All Chapters of SUPIRKU ADALAH SUAMIKU, TAPI BUKAN AYAH ANAKKU: Chapter 1 - Chapter 10

15 Chapters

Bab 1. SKANDAL SANG KEKASIH

  Bruuuukk …   Luna langsung menghempaskan pintu kamar itu. Matanya mulai berkunang-kunang menyaksikan kenyataan yang ada di depan matanya barusan.   "Kau tak ubahnya seperti binatang, Marcel!" Tangan kanannya ia kepalkan dan langsung mendarat ke dinding kamar Marcel. Lelaki yang semula dianggapnya sebagai kekasih terakhirnya itu, kini berubah menjadi monster yang seolah ingin membunuhnya.   Lalu gadis itu berlalu dari apartemen milik sang kekasih. Kakinya terus melangkah, Luna ingin segera cepat-cepat keluar dari tempat yang memuakkan itu. Pupus sudah rencananya yang ingin memilih tanggal cantik bersama Marcel untuk hari bahagia mereka.   Sosok wanita dalam selimut bersama Marcel yang dilihatnya tadi, membuat Luna tak harus menunggu lama untuk berpikir. Luna seketika itu juga membatalkan pernikahannya dengan Marcel.    "Lebih cepat, lebih baik!" Diseka air mata
Read more

Bab 2. MENEPI

    Bimo terpaksa menghentikan laju mobilnya. Dan menepi di bahu jalan. Bimo lalu mencoba menghentikan aksi Luna yang terlihat semakin membabi buta ingin menyakiti dirinya sendiri itu.     "Mbak, coba tenang! Mbak, nggak boleh menyakiti diri sendiri, seburuk apapun masalah yang Mbak hadapi. Mbak, percayalah ada Tuhan yang selalu menjaga kita. Termasuk menjaga hati kita." Bimo membiarkan tubuhnya terkena pukulan dari Luna, saat ia berusaha menghentikan Luna yang kian mengamuk.   "Bimo, di mana sebenarnya Tuhan kita? Kenapa dia tidak membantuku saat ini? Apa Dia tidak tahu kalau sebentar lagi aku akan menikah?" Luna semakin berteriak-teriak kalap.   "Tuhan kita tak terlihat, Mbak. Justru, saat ini Dia sedang membantu Mbak, menunjukkan siapa sebenarnya Marcel,  calon suami Mbak yang sebenarnya." Bimo terpaksa mengunci tubuh Luna dengan mendekapnya erat-erat di dadanya yang
Read more

Bab 3. MY LOVELY

  Bimo buru-buru mengalihkan pandangannya.   Bimo baru bisa bernapas lega, saat Luna mendekati, dan kali ini tubuhnya sudah tertutup pakaian lengkap. Bimo menghempaskan napasnya dengan kasar yang dari tadi sempat ia tahan.     ***   "Bagaimana Bimo, bisakah kamu menolongku?"   "Saya?" Wajah tampan Bimo semakin membeku. Alis tebalnya terlihat kian menyatu satu sama lain, saat ia kerutkan keningnya. Hidung mancungnya berkali-kali ia seka dengan ujung jarinya.   "Ya, kamu, Bimo!" Tatapan Luna kian sendu. Tak berani menatap Bimo, sopir pribadinya yang baru sebulan ini bekerja dengannya.   "Saya bisa apa, Mbak? Saya tak mungkin menikahi Mbak. Saya hanya seorang sopir pribadi, dan berasal dari keluarga miskin. Bagaimana ka …"   "Sudahlah Bimo, kamu bersedia membantu aku, atau tidak? Kalau kau bersedia, akan aku jamin k
Read more

