih juga menunggu jawaban dari sang dokter. "Beliau baik-baik saja, hanya terkilir. Tidak apa-apa, tidak ada luka yang parah. Hanya saja tolong perhatikan tekanan darahnya yang kadang tinggi. Jangan beri makanan yang memicu atau jangan sering begadang." "Baik, terima kasih Dokter." ujar mereka semua, merasa lega. Satu per satu melihat keadaan Pak Tatang. Karena tidak memungkinkan semua di rumah sak
Gaun putih melekat indah pada tubuhnya, gaun yang di desain khusus untuk dirinya sendiri. Dia menatap cermin rias di hadapannya, betapa cantiknya dirinya. selama ini dia sering bermimpi menjadi pengantin, bahkan saat kecil, impiannya adalah menikah dengan seorang pangeran berkuda putih. Namun ketika dewasa mimpinya itu berubah, dia ingin menikah dengan laki-laki yang penuh tanggung jawab seperti mendiang ayahnya. Dan semua itu ada dalam diri Arie Lucas. Ibunya menatap kagum sang putri bungsu, hari ini mereka akan mengadakan pesta pernikahan Irena dan Arie. Setelah Bayi mereka berumur 6 bulan, Arie dan Irena memutuskan untuk menikah. Namun anak mereka tidak ada yang tahu bagaimana wajahnya dan di mana keberadaannya. Sementara ini bayi mereka di rumah diurus oleh Aunty Dao dan anaknya. "Nak, sekarang kamu sudah bukan anak kecil lagi, kamu sekarang sudah menjadi ibu dan juga istri, apa jalankanlah kewajibanmu sebagai seorang ibu yang baik dan juga istri yang bertanggung jawab. ja
Wajah Ayuni Nur Latifah terlihat dingin, menatap tajam setiap karyawan yang berada di kantor milik Tuan Hans Lucas. Dia mendatangi resepsionis dan bertanya tentang keberadaan mantan suaminya itu, sang resepsionis mengatakan jika Tuan Hans ada di ruangannya. "Maaf Nyonya Ayuni Apakah saya harus memberitahukan Tuan Kalau anda berada di sini?""Tidak perlu saya akan mendatangi langsung ke ruangannya." Ayuni berjalan pergi lalu menaiki lift menuju ruangan tempat dimana mantan suaminya berada. Dia menatap meja sekertaris yang kosong dan sudah menduga jika sekretaris baru itu adalah mainan baru mantan suaminya. Dengan kasar dia mendorong pintu ruangan yang bertuliskan Lawyer itu dan melihat sang mantan suami sedang melakukan hal tidak senonoh di ruangannya. Sektretaris barunya itu sedang berada di pangkuan Hans Lucas dan mereka sedang bercumbu mesra, dengan pakaian sang wanita yang hampir terbuka sepenuhnya."Jadi ini yang dilakukan seorang pengacara terkenal di ruangann
Kedua pasangan itu tinggal di rumah baru dengan damai, karena Arie benar-benar merahasiakan tentang rumah itu pada siapa pun. Hanya pihak keluarga yang tahu. Terkadang Mamanya akan ke sana dan Mak Esih juga akan menengok. Hida dan Fero kembaki ke Thailand, tapi Mak Esih sekarang tidak sendiri di rumah. Ada Mbak Sri dan anaknya yang kadang menginap ke rumah. Toko online milik Irena sekarang di kelola oleh Kristina, dan sebulan sekali gadis remaja itu akan mentransfer uang hasil penjualan pada Irena. Sementara Cafe Rainbow dipegang oleh orang kepercayaan Arie. Arie akan pergi ke kantor di pagi hari dan pulang sore hari. Irena di rumah sendirian, karena memang dia menginginkan itu. Sekarang usia kandungan Irena sudah memasuki bulan ke-lima dan dia sangat manja pada Arie. Dia juga sudah mulai mengidam ini itu. Yang kadang membuat calon Papa itu pusing mendadak. "Kak, aku pengen makan makanan Korea." "Ya udah aku pesankan ya sayang." "Enggak mau, maunya Kakak masakin."
