Home / Romansa / Pelayanku Kekasihku / Chapter 1 - Chapter 7

All Chapters of Pelayanku Kekasihku: Chapter 1 - Chapter 7

7 Chapters

1 || Keputusan Sulit

PRAKS!  Bunyi tamparan keras menggema di langit-langit ruangan menjeda aktivitas para pelayan yang tengah menyajikan makanan di atas meja.  Tatapan Rudi Mahardika, menyorot murka pada putri semata wayangnya yang kini tengah berdiri di hadapannya dengan pandangan tertunduk.  "Jangan ikut campur!" hardik Rudi, mendelik tajam ke arah Ivana yang hendak mendekati putrinya. Riana. Para pelayan beringsut mundur mengambil tempat di belakang dengan berjejer rapi tanpa berani mengangkat muka.  Riana mencengkeram ujung bajunya, menahan rasa perih yang kian menjalar. Cairan bening mulai menggenangi kedua iris karamel itu. Sebisa mungkin Riana menahan diri untuk tidak menangis.  "Apa kau masih ingin membantah ayahmu?" Tatapan Rudi menusuk tajam.  Riana memberanikan diri mengangkat muka, menatap wajah ayahnya yang kini diliputi amarah.  "Aku butuh penjelasan, Ayah! Kenapa Ayah tega melakukan itu?"
Read more

2 || Tinggal Kenangan

Setahun yang lalu.... Hari itu, senja tak terlihat—mendung kelam menyelimuti langit sejauh mata memandang. Riana duduk di balik kaca dengan segelas susu hangat yang menjadi teman sepinya. Perlahan-lahan bulir bening menitik hingga kian deras. Baru saja Riana hendak beranjak, sebuah motor butut menepi di depan toko. Riana mengusap kaca yang berembun. Pemuda itu turun dan berlari kecil menuju ke arah pintu. Suara bel terdengar nyaring. Dia baru saja masuk dengan mengibas-ngibas jaket miliknya yang sedikit basah. Riana masih terdiam di tempat, menunggu ia membalikan badannya yang saat ini sedang memunggungi Riana. Lantas pemuda itu berbalik, membuat Riana seketika membeku. Pandangan mereka bertemu, senyuman pemuda itu mengembang. Riana lebih dulu beralih pandangan. Jantung Riana berdebar, detaknya tak kalah cepat seperti ikut lomba lari. Pemuda itu mendekat, hingga jaraknya benar-benar dekat—sangat dekat."Hai! Kau yang berjaga di sini?" tanyanya ramah.
Read more

3 || Kejutan Tak Terduga

"Riana!" Alina yang baru saja datang berlari masuk ke kamar Riana dengan tergesa-gesa. "Ada apa?" Riana yang baru habis mandi bertanya bingung. Alina masih mengatur napas, memegang kedua tangan Riana dengan mimik serius. "Reyhan, dia ada di sini!"Riana terkejut. Alina pasti berbohong. Mana mungkin Reyhan diizinkan masuk ke rumah. "Tidak mungkin Reyhan kemari, Alina!" Riana menghadap cermin, menyisir rambutnya. "Aku tidak berbohong. Aku benar-benar melihat Reyhan. Dia memakai pakaian sangat rapi. Apa mungkin dia  memberanikan diri datang untuk melamarmu?"Riana menggeleng tidak percaya.  Tanpa berpikir lagi, Riana berlari keluar dari kamar, jantungnya berdetak kencang. Riana terus berlari melewati koridor panjang. Beberapa pelayan yang melihatnya membungkuk memberi hormat. Riana harus berlari memutar untuk mencapai tangga karena letak kamarnya berada di ujung koridor.Satu pe
Read more