Bab 4. AKAD NIKAH

  Tapi itu tak mungkin, Bimo. Karena mereka terlalu sibuk dengan hidup mereka." Luna berusaha menyakinkan Bimo.    Mata Bimo yang tajam seperti mata elang itu, menatap dalam-dalam kedua mata indah Luna. Membuat Luna salah tingkah, ada desiran lembut seperti menghinggapi peredaran darahnya.   "Kalau begitu, saya akan lakukan ini semua demi Mbak dan bayi Mbak!" ujarnya mantap.   "Jangan lagi panggil aku, Mbak!" Mata indahnya membesar. Membuat wajahnya terlihat lucu namun menggemaskan.   Bimo tak tahan menatapnya, ingin ia sentuh hidung bangir itu.    "Bimo, kau hanya lelaki yang disewa untuk menutupi aib gadis ini. Jadi berhentilah berpikir macam-macam!" Ada seruan dalam hatinya.   "Bimo, aku janji, aku tidak akan merusak hidupmu dengan pernikahan ini. Aku tetaplah Luna yang bukan istrimu, dan kamu adalah Bimo yang bukan suamiku. Setelah
Read more

Bab 5. MALAM PERTAMA

  Semua para tamu yang hadir kembali bertepuk tangan. Semua seperti ikut terhanyut dalam kebahagiaan kedua mempelai.   Malamnya, villa itu kembali hening. Hanya tinggal Luna dan Bimo, serta beberapa orang asisten villa saja yang ada di sana.   Di kamar pengantin, Luna menghapus riasan di wajahnya, dan mencopot sanggulnya.   Bimo duduk diam di sisi ranjang. Kasur empuk ranjang yang ia duduki seharusnya membuatnya nyaman, tapi ternyata saat ini tidak.    Bimo hanya mampu menatap langit-langit kamar itu, seolah sedang mencari sesuatu.    Dari balik cermin hias yang ada di hadapannya, Luna dengan jelas melihat kegelisahan itu. Dan jantung Luna pun tiba-tiba berdegup lebih kencang, saat ia menyadari ini adalah malam pengantinnya, malam pertama yang seharusnya indah. Malam pertama yang mampu menghangatkan dinginnya udara malam ini. Namun Luna berusaha mencampakka
Read more

Bab 6. INGIN DEKAT DENGANMU

  Luna hanya diam. Seolah ia mengiyakan pertanyaan Bimo.   Bimo kian berani menyentuh tiap inci tubuh putih mulus Luna yang seperti mutiara.   Selanjutnya, kedua nya menikmati malam pertama mereka dengan gelora yang baru saja dimulai. Sampai akhirnya mereka tersadar itu tidak boleh terjadi.     ***     "Minumlah teh hangat ini, Bimo! Tehnya nikmat sekali. Teh asli dari kebun di sini." Luna meletakkan dua gelas teh hangat di atas meja yang berada tepat di hadapan Bimo.   "Terima kasih, My Lovely," ucapnya tanpa kaku, dan kali ini terdengar mesra di telinga Luna.   "Bimo, maafkan aku menolakmu tadi malam." Luna menunduk memainkan sendok di dalam gelas tehnya.   "Saya yang seharusnya minta maaf. Karena lancang menginginkan itu. Saya lupa kalau saya hanya seorang suami sewaan." Bimo tertunduk malu.
Read more

Bab 7. HADIRNYA PERI KECIL YANG CANTIK

  Namun dengan cepat Luna meraih tangan kekar Bimo.   "Sebaik Bimo Pratama, Ayahnya." Luna akhirnya menegaskan bahwa Bimo-lah ayah bayinya. Meski jelas-jelas benih Marcel yang ada dalam kandungan Luna, dan Bimo tak pernah terlalu jauh menjamah tubuh Luna. Tapi setidaknya Luna ingin memberi suatu penghargaan pada Bimo yang telah bersusah payah merawat dirinya dan kehamilannya. Bimo memang pantas mendapatkan gelar itu, gelar ayah bagi bayinya.   Bimo masih saja diam. Meski wajah dan satu tangannya kini menempel di perut buncit Luna.   "Bimo ada usulan nama untuk bayiku?"    "Bayi kita!" sela Bimo tajam.   "Ya, bayi kita!" Luna memantapkan ucapan Bimo.   "Ada, aku ingin bayi kita, kita beri nama Deandra Putri Bimo Pratama, itu kalau kamu tidak keberatan. Deandra artinya bunga, Luna."   "Aku suka nama itu, Bimo." Luna menyen
Read more