Dengarkanlah wanita impiankuhari ini akan kusampaikan,Janji suci kepadamu dewikudengarkanlah kesungguhan rasa, ku ingin mempersuntingmu, untuk yang pertama dan terakhir Jangan kau tolak dan buatku hancur ku tak mau mengulang untuk meminta satu keyakinan hatiku ini engkaulah yang terbaik untukku .....setiap perjalanan yang dilalui oleh anak manusia, banyak luka likunya termasuk perjalanan cinta Irena dan Arie. Meksipun mereka harus berpisah sementara namun akhirnya kembali bersama. Arie benar-benar menepati janjinya. Dia menelepon Mama Ayuni dan Tante Dao serta Paman Alex. Mereka semua datang dan terkejut karena Arie ingin pertunangan dia dan Irena segera dilakukan dan semua orang harus tahu. akhirnya setelah bermusyawarah, dan menghasilkan kesepakatan bersama. pertunangan mereka dilakukan di sebuah gedung yang sudah di sewa. dan disiarkan langsung serta mengundang beberapa awak media untuk meliput nya. Arie ingin semua orang tahu bahwa kekasihnya adalah wanita ya
Dirematnya ponsel android miliknya, bibirnya terkatup rapat. Dia merasa kembali cemas, melihat pesan-pesan yang dia kirim untuk sang kekasih hanya berakhir dengan centang satu. Irena kembali mencoba menelpon Arie namun tetap tidak ada jawaban. Dia kemudian mencoba menelepon Mama Ayuni."Hallo, sayang ... sudah lama ya, bagaimana kabarmu?""Aku baik Ma, Mama apa kabar?""Mama baik, gimana keadaan Ibu?""Ibu baik, Ma ... Mama, boleh aku tanya, Kak Arie kenapa susah dihubungi?""Entahlah, anak itu akhir-akhir ini sangat sibuk, dia jarang pulang ke rumah Mama dan juga jarang telepon Mama. Kamu kangen ya?""Iya, Ma." ucapnya dan berusaha agar suaranya baik-baik saja. Dia pun mengakhiri teleponnya dan kembali mencoba untuk menormalkan perasaanya yang mulai cemas dan galau. Dia pun tidak tahan lagi dan menelepon kakaknya."Iya, adek kenapa?""Kak, maafin aku.""Kenapa minta maaf sih, le
Arie sudah kembali ke Singapore untuk mengurus semua pekerjaan di sana dan mengurus kepindahan dia ke Indonesia. Irena dan Ibunya hidup dengan bahagia, Emak Esih sekarang sudah tidak lagi sedih karena kehilangan suaminya dan juga ditinggalkan oleh anak laki-lakinya, Hida dan Fero masih sering menghubungi orang tuanya, mereka sama sekali tidak lupa itu. Meskipun jalan yang mereka ambil salah namun Emak Esih selalu yakin ada hikmah dari semua peristiwa yang terjadi. Irena resmi menjadi pemilik cafe Rainbow, pegawainya masih sama, hanya saja ada beberapa pegawai magang sekarang. Dia juga menjalani diet sehat atas bimbingan Dokter Sam, iya Dokter hewan yang dulu dikenalnya mengenalkan dia pada rekannya yang seorang ahli gizi. Dia akan berolahraga di sela waktu luangnya, dia juga dibimbing oleh seorang coach yang ahli. Makanan yang dia makan sekarang lebih diatur dan dia berhasil menghilangkan berat badannya dari 80 menjadi 78 kg. Namun ini sudah beberapa hari dia merasa mood-nya begitu
Kedua tangan mereka saling berpegangan erat satu sama lain. Mereka berjalan di pesisir pantai Ubud, ditemani sinar matahari yang hangat. Sesekali keduanya bercanda, lalu saling kejar-kejaran. Siapa pun yang melihatnya pasti iri hati pada sang wanita. Bagaimana bisa seorang sesempurna itu menyukai wanita yang berbadan gemuk dan sama sekali tidak ada bule-bulenya. Tapi Irena meyakinkan dirinya bahwa Arie adalah seseorang yang tulus mencintai dirinya. Waktu yang mereka lewati bersama dan juga kenangan yang tercipta diantara keduanya, membaut Irena semakin yakin jika Arie Lucas dan dirinya ditakdirkan bersama. "Mau kelapa muda?" "Mau." "Sebentar ya, aku beli dulu." ucapnya mengecup kening Irena lembut. Irena merona teringat semalam bagaimana mereka saling menyatu dalam kehangatan dan juga saling memanggil nama masing-masing dengan suara menggetarkan jiwa. Rambut ikalnya tertiup angin, sementara kain Bali yang dipakainya ikut melambai. Seorang gadis kecil mendatangi diriny
Lilin di meja sudah padam, makanan belum diantarkan karena belum ada instruksi dari Arie. para pelayan menunggu dengan cemas karena Tuhan mereka belum mendapatkan jawaban yang diinginkannya. Secara gamblang gadis yang dia cintai menolak untuk menikah dengannya, apa yang salah apakah gadis itu belum memaafkan kesalahannya di masa lalu ataukah gadis itu masih ragu akan kesungguhan cintanya. Keduanya saling menatap sementara tangan sang pria menggenggam erat tangan gadis di hadapannya seolah ingin berkata bahwa apa yang dia lakukan saat ini benar-benar dari hati yang paling dalam, dia sudah mempersiapkan ini dari lama khusus untuk gadis yang ia cintai di malam hari ulang tahun tetapi kenapa gadis itu menolak?"Kakak pasti bertanya alasan aku menolak kakak apa?" "Ya aku masih bingung kenapa kamu menolakku bukankah kamu bilang sendiri kalau kamu sudah memaafkan aku dan kamu ingin aku menunjukkan keseriusan ku padamu. Dan inilah saatnya aku menunjukkan bahwa aku benar-benar menci
Kedua pasangan itu sampai di bandara Gusti Ngurah Rai, Bali. Seorang pria berumur 40 Tahunan menghampiri mereka. Dia tampak sudah akrab dengan Arie, dia mempersilakan Arie dan Irena masuk ke dalam mobil berwarna hitam itu. Mobil melaju degan kecepatan sedang, Irena menatap setiap tempat yang dilewati mobil itu, dia tersenyum menatap keindahan Bali. Sekitar 1 jam 4 menit kemudian, mobil berhenti di sebuah villa di kawasan Ubud. Mereka berdua turun dari mobil itu dan diantarkan masuk ke dalam Villa. Villa itu sudah dibooking penuh oleh Arie khusus untuk mereka berdua saja, semua sudah diperiksa olehnya. Kamar yang begitu nyaman dan menghadap langsung ke pantai. "Whoaa! Nyamannya kasur ini, langsung ngadep pantai lagi, aku suka banget Kak!" Irena berseru senang sambil matanya berbinar menatap pantai yang begitu indah. "Syukur kalau kamu suka, Aku pergi ke luar dulu ya mau telepon Mama. Kamu mandi saja dulu, mau makan di sini atau di luar?" "Makan di sini saja, aku capek.