All Chapters of SUPIRKU ADALAH SUAMIKU, TAPI BUKAN AYAH ANAKKU: Chapter 11 - Chapter 15

15 Chapters

Bab 11. MENINGGALKAN SEBUAH PENDERITAAN

  Mendengar suara ketukan pintu dari luar, Anggita bergegas keluar kamar dan segera menuju pintu.   Sebuah wajah yang tak asing, tiba-tiba muncul, saat ia baru saja membukakan pintu.   "Nak Gita, memangnya siapa yang datang? Kok tumben-tumbenan ada mobil mewah di halaman rumah Pak Sunaryo? Bimo, ya, yang pulang, dan mobil itu adalah mobil majikannya?" Anggita malas untuk menjawab. Tetangga yang satu ini memang suka sok tahu.   Anggita hanya mengangguk, dan memohon maaf pada tetangganya yang biasa ia panggil dengan sebutan Mpok Lilis itu, ia katakan jika ia sedang banyak pekerjaan.   Mpok Lilis langsung manyun. Padahal ia sudah bersemangat untuk ngobrol bersama Anggita. Tapi rencananya itu harus buyar, saat Anggita menolaknya secara halus.   "Ya, sudah kalau begitu. Nanti aja Mpok ke sini lagi!" ujarnya kesal, sambil membenarkan sarung yang ia kenakan, ia pun pergi me
Read more

Bab 12. SEANGGUN BIDADARI

  Meski Bimo sudah menunduk, namun tetap saja ia dapat melihat bayangan seseorang dari balik kaca mobilnya yang gelap.   "Luna," bisiknya lirih.    Selanjutnya, Bimo menginjakkan pedal gas mobilnya dalam-dalam. Mobil pun melesat cepat seperti kilat yang ingin meninggalkan bayang-bayang seseorang yang begitu anggun di mata Bimo, seanggun bidadari.   Empat puluh lima menit kemudian, akhirnya sampai juga mereka di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Ternyata ini pengalaman pertama ketiganya menginjakkan kaki di tempat itu.    Sebelum keluar dari mobil, Bimo sempat menelepon seseorang.   "Jerry, kamu sudah di mana? Aku sudah sampai di bandara. Apa kamu sudah menyiapkan segala sesuatunya, termasuk dokumen penting, agar aku dan dua anggota keluargaku yang lain bisa terbang ke tempat yang menjadi tujuanku saat ini?" suara Bimo jelas sekali terdengar oleh dua ora
Read more

Bab 13. SEPERTI KISAH DALAM DONGENG

  Dengan tangannya yang mulai gemetar, Jerry menggesek layar ponselnya untuk menjawab panggilan itu.   "Halo, Jer! Apa kamu sudah dapat informasi tentang suamiku?" lirih terdengar suara Luna, sepertinya ia habis menangis. Tentu saja itu membuat Jerry tak tega mendengarnya. Ia seperti berada dalam suatu dilema.   "Eeemm, belum Bu!" jawab Jerry ragu. Ia usap-usap wajahnya dengan kasar menggunakan sapu tangannya, karena tiba-tiba keringat mengucur deras dari dahinya.   "Kamu di mana sekarang?" Luna seperti kecewa mendengar jawaban dari orang kepercayaannya yang satu ini.   "Sa-ya lagi di jalan, Bu. Seharian saya mencari keberadaan Pak Bimo." ucap Jerry dengan kebohongannya. Seperti ada beban berat yang menghimpit dadanya saat ini. Namun susah payah Jerry untuk mencampakkannya.   "Ya sudah, kalau begitu," suara Luna terdengar menggantung.   Lalu samb
Read more

Bab 14. MASSACHUSETTS

  "Bu Luna?! Bu Luna kenapa?" Bi Asih yang baru saja masuk ke dalam kamarnya, mengguncang tubuh Luna yang berteriak-teriak histeris memanggil-manggil nama kekasih hatinya itu.   "Sabar Bu. Percayalah suatu hari nanti Pak Bimo pasti akan kembali," ujar Bi Asih berusaha menghibur hati sang majikan.   Tapi Luna terus saja berteriak-teriak, hingga Bi Asih harus mendekapnya kencang sekali, sambil berbisik, "percayalah ada Tuhan yang akan menjaga kita, Bu!"   Mendengar itu, Luna seketika terdiam. Ia ingat, Bimo pernah mengatakan itu padanya, saat ingin menenangkan dirinya dari rasa kecewa terhadap Marcel.   Bi Asih senang melihat sang majikan sudah tenang. Ia pun kemudian melepas dekapannya.   "Bu Luna sekarang harus makan!"   "Saya tidak berselera makan, Bi!" Luna memalingkan wajahnya.   "Tapi harus dipaksakan, Bu, biar nggak saki
Read more

Bab 15. SEBUAH RENCANA GILA

    Bimo bersama Anggita mengitari Harvard University, ada perasaan campur aduk di hati mereka.   Dengan mobil sport keluaran terbarunya, Bimo dan Anggita mengitari universitas yang menjadi salah satu universitas terbaik di dunia itu.    "Aku tak menyangka bisa menginjakkan kaki di sini, Kak!" Anggita dengan mata berbinarnya memuji keindahan universitas itu.   "Sama seperti aku, Gita. Tapi memang seperti itulah hidup. Hidup seperti sebuah misteri. Baru kemarin kita berada di gubuk reyot, sekarang kita sudah berada di sini." Bimo tak kalah takjubnya memandang gedung yang berdiri gagah di hadapan mereka.   Dalam kekaguman mereka, sebenarnya ada sebersit luka di hati keduanya.    "Coba seandainya ada Luna dan Deandra-ku sayang, pastinya aku akan merasa lebih bahagia." Bimo menunduk menyapu rerumputan yang ia injak.   "Hei, Kak
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status