4 || Kemarahan Rudi

Riana bergeming ketika melihat Reyhan berjalan mendekatinya dan Faldo dengan tatapan diam. Tanpa berkata apa pun Reyhan hanya membungkukkan kepala lalu berjalan begitu saja. "Berarti aku benar 'kan soal kekasihmu?" Faldo kembali bertanya. Riana tidak menjawab dan memilih beranjak pergi. Riana membuang napas kasar. Dia memandang pantulan dirinya pada cermin, mengingat kejadian semalam dengan Faldo merusak mood Riana pagi ini. Riana menarik napas dalam, memastikan sekali lagi penampilannya lalu beranjak turun. "Riana akan pergi ke kantor cabang, Ayah!" ucap Riana yang tengah berada di ruang makan. "Apa kau memutuskan untuk bekerja?" Rudi balik bertanya tanpa mengalihkan pandangan pada makanannya di piring. "Iya, Ayah. Seperti yang Ayah inginkan. Riana akan mengembangkan pusat perbelanjaan di daerah Kenanga.""Baguslah, kau boleh pergi." Riana melirik ke arah Reyhan yang sudah berdiri siga
Read more

5 || Cemburu

Faldo memarkirkan mobilnya di parkiran mansion megah Rudi. Riana yang sudah bersiap, beranjak keluar dengan dress elegan membuat Riana tampak anggun. Untuk sesaat Faldo tertegun saat hendak menemui Riana. Reyhan bahkan sempat menatapnya, dia lebih dulu memutus kontak saat pandangan mereka bertemu. Riana dengan acuh berjalan melewati Reyhan dan menyambut tangan Faldo. "Kau tampak cantik hari ini!" Faldo memuji seraya membukakan pintu mobil. "Aku memang cantik dari lahir!" Riana melepaskan tangannya dari genggaman Faldo. Dia sengaja melakukan itu di hadapan Reyhan. Riana menatap Reyhan dari balik kaca lalu beralih pandang saat Faldo duduk di kursi kemudi. "Kita mau ke mana Tuan Putri?""Restoran paling mahal. Hari ini aku ingin menghabiskan uangmu. Jadi bersikaplah sebagai calon suami yang baik!"Faldo tersenyum. "Dengan senang hati."Riana kembali melihat ke arah Reyhan sebelum mobil Faldo keluar dan melesat per
Read more

6 || Mulai Bekerja

Riana menatap bayang dirinya di cermin. Dia menghela napas panjang sebelum beranjak keluar. Riana mulai bekerja hari ini. Setelah merenungi kejadian semalam, Riana memutuskan untuk menjalani kehidupannya sesuai keinginan Reyhan. Langkah Riana perlahan melambat saat pandangannya terkunci pada sosok Reyhan yang berdiri sigap menunggu di lantai bawah. Riana memutus kontak, mengalihkan pandangan melewati Reyhan dengan acuh menuju ruang makan. "Ibu senang kau memutuskan pilihan dengan bekerja. Seharusnya sejak dulu saat ayahmu meminta untuk melakukannya," ujar Ivana. Riana tidak menanggapi, dia mengambil tempat di sebelah Ivana, memakan roti panggang dengan diam. "Lakukan perkerjaanmu sebaik mungkin. Ayah tidak ingin mendengar keluhan apa pun saat kau mulai bekerja!" Rudi menatap sejenak lalu beralih melanjutkan sarapan. "Kata Tiara, Faldo akan datang menjemputmu," imbuh Ivana. "Tidak perlu, Riana akan berangkat dengan Abimanyu!" Riana meneguk jus
Read more

7 || Mulai Terusik

Faldo dan Riana sampai di rumah makan yang terletak di pinggir jalan. Faldo segera menyusul setelah memarkirkan mobilnya."Apa tidak salah kita akan makan di sini?" tanya Faldo ragu-ragu, melirik ke arah Riana yang bahkan enggan untuk menoleh, dia tengah sibuk mencari tempat kosong.Faldo ikut memanjangkan lehernya, dia melihat satu meja kosong yang berada di depan stand pemilik rumah makan. Faldo lantas menarik tangan Riana membawanya masuk."Kau tidak suka dengan tempatnya? Katanya terserah aku mau makan di mana?!" Riana menatap ke arah Faldo yang masih melihat ke sekeliling. Sangat jelas Faldo merasa tidak nyaman. Ini pertama kali baginya makan selain di restoran mahal."Di sini tidak jauh beda dengan makanan restoran. Malah lebih enak makan di sini!" kata Riana lagi. Faldo tersenyum kecut. "Aku hanya tidak terbiasa. Tapi bukan masalah, selama makan denganmu."Riana berdecih, memanggil pelayan mendekat."Mau makan apa?"
Read more
DMCA.com Protection Status