Bab 8. MENGHILANG

  Entah untuk yang keberapa kali Bimo mendaratkan bibirnya ke wajah sang bayi. Sampai seorang perawat mengambil alih sang bayi dari tangan Bimo.   ***   Selama tiga hari Luna berada di rumah sakit mewah itu, tapi tak ada satu orang keluarga pun yang ia beri tahu. Ia memang sengaja menyembunyikan kelahiran putri pertamanya itu pada siapapun. Karena ia tak ingin Marcel tahu kalau ia sudah melahirkan. Hanya Bimo yang tahu tentang kehamilan di luar nikahnya, karena Luna menutup rapat-rapat tentang kehamilannya, apalagi kelahiran bayinya saat ini.   Kesibukan kedua orang tuanya di luar negeri, membuat keduanya tidak terlalu peduli oleh kehidupan pernikahan Luna. Apalagi ibu Luna bukanlah ibu kandungnya, melainkan hanya ibu sambung saja, karena ibu kandungnya sudah meninggal sejak Luna berusia 10 tahun.   Saat kembali lagi ke villanya bersama Bimo dan Deandra, membuat Luna seperti memulai kehi
Read more

Bab 9. SEPUCUK SURAT UNTUK LUNA

  "Hm, ya, tadi Bibi melihat Pak Bimo, sekitar sejam yang lalu. Tapi sekarang ia sudah pergi, dan menitipkan ini pada saya, untuk Ibu." Dengan sopan wanita itu menyerahkan selembar kertas putih pada Luna. Dengan tangan sedikit bergetar Luna lekas menyambar kertas itu.   Luna pun langsung membuka lipatan kertas itu, dan dengan cepat membacanya.       "Dear My Lovely, Luna istriku yang cantik. Maaf aku harus pergi. Bukannya aku lancang tak berpamitan padamu, tapi ini kulakukan karena aku tak ingin menangis di depanmu. Tapi aku sudah berpamitan tadi dengan Deandra, bunga kecilku.    My Lovely, aku ingat janji kita, tentang pernikahan kita yang hanya sementara saja. Tapi aku mohon, biarkan suatu saat aku kembali menemui kalian berdua. Saat dimana aku sudah meraih apa yang aku impikan selama ini, dan pastinya akan kupersembahkan seutuhnya untukmu dan Deandra. Aku tak ingin membuatmu
Read more

Bab 10. MENEMUI AYAH

  "Ayah! Ayah …!" Bimo lantas masuk sambil berteriak-teriak keras memanggil ayahnya.   Semenit kemudian, seorang gadis berparas manis keluar dari kamar ayahnya.   "Kak Bimo?!" Gadis itu menghampiri Bimo, dan sempat menyebutkan namanya.    Bimo tahu kalau gadis manis dengan rambut hitam panjang terurai ini, adalah seorang perawat yang waktu itu di minta Luna untuk merawat ayahnya, sebelum ia dan Luna menikah dulu.   "Hm, siapa nama kamu Dik?" Bimo mengerutkan keningnya, mencoba mengingat siapa nama gadis yang usianya mungkin terpaut beberapa tahun lebih muda dari usianya.   "Anggita, Kak Bimo," jawabnya sopan sekali. Suaranya terdengar lembut, dan cara berpakaiannya terlihat jelas, kalau Anggita adalah gadis yang menjaga sekali kehormatannya. Saat itu, tubuh tinggi semampainya di balut kemeja putih dan jeans denim berwarna Biru Dongker yang tidak memamerkan lekuk
